Minggu, 29 Desember 2013

Yesus Datang Sebagai New Moses


Saya ingin mengawali perenungan hari ini dengan sedikit membicarakan mengenai salah satu issu yang pernah menghangat dalam bidang keagamaan yakni issu mengenai hadirnya satu komunitas yang disebut dengan Komunitas Eden. Komunitas ini didirikan oleh seorang perempuan yang bernama Lia Aminudin yang kemudian dikenal sebagai Lia Eden. Ia mengaku bahwa dirinya adalah Bunda Yesus dan Imam Mahdi. Kita tahu bahwa sosok imam mahdi disejajarkan dengan sosok anak manusia yang kelak akan datang untuk menghakimi dunia ini. Saudara, percayakah anda bahwa orang yang bernama Lia Aminudin alias Lia Eden adalah bunda Yesus, Anak Manusia atau Mesias? Pasti diantara kita tidak ada yang mempercayai bahwa dia adalah penjelmaan bunda Maria apalagi mempercayainya sebagai anak manusia alias mesias. Namun pertanyaannya adalah mengapa anda tidak mempercayainya? Sebab kita tahu mesias yang sejati itu seperti apa, kita mengetahui kualifikasi dari seorang Mesias. Mesias harus lahir dari seorang perawan, Lia Aminudin tentu saja tidak lahir dari seorang perawan, ia mesti punya seorang ayah. Mesias juga haruslah keturunan Daud, Lia Aminudin bukan keturunan Daud.

Sebuah jabatan --apalagi jabatan yang sangat istimewa-- mesti memiliki kualifikasi. Untuk menjadi seorang Manager mesti ada kualifikasinya, saudara bisa saja mengaku diri manajer, namun tampa kualifikasi maka pengakuan kita cuma untuk diri kita sendiri, orang lain tidak akan mengakui bahwa kita seorang manajer. Dari kualifikasi itulah kita menilai kelayakan seseorang untuk menjabat satu jabatan tertentu.

Hal yang sama berlaku bagi masyarakat Yahudi di zaman Tuhan Yesus. Tidak semua orang yang mengaku dan menyatakan diri mereka sebagai mesias dapat diterima oleh masyarakat Yahudi. Mesias itu mempunyai kualifikasi, Firman Tuhan telah menyatakan kepada bangsa Israel seperti apakah mesias yang akan datang itu. Walalupun seseorang mengaku dirinya mesias, namun jika ia tidak mempunyai kualifikasi seorang mesias, pengakuannya itu akan ditolak oleh umat Tuhan bahkan pengakuannya itu akan membawa orang tersebut pada hukuman mati.

Apakah syarat dari seorang Mesias, bagaimanakah Mesias yang sejati itu? Tentu ada berbagai kualifikasi sosok mesias yang diyakini oleh Masyarakat Yahudi. Beberapa kualifikasinya adalah sbb: Pertama, Ia haruslah lahir dari keluarga Daud, Allah telah menyatakan kepada Daud bahwa dari keluarganyalah mesias akan muncul. Itulah sebabnya mesias disebut sebagai anak Daud. Kedua, mesias haruslah memenuhi nubuatan dari para nabi, nubuatan yang mana? Misalnya Yesaya 7:14 dikatakan bahwa Mesias haruslah lahir dari seorang perawan. Dalam Micha 5:2 dikatakan bahwa Mesias haruslah lahir di Betlehem.

Seorang teolog bernama H. Wayne House mencoba meneliti berapa banyakah nubuatan dalam PL yang berbicara tentang mesias yang digenapi oleh Kristus? Penulis kitab-kitab Injil setidaknya telah mencantumkan ada 37 nubuatan dalam PL yang berbicara secara spesifik tentang Mesias yang digenapi oleh Kristus.

Para penulis kitab injil berusaha membuktikan atau memperlihatkan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah mesias, itulah sebabnya dalam kitab-kitab Injil, khususnya dalam injil Matius, berulang kali penulis kitab tersebut mengkaitkan perkataan, perbuatan Yesus dengan apa yang pernah dituliskan sebelumnya dalam PL mengenai sosok mesias.

