Minggu, 13 April 2014

Allahku... Allahku ...

ELOI-ELOI LEMA SABAKHTANI
MARKUS 15:33-36
Dalam sebuah persekuan, seorang rekan saya berkata ‘sebelum ia mati, ia ingin menulis surat kepada keluarganya, yang isinya adalah kesan-kesan dan pesan-pesan dirinya pada keluarganya, pada istri dan anak-anaknya. Perkataan teman saya tersebut menggelitik pikiran saya, kira-kira pesan atau kesan yang bagaimana yang akan dituliskan teman saya tersebut jika ia meninggal dunia.
Jika anda diberikan kesempatan untuk menulis pesan-pesan terakhir anda, oleh sebab waktu hidup anda hampir berakhir, kira-kira hal apakah yang anda akan sampaikan? Dalam situasi yang demikian, saya yakin, pesan yang anda akan sampaikan dan tuliskan adalah hal-hal yang penting bahkan utama. Anda pasti tidak akan menggunakan saat-saat terakhir saudara untuk menuliskan hal-hal yang sepele? (‘jangan taruh gelas sembarangan,’ jangan pencet odol keras-keras,’ jangan kebanyakan minum kopi,’ dst.’ Saya yakin bukan pesan-pesan yang demikian yang anda akan tuliskan. Mungkin anda akan berpesan kepada adik atau kakak saudara, (jika anda adalah seorang anak) tolong jaga ibu baik-baik, rawat dia dan jangan telantarkan dia. Atau jika saudara adalah seorang istri, anda mungkin akan berpesan pada suami anda, tolong jaga anak-anak, rawat mereka, besarkan, cintai mereka, berikan waktu bagi mereka dst. Saya yakin pesan-pesan yang demikianlah yang akan anda sampaikan dan tuliskan yakni pesan-pesan akhir yang anda nilai sangat penting.
Hal yang sama berlaku bagi para penulis Alkitab. Jika mereka mencatat kata-kata terakhir yang Yesus ucapkan sebelum kematian-Nya, dalam injil yang mereka tulis, maka perkataan tersebut pasti adalah kata-kata atau kalimat atau pesan yang sangat penting bahkan utama, sehingga hal tersebut harus dimasukan dalam injil mereka, supaya semua murid-murid Tuhan, semua umat Tuhan, selalu mengingat perkataan tersebut.
Dalam membahas pesan-pesan atau perkataan Yesus diatas kayu salib, kali ini saya dengan sengaja memilih Injil Markus, mengapa sebab dalam injilnya, Markus hanya mencatat satu saja perkataan atau pesan terakhir Yesus diatas kayu salib. Satu-satunya pesan tersebut ada pada bacaan yang tadi kit abaca. Sebelum Yesus menyerahkan nyawanya, Ia berserseru dengan suara nyaring ‘eloi-eloi lame sabakhtani.’
Oleh karena Markus hanya mencatat satu saja perkataan Yesus, maka perkataan tersebut pastilah dinilai oleh Markus sangat penting. Hal apakah yang Markus ingin kita pelajari atau simak dari satu-satunya perkataan Yesus ini?
Jemaat sekalian, untuk memahami perkataan Yesus ini, kita harus menyelami terlebih dahulu, hal apakah yang sebenarnya terjadi diatas Golgota? Markus melaporkan, setelah Yesus disalibkan (Yesus disalibkan jam 9 pagi), maka kira-kira pada jam 12 siang itu, terjadi fenomena alam yang janggal atau aneh di bukit Golgota. Apakah itu? Markus mengatakan ‘kegelapan meliputi seluruh daerah tersebut.’ Terjemahan harafiahnya adalah kegelapan terjadi di seluruh daerah itu atau ‘daerah itu’ menjadi gelap. Jadi saat hari pukul 12 siang, saat dimana hari seharusnya terang benerang, maka di daerah Golgota terjadi hal yang sungguh aneh, langit menjadi gelap, seperti gelapnya malam.  
Apakah yang terjadi pada waktu itu? Jemaat sekalian, penulis injil Markus mencatat kejadian alam tersebut, pastilah bukan sekedar iseng, namun ada hal yang ingin dia sampaikan, apakah itu? Markus ingin kita mengerti bahwa saat itu, Yesus sedang menjalani pergumulan yang hebat. Tanda alam yakni kegelapan yang menyelimuti seluruh Golgota, digunakan oleh Markus, untuk menggambarkan pergumulan Kristus yang luar biasa hebat. Sama seperti hari yang begitu gelap, demikianlah Yesus sedang mengalami ‘kegelapan’ yang hebat dalam dirinya.
Apakah yang Yesus pergumulkan? Markus memang tidak mencatat alasan penderitaan Yesus secara eksplisit. Jika kita membaca kisah sebelum penyeliban, kita mendapatkan informasi bahwa sebelum Yesus disalibkan, Ia mengalami penyiksaan fisik yang hebat. Bukan hanya itu, Yesus pun mengalami penganiayaan mental dan emosional, orang-orang mengejek, meludahi, mempertanyakan kuasa-Nya. Namun, apakah hal-hal itu yang membuat Yesus sangat menderita? Saya melihat bukan hal itu yang membuat Yesus sangat menderita.
Untuk mengerti penderitaan Yesus, kita harus melihatnya dari tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia ini. Dalam Markus 10:45, alkitab mencatat perkataan Yesus: ‘Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Dari mulut Yesus sendiri, kita tahu bahwa tujuan dari kedatangannya ke dalam dunia adalah untuk menjadi tebusan bagi manusia.
Alkitab menggambarkan bahwa semua manusia hidup diperbudak dosa. Dan Yesus berkata kedatangannya dalam dunia adalah untuk menjadi tebusan bagi manusia. Itu berarti Yesus datang supaya manusia bisa lepas dari perbudakan dosa. Penyaliban Yesus diatas Golgota adalah dalam rangka menggenapkan tujuan kedatangan Yesus tersebut. Jadi Golgota adalah titik final dari perjalanan yang sedang Dia tempuh yakni untuk menebus kita dari perbudakan dosa.
Bagaimana caranya supaya manusia bisa dibebaskan dari perbudakan dosa? Untuk mengerti peran Kristus dalam penebusan, kita harus melihatnya dari perkataan Paulus, dalam (2Kor 5:21) ‘Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.’ Yesus tidak berdosa, namun supaya kita dibenarkan oleh Allah, maka segala keberdosaan kita harus ditimpakan pada diri Kristus.
Jadi, perbudakan dosa, sebagai konsekuesi dari keberdosaan manusia, hanya dapat diselesaikan melalui penghukuman dosa. Jadi supaya manusia bebas dari penghukuman dosa, maka Kristus menanggung penghukuman tersebut diatas salib, diatas salib itulah penghukuman dosa yang seharusnya diterima kita, ditanggung oleh Yesus.
Bisakah saudara bayangkan, dosa seluruh hidup kita yang banyak ini, dosa seluruh dunia yang tidak terhitung, dan dosa umat manusia sejak Adam sampai kita dan keturunan manusia di masa yang akan datang, semua dosa tersebut harus ditanggung Yesus dalam peristiwa salib. Jika kita menyebut penghukuman dosa kita sebagai neraka, maka dalam penyaliban Yesus, saat ia disalibkan, ia sedang menanggung neraka tersebut bagi kita.
Penderitaan Yesus yang luar biasa adalah karena ia sedang menanggung segala murka dan penghukuman Allah atas dosa-dosa kita. Penderitaan Kristus waktu itu, luar biasa hebat. Itulah sebabnya setelah 6 jam, Yesus tergantung diatas salib, maka Yesus sekarang mencapai puncak pergumulannya, dan dalam puncak penderitaannya tersebut Yesus berseru, dengan suara nyaring, ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani.’ Allahku… Allahku mengapa engkau meninggalkan Aku
            Apakah maksud dari perkataan Yesus disini? Perkataan yang keluar dari mulut Yesus sama dengan perkataan yang keluar dari mulut Daud dalam Mazmur 22:2 ‘Allahku… Allahku… mengapa Engkau meninggalkan Aku.’ Seruan itu bukan seruan kekecewaan, seruan itu bukan seruaan putus asa, namun seruan itu adalah jerit hati Kristus meminta pertolongan Allah. Dalam bahasa yang lebih positif, perkataan Yesus bisa diganti menjadi, ‘Allahku… Allahku tolonglah Aku.’ Jeritan yang kuat dari Kristus, memperlihatkan bahwa waktu itu, adalah puncak dari penderitaan Kristus.  