Salah satu nubuatan yang dibicarakan PL tentang Mesias adalah mesias akan datang seperti halnya Musa. Dalam Ulangan 18:15-18 Musa berkata

Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Allahmu; Dialah yang harus kamu dengarkan. Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada Tuhan, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan dengan berkata: Tidak mau aku lagi mendengarkan suara Tuhan, Allahku dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi supaya jangan aku mati. Lalu berkatalah Tuhan kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firmanKu dalam mulut-Nya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.

Orang-orang Yahudi di zaman Kristus meyakini nabi yang dibicarakan Tuhan pada musa itulah mesias. Walaupun mereka telah melihat berbagai nabi yang sangat hebat, misalnya Yosua, Samuel, Yesaya, Yeremia dst, namun mereka melihat dan meyakini nabi yang di bicarakan Tuhan kepada Musa belum datang.    

Matius dipakai Tuhan untuk memperlihatkan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus ini adalah sosok nabi sebagaimana yang dinubuatan oleh Musa, seorang nabi yang mirip dengan Musa. Bagaimana cara Matius memperlihatkan kemiripan Yesus dengan Musa?

Seorang teolog PB bernama Dalle C. Allison menulis buku berjudul The New Moses: A Matthean Typology, dalam buku tersebut, Allison menemukan setidaknya ada 20 persamaan yang Matius buat untuk membandingkan Musa dan Yesus. Kita tentu tidak bisa membahas semua persamaan tersebut, namun saya akan menyebutkan tiga diantaranya yakni (i) Ada kesejaran antara kisah kelahiran Yesus dengan kisah kelahiran Musa. Sama seperti di saat Musa lahir ada pembantaian besar-besaran demikian juga saat Yesus lahir terjadi pembantaian besar-besaran. Sama seperti Musa (ii) Yesus dan musa sama-sama mengalami pengujian dan pencobaan yang hebat. 40 Tahun musa harus berada di padang gurun untuk menggembalakan kambing domba. 40 hari Yesus berada di padang belantara dan kemudian dicobai. Walaupun quantitas waktunya berbeda namun ada kesejajaran anatara Musa dan Yesus, keduanya harus mengalami masa pencobaan sebelum melaksakan misi Allah bagi mereka (iii) Ada kesejajaran apa yang Yesus ajarkan saat ia berkhorbah di bukit dengan apa yang Musa ajarkan saat ia berbicara di gunung Sinai. Baik Yesus maupun Musa menyampaikan hukum-hukum Tuhan pada umat Tuhan.

Meskipun ada persamaan antara Musa dan Yesus, namun Matius juga melihat ada perbedaan antara Musa dan Yesus. Perbedaan ini sangat penting, penulis Injil Matius ingin kita bukan sekedar bisa menerima dan mengakui bahwa Yesus adalah nabi yang dijanjikan Allah pada bangsa Israel, namun Injil Matius juga ingin kita mengerti ada perbedaan yang serius antara Yesus dan Musa. Ada hal yang sangat signifikan yang membuat Yesus lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan Musa.  Walaupun Musa dan Yesus adalah sama-sama agen Allah dalam mengerjakan pembebasan bagi manusia, namun Musa pada dasarnya hanya membawa Israel (umat Tuhan) lepas dari perbudakan mesir, sedangkan Yesus membawa manusia lepas dari perbudakan dosa.

Peran Musa dalam PL sebenarnya hanyalah gambaran dari peran yang akan dikerjakan oleh Mesias yang sejati yakni Yesus. Pembebasan yang Musa kerjakan bagi bangsa Israel waktu mereka di jajah di Mesir adalah gambaran dari pembebasan yang akan dikerjakan oleh Kristus bagi manusia yakni pembebasan dari dosa. Seperti nama yang diberitahukan malaikat kepada Yusuf (Matius 1: 21) bahwa anak yang dikandungnya harus diberi nama Yesus sebab Ia lah yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.