            Penulis kitab Ibrani mengatakan (2:19), ‘Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka ia dapat menolong mereka yang dicobai.’ Kapankah Yesus mengalami penderitaan yang sangat hebat saat ia dicobai? Apakah itu terjadi saat ia mempersiapkan pelayanannya, dan ia harus berpuaa 40 hari? Bukan pencobaan Kristus yang terhebat terjadi di Golgota, saat ia harus menanggung murka Allah oleh karena dosa-dosa kita, penderitaannya yang hebat, itulah yang nampak dalam teriakan ‘eloi-eloi, lama sabakhtani,’ Allahku… Allahku, jangan tinggalkan aku.
Lalu apa yang terjadi? Mari kita lihat sekali lagi Markus 15: 37. Markus seolah-olah tidak memberikan keterangan apa-apa lagi, dalam puncak pergumulannya, Yesus berteriak satu kali lagi, entah apa yang Yesus teriakan dan kemudian ia mati.
Jemaat kita harus berhati-hati, Markus ingin kita berhati-hati dalam membaca injil yang dituliskannya. Setelah Yesus berteriak ‘eloi-eloi lame sabakhtani,’ kemudian (kata Markus) ia menyerahkan nyawanya. Perhatikan baik-baik perkataan Markus, Yesus menyerahkan nyawanya. Apakah arti dari perkataan tersebut? Markus ingin memperlihatkan kepada kita, di puncak pergumulannya, Yesus memilih untuk tetap setia dan taat kepada panggilannya. Ia bisa saja turun dan membatalkan rencana keselamatannya. Ia bisa saja memanggil satu legion malaikat untuk membinasakan manusia yang begitu durhaka, yang bahkan sampai membinasakan pencipta mereka sendiri. Namun Yesus memilih setiap pada kehendak Allah, setia kepada panggilan hidupnya, setia kepada janji keselamatan yang diberikannya pada kita. Kesetiaan Yesus sampai akhir itulah, yang dibahasakan oleh Markus dengan perkataan, dan iapun menyerahkan nyawanya.
Apakah yang Markus ingin perlihatkan kepada kita melalui kisah penderitaan Yesus diatas kayu salib? Saya melihat ada dua hal yang Alkitab ingin kita pelajari yakni: Pertama, Allah ingin kita belajar untuk bertahan sampai akhir dalam menghadapi setiap krisis yang kita alami.
Jemaat sekalian, semakin saya membaca Injil Markus, saya semakin menemukan bahwa injil ini dituliskan saat orang-orang Kristen mengalami krisis yang hebat. Jika kita membaca dengan teliti Injil Markus, kita akan menemukan dalam injil ini, berbagai kisah kegagalan murid Yesus dibicarakan secara mendetail. Tentu bukan maksud injil Markus, ia ingin menjelekan murid-murid Yesus, namun kisah kegagalan murid-murid Yesus, perlu diceritakan supaya orang-orang Kristen belajar dari kegagalan murid-murid Yesus dan orang-orang Kristen yang pernah mengalami kegagalan mereka dapat bertobat dan kembali menjagi pengikut Kristus yang setia..
Injil Markus ditulis ketika orang-orang Kristen mengalami berbagai penganiayaan dan penderitaan oleh kekejaman kaisar Romawi. Dalam krisis hidup yang demikian hebat, ada banyak orang Kristen yang sepertinya meninggalkan jalan Tuhan. Hidup sebagai orang Kristen di zaman itu tidak mudah. Orang Kristen dimusuhi Negara dan dikejar-kejar oleh tentara oleh karena dianggap pembawa sial.