Mengapa Yesus perlu menyelamatkan manusia dari dosa? Sebab dosa membelenggu kehidupan manusia. Dosa membuat manusia tidak bisa hidup untuk Allah. Dosa membawa manusia kepada kehidupan yang hancur, rusak dan tampa makna. Dosa membawa manusia kepada penghukuman. Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dari Dosa, bagaimana caranya? Yesus harus menebus manusia dari perbudakan dosa. Sama seperti Allah dahulu melepaskan Israel dari perbudakan mesir, maka sekarang Yesus harus melepaskan manusia dari perbudakan dosa. Bagaimana caranya? Tentu dengan darah. Melalui kematian-Nya di atas kayu Salib, Dia telah menebus kita dari perbudakan dosa. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Yesus telah melepaskan kita dari perbudakan dosa.

Disinilah pentingnya gagasan New Moses, tujuan Matius memperlihatkan kesejajaran Yesus dan Musa adalah untuk memperlihatkan bahwa Yesus datang untuk menggenapkan apa yang digambarkan oleh Musa sebelumnya yakni pembebasan dari belenggu dosa.  

Dari peran dan karya Yesus sebagai New Moses, kita belajar mengenai hakekat dan cirri dari keselamatan orang percaya. Apakah ciri dari seseorang yang telah diselamatkan Tuhan? Apakah cirinya adalah orang tersebut tidak takut mati? Atau cirinya adalah orang tersebut memiliki keyakinan diri yang sangat optimis akan diselamatkan di hari penghakiman kelak? Atau cirinya adalah orang tersebut suka berbicara tentang agama atau teologia? Tentu tidak demikian, ada banyak orang yang tidak mengenal Tuhan yang tidak takut dengan kematian, takut atau tidaknya seseorang dengan kematian bukan ciri orang percaya. Optimisme akan masuk sorga juga bukan cirri dari orang yang diselamatkan, sebab para nabi Palsu yang dibicarakan Yesus dalam7:15-23 adalah orang-orang yang sangat optimis masuk sorga namun nyatanya tidak. Demikian juga dengan orang yang sering berbicara tentang agama atau teologia juga tidak mengidentifikasikan bahwa dirinya adalah orang yang telah diselamatkan, mengapa sebab baik ahli Taurat, orang Farisi maupun para imam Saduki, mereka semua adalah pembicara-pembicara ulung dalam agama dan teologi, namun toh mereka belum tentu sudah lahir baru, Nikodemus buktinya.

Untuk mengerti dan memahami hakekat dan ciri keselamatan, kita harus melihatnya dalam konsep keberdosaan manusia. Jika dosa adalah terbelenggunya manusia dibawah kuasa dosa, maka keselamatan berarti lepasnya manusia dari belenggu tersebut. Itu berarti ciri dari seseorang yang telah diselamatkan adalah orang tersebut tidak lagi dibelenggu dengan dosa. Orang tersebut tidak lagi hidup dalam ketidakmampuan untuk menang atas dosa, orang tersebut tidak lagi hidup dalam kendali dosa.

Kebenaran inilah yang dilihat oleh Yohanes, sehingga ia menulis dalam surat 1 Yohanes 3:8-10

Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari iblis, sebab iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa karena ia lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis; setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsipa yang tidak mengasihi saudaranya.

Yohanes melihat seseorang yang telah diselamatkan Tuhan bukan hanya memiliki ciri, dirinya memiliki keyakinan atas jaminan keselamatan, namun ia mengalami sendiri apakah artinya diselamatkan. Bagi Yohanes keselamatan bukanlah semata-mata pengalaman yang bersifat futuris, yang menunjuk pada masuknya kita ke dalam satu keadaan atau tempat yang maha indah yang bernama sorga. Keselamatan adalah pengalaman masa kini. Keselamatan bukan semata-mata berbicara mengenai luputnya manusia dari neraka kelak, namun berbicara mengenai lepasnya manusia dari belenggu dosa yang seharusnya telah terjadi saat seseorang ditebus Kristus dengan darah-Nya saat ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat dalam hidupnya.

Lepas dari belenggu dosa tentu tidak sama artinya dengan tidak bisa lagi berbuat dosa. Tidak ada seorang pun yang telah ditebus Tuhan yang selama ia hidup dalam dunia ini, yang tidak bisa lagi jatuh dalam dosa. Misalnya Daud, kita tahu dan mengenal bahwa Daud adalah orang yang sangat beriman kepada Tuhan. Saat orang-orang Israel gemetar berhadapan dengan Goliat, ia berdiri menghadapi raksasa tersebut dengan iman. Apa yang Daud katakan kepada Goliat? Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau  dengan nama Tuhan semesta alam. Apakah orang seperti Daud tidak pernah jatuh dalam dosa? Daud masih bisa jatuh dalam dosa, bahkan dosa yang sangat serius, ia terjebak dengan napsu seks yang membuatnya sampai merebut istri orang lain dan membunuh suaminya.  

Lepas dari belenggu dosa artinya kita mempunyai kemampuan yang baru untuk mampu melawan dosa dan menang. Apakah beda antara orang yang masih terbeleggu dosa dan orang yang sudah lepas dari belenggu dosanya? Orang yang terbelenggu dosa, ia tidak pernah menang atas dosa. Ia terus menerus kalah dengan dosa, ia terus jatuh dalam lobang yang sama, dalam kesalahan yang sama. Sedangkan orang yang sudah lepas dari belenggu doa, ada kekuatan dalam dirinya untuk menang atas dosa, ada keresahan dalam dirinya saat ia berdosa, ia tidak betah tinggal dalam dosa, saat ia jatuh dalam dosa, ia merasa hal tersebut sangat menyiksanya, itulah sebabnya ia ingin bangkit lagi dan berjuang terus melawan dosa sampai ia menang.

Jika seseorang yang mengaku percaya masih kalah dengan dosa ada dua kemungkinan: Pertama orang tersebut memang belum dilepaskan dari belenggu dosa. Kedua, orang tersebut tidak berjuang untuk menang atas dosanya. Walaupun orang tersebut telah diselamatkan Tuhan, namun ia tetap membiarkan dirinya kalah atas dosa.

Jemaat sekalian minggu ini adalah minggu ini adalah minggu terakhir sebelum kita memperingati Natal. Apakah yang kita peringati dalam Natal? Apakah kita memperingati harinya Yesus hadir dalam dunia ini? 25 Desember adalah hari perayaan ulang tahun Yesus, itukah yang kita peringati? Bukan… bukan itu. Natal adalah peringatan hari lahirnya Kristus dalam hidup kita. Natal adalah peringatan akan hari dimana Kristus telah satu kali mengubahkan hidup kita.

Dalam gereja Purba Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember dan 6 Januari. 25 Desember adalah perayaan Natal dari gereja Tuhan di wilayah barat, sedangkan 6 Januari adalah perayaan natal oleh gereja Tuhan di wilayah timur. Tanggal 25 Desember digunakan sebagai perayaan natal sebab 25 Desember adalah hari pertama matahari kembali bersinar setelah sekian lama musim dingin. Seperti matahari yang pertama kali bersinar, demikianlah Kristus telah menjadi matahari kebenaran yang bersinar dalam kehidupan manusia. Inilah alasan mengapa 25 Desember dijadikan peringatan Natal, sebab orang-orang menggunakan symbol alam yang telah mereka kenal untuk menyatakan dan memperingati kehadiran Kristus dalam diri mereka. Sedangkan gereja Timur merayakan Natal pada tanggal 6 Januari sebab tanggal tersebut dipercayai sebagai tanggal dimana orang-orang majus, yang disebut sebagai orang-orang dari timur, untuk pertama kalinya bertemu dengan Kristus. Jadi baik gereja barat maupun gereja timur, mereka merayakan natal adalah dalam konteks memperingati kelahiran Kristus dalam hidup mereka, memperingati pertemuan mereka dengan Kristus.

Saya pikir kita harus jelas dalam memahami kenapa kita merayakan Natal? Natal adalah peringatakan akan pertemuan kita dengan Kristus secara pribadi. Natal adalah moment untuk merenungkan dan memikirkan mengenai karya keselamatan yang Tuhan telah kerjakan bagi kita.