Ketekutan Kristus untuk tetap bertahan dan terus bertahan saat ia melewati krisis hidup yang harus dialaminya, oleh karena panggilan dan pelayanannya kepada Allah, menjadi contoh dan teladan hidup yang harus diikuti oleh semua orang Kristen.
Apakah artinya menjadi pengikut Yesus? Pengikut Yesus berarti meneladani kehidupan Yesus, menjadikan Yesus sebagai patron hidup kita. Jika Yesus saat ia mengahadapi krisis hidup yang begitu luar biasa, oleh karena kesetiaannya mengikuti kehendak Allah, maka setiap pengikut Yesus pun harus memiliki kesetiaan dan ketekunan untuk tetap bertahan dalam menjalani krisis hidup yang dialami karena jalan Tuhan.   
Jemaat sekalian, kita tahu bahwa kita sekarang hidup dalam zaman yang sedang krisis. Ada berbagai krisis yang kita sedang hadapi. Kita sekarang mengalami krisis keuangan atau krisis ekonomi. Saya pernah mendengar ada seorang pengusaha yang telah berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan menyelamatkan usahanya yang sedang dalam krisis, namun apa yang terjadi? Pabiknya tetap tidak bisa bertahan. Saya membayangkan, bagaimana perasaan pengusaha tersebut? Ia barangkali merasa sangat kecewa kepada Tuhan, ia berkata Tuhan, kenapa engkau membiarkan Aku mengalami kesulitan yang demikian?
Selain krisis ekonomi, kita juga sedang menghadapi krisis keluarga. Saya tahu, ada banyak orang yang berdoa untuk pasangan hidupnya supaya mengalami perubahan. Namun pengharapannya tidak kunjung terjadi. Pasangan hidupnya tetap ngga berubah. Bertahun-tahun berdoa dan belum juga dijawab Tuhan, bagaimana perasaan kita saat mengalami realita yang demikian? Kita mungkin merasa kecewa kepada Tuhan.
Belum lagi ada krisis sosial. Krisisi moralitas, krisis anak, krisis pandangan hidup dst. Krisis demi krisis yang dihadapi manusia dapat membuat kehidupan manusia menjadi pahit. Seorang anak Tuhan bisa kecewa karena realita hidup yang pahit, yang dia alami.
Alkitab ingin, kita tahu bahwa Yesus mengalami seperti kita, ia mengalami pencobaan yang berat, ia mengalami krisis hidup yang hebat dan krisis itu membawa Yesus kepada kematian. Namun Yesus meninggalkan teladan yang luar biasa bagi kita. Ia dengan tekun dan sabar menanggung semua krisis tersebut.
Jemaat sekalian, jika dalam hidup kita atau usaha kita, kita telah berusaha sekuat tenaga, bekerja dengan tekun dan keras, juga telah berdoa, mengandalkan Tuhan, namun keadaan tetap tidak berubah, krisis hidup tetap harus kita alami, maka mari kita belajar seperti Kristus. Jalani dan lewati krisis itu dengan iman, ucapan syukur dan perjuangan.
Hal kedua yang Alkitab ajarkan adalah Tuhan ingin kita mempercayai bahwa Allah itu setia. Melalui Markus, kita melihat kesetiaan Yesus yang luar biasa kepada kita. Penderitaan Yesus diatas kayu salib begitu luar biasa, namun ia bertahan dan terus bertahan sampai akhir.
Jemaat sekalian, pernahkan anda melihat dan mengalami ada orang yang begitu setia kepada anda? mungkin itu istri, suami atau orang tua anda? Jemaat sekalian Allah jauh lebih setia ketimbang manusia paling setia dalam dunia ini. Jemaat sekalian, peristiwa salib Kristus memperlihatkan kepada kita, Allah itu itu setia.

Karena Tuhan itu setia, mari ibu, bapak dan jemaat sekalian, jangan menyerah dengan keadaan. Mari kita tetap bekerja keras, berusaha dan mencari solusi dari segala masalah kita, dan jangan lupa datang kepada Tuhan memohon pertolongannya siang dan malam, dan kiranya Tuhan akan menolong ibu, bapak dan saudara sekalia melewati setiap kesukaran dan krisis yang sedang kita hadapi.