Saya mengajak jemaat sekalian untuk memperbaharui sikap kita dalam merayakan natal. Natal bukanlah moment unjuk kemampuan, natal adalah moment perenungan. Natal bukanlah moment untuk menampilkan kreatifitas namun moment untuk memikirkan karya Allah dalam hidup kita. Sudahkah saudara diselamatkan Tuhan? Apa kah ciri dan tandanya jika saudara adalah orang yang telah diselamatkan Tuhan? Cirinya adalah dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita. Apakah dosa memang benar tidak lagi menguasai diri kita? Yesus datang untuk menyelamatkan manusia, Yesus datang untuk memebaskan manusia dari belenggu dosa, sudahkah kita benar-benar mengalami keselamatan itu?


Tampa peringatan dan perenungan akan kehadiran Kristus dalam hidup kita, Natal akan kehilangan makna dan artinya. Menutup kotbah ini, saya ingin mengucapkan selamat Natal, selamat merenungkan pertemuan saudara dengan Kristus secara pribadi. Tuhan memberkati.

Minggu, 22 Desember 2013

Natal Bukan Peristiwa Biasa (Matius 1:1-17)

"Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus." Matius 1:17 

Bagaimanakah orang Kristen memandang Natal? Ada dua pandangan esktrem yang sama-sama salah dimiliki oleh orang Kristen. Pandangan salah yang pertama adalah pandangan yang menganggap peristiwa natal sebagai peristiwa biasa saja yang tidak beda dengan hari libur lainnya. Pergumulan ini kita dapat lihat dalam masyarakat Amerika, dimana banyak orang Kristen yang mengganggap bahwa istilah “mary Christmas” tidaklah tepat, namun istilah yang lebih baik digunakan untuk menyebut natal adalah “happy holiday.” Dengan kata lain sebagian orang Kristen tersebut mengganggap natal tidak beda dengan hari libur lainnya.
Di sisi yang lain lagi ada sebagian orang Kristen memandang bahwa natal adalah hari ulang tahunnya Yesus. Mereka menganggap sama seperti anak-anak manusia yang ulang tahunnya perlu diperingati maka kelahiran Yesus juga demikian; jika dalam ulang tahun anak-anak pada umumnya dibuatkan pesta ulang tahun, demikianlah hari natal. Orang-orang Kristen yang berpikir natal secara demikian jelas salah dalam memahami arti awal dari peringatan Natal.
Peringatan Natal sama sekali tidak ada kaitannya dengan hari ulang tahun Yesus atau hari kedatangan Yesus dalam dunia ini; sebab kita sebenarnya tidak pernah tahu tanggal pasti dari kapan Yesus lahir. Natal adalah sebuah peringatan akan lahirnya Yesus dalam hati manusia; dalam konteks orang barat, natal diperingati pada tanggal 25 Desember sebab waktu tersebut adalah moment yang paling baik untuk memperlihatkan lahirnya Yesus dalam hidup bangsa barat; sama seperti tanggal 25 Desember terjadi perubahan dari dingin menjadi hangat, demikianlah mereka memandang apa yang mereka alami dan rasakan saat Yesus lahir (hadir) dalam hidup mereka; jika sebelumnya hati mereka dingin, membeku dan kaku, namun setelah Yesus lahir dan hadir dalam hidup mereka, hati mereka mulai hangat dan lembut.
Jadi, apakah natal merupakan sebuah peristiwa biasa? Tentu tidak demikian, namun merupakan sebuah peringatan akan apa yang Allah kerjakan dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya dalam peringatan natal, kita harus memikirkan mengenai apa yang Allah sebenarnya mau perlihatkan dalam kedatangan-Nya yang pertama ke dunia.
A.      Hal-hal yang tidak biasa (luar biasa) yang terjadi saat Yesus inkarnasi
Dalam peristiwa Natal, kita melihat bahwa kebesaran Tuhan dimana ketidaksetiaan  manusia dibalas dengan kesetiaan Tuhan. Inilah yang kita lihat dalam catatan silsilah yang dituliskan oleh Matius. Dalam ayat 17, Matius mengatakan bahwa ada 14 keturunan dari Abraham sampai Daud, 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan dan 14 keturnan dari pembuangan sampai Kristus. Apa yang sebenarnya mau ditulisakan oleh Matius? 14 keturunan dari Abraham sampai Daud mengingatkan kita dengan sebuah fase dimana Tuhan membangun perjanjian dengan nenek moyang bangsa Israel; sedangkan 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan menggambarkan fase dimana bangsa Isreal memberontak terhadap Tuhan alias tidak setia dengan perjanjian yang dibuat Tuhan; sedangkan 14 keturunan dari Pembuangan sampai Kristus menggambarkan masa penghukuman Tuhan atas bangsa Israel.
Matius ingin memperlihatkan bahwa Natal adalah respons Tuhan atas kondisi bangsa Israel yang tidak setia kepada Tuhan; penghukuman yang diterima Israel memperlihatkan bahwa bangsa Israel sedang berada dalam puncak ketidaksetiaannya, meskipun demikian Tuhan tetap setia, itulah sebabnya Tuhan tetap mengutus anak-Nya menjadi juru selamat walaupun bangsa Israel dalam kondisi tidak setia.
Ada seseorang pengusaha sepatu yang mengawali usahanya dengan susah payah; ia mengumpulkan uang untuk modal usahanya sedikit demi sedikit. Karena keluletannya dalam bekerja, lama kelamaan usahanya mulai berkembang. Saat usahanya mulai berkembang ia bekerja sama dengan seorang temannya. Pada awalnya temannya tersebut mengambil sejumlah sepatu dan membayar sejumlah uang dengan tepat waktu; satu kali temannya tersebut mengambil sejumlah sepatu yang cukup banyak, namun kemudian uangnya tidak dibayarkan namun dibawa lari. Pengusaha sepatu tersebut harus mengalami kebangkrutran bahkan memiliki hutang yang tidak sedikit akibat dari kecurangan temannya. Jika kita adalah pengusaha sepatu tersebut, akankah kita memberikan kesempatan kedua kepada orang yang pernah mengkhianati kepercayaan kita bahkan mencelakakan kita? Jawabannya pasti tidak bukan. Itulah naturalnya sikap manusia; namun Allah memiliki sikap yang berbeda terhadap yang namanya “ketidaksetiaan.”
Manusia melawan Tuhan dan berlaku tidak setia, dan dalam peristiwa Natal kita menemukan bahwa Tuhan membalas ketidaksetiaan manusia dengan kesetiaan. Uniknya adalah Tuhan menunjukkan kesetiaannya kepada manusia bukan saat manusia sudah setia kepada Tuhan, namun saat manusia berada dipuncak ketidaksetiaannya, Tuhan justru membalasnya dengan kesetiaan.
Kita pasti mengenal yang namanya “perjanjian,” dalam sebuah perjanjian biasanya dua orang sama-sama terikat kewajiban; apakah yang terjadi saat salah satu pihak melanggar perjanjian? Bukankah perjanjian tersebut menjadi batal. Saat manusia melanggar perjanjian dengan Allah, Allah sebenarnya tidak harus memenuhi apa yang dijanjikan sebelumnya sebab manusia sendiri telah melanggar perjanjiannya dengan Allah. Meskipun demikian, Allah tetap setia dengan apa yang dijanjikannya. Bukti dari kesetiaannya dalam perjanjian adalah melalui kedatangan-Nya, dalam peristiwa Natal. Jadi, tatal mengingatkan kita bahwa pribadi Allah dan janji Allah dapat dipercayai.
Pertanyaannya sekarang adalah mudahkah kita mempercayai Allah? Mudahkah kita mempercayakan hidup pada Dia? Mudahkah kita mempercayai Allah saat kita sedang mengidap sakit kanker? Mudahkah kita mempercayai Allah saat hidup kita sedang susah? Mudahkah kita mempercayai Allah saat masa depan dan jalan hidup kita terasa buntu?
Memang tidak mudah untuk mempercayakan hidup kita kepada Tuhan khususnya saat kita berhadapan dengan realita-relaita hidup yang berlawanan dengan harapan kita. Itulah sebabnya kita membutuhkan iman; itulah sebabnya Alkitab mengajar kita bahwa orang benar akan hidup dari iman kepada iman. Lihat Abraham, untuk mengikut Tuhan ia harus memiliki langkah iman; lihat juga dengan Yusuf, iman membuatnya tetap setia melawati fase-fase hidupnya yang penuh dengan kesulitan.
Hal kedua yang luar biasa/tidak biasa dalam peristiwa Natal adalah Natal memperlihatkan sebuah peristiwa dimana orang yang tidak pantas dibuat jadi pantas. Dalam peristiwa Natal, kita menemui orang-orang yang dianggap tidak pantas ternyata dipakai Tuhan dalam mengerjakan karya keselamtan.
Dalam sislisah terdapat beberapa nama yang kita tahu mereka adalah orang yang dianggap tidak pantas. Tamar yang adalah seorang perempuan yang menggunakan cara yang tidak baik dalam mendapatkan keturunan. Demikian juga dengan Rut, Seorang perempuan Moab yang dipakai Tuhan menjadi nenek moyang Kristus; Rut memang adalah permpuan yang luar biasa, namun dimata orang Yahudi Rut adalah bangsa kafir; bangsa yang tidak pantas diterima sebagai umat Tuhan karena dosanya yang banyak dihadapan Tuhan. Pertanyaannya mengapa orang dengan latar belakang seperti Rut dapat dijadikan nenek moyang Yesus? Jawabannya adalah sebab anugerah Allah juga ditujukan bagi orang-orang seperti Ruth.
Contoh yang lain adalah Raja Daud; walaupun Daud adalah seorang raja yang sering kali dipandang positif, namun Daud adalah raja yang juga penuh dengan cacat cela; dosa Daud sebenarnya tidak kalah dari dosa Saul, ia pernah berzinah, dia tidak menjadi seorang ayah yang baik; ia pernah bunuh orang dst. Pertanyaannya mengapa orang seperti ini tetap dipakai Tuhan untuk melahirkan juru selamat? Jawabannya adalah karena anugerah Allah juga ditujukkan bagi orang-orang seperti Daud, yang dosanya begitu banyak.
Dalam peristiwa Natal juga kita menemukan adanya orang-orang yang tidak dianggap pantas namun menerima anugerah untuk menyaksikan natal pertama. Lihat orang yang bernama Elizabeth; seorang yang mandul dan dianggap mendapatkan “kutuk,” namun kemudian diberikan kesempatan untuk menjadi ibu dari nabi terbesar yakni Yohanes Pembaptis. Hal ini terjadi dalam rangka natal pertama. Lihat juga Maria; seorang wanita muda dari keluarga yang biasa-biasa saja diberikan kesempatan untuk menjadi ibu yang melahirkan juru selamat. Lihat juga para gembala yang merupakan orang-orang yang dianggap sebagai kelompok strata paling rendah diberikan kesempatan menjadi saksi mata pertama dari peristiwa Natal
Inilah luar biasanya natal dimana Allah menunjukkan anugerahnya termasuk bagi orang-orang yang dianggap tidak pantas. Yang patut kita sayangkan adalah cara pandang Allah terhadap orang-orang yang berdosa ini sering kali hilang dari cara pandang orang-orang Kristen. Allah memandang orang-orang berdosa dengan mata yang penuh belas kasihan, namun kita (orang-orang Kristen) sering kali memandang rendah dan jijik dengan orang-orang yang berdosa atau pernah jatuh dalam dosa.
B.      Apa yang kita bisa pelajari?
NATAL HARUS MENGUBAHKAN KITA MENJADI ORANG YANG PENUH ANUGERAH TERHADAP SESAMA KITA. Coba bayangkan, siapakah orang yang saat ini paling anda benci? Gambaran wajah siapa yang muncul di benak anda saat saya meminta anda membayangkan orang yang paling anda benci?
Saya pernah melihat seorang istri yang begitu membenci suaminya karena ia selingkuh berkali-kali. Saya juga pernah melihat seorang ibu yang membenci anaknya karena anak-anaknya dianggap ibu ini cuma cari kesempatan dalam kesempitan; ibu tersebut bercerita bahwa saat ia bercerai dengan suaminya, anak-anaknya memilih ikut suaminya karena suaminya mempunyai uang lebih banyak; namun saat ibu tersebut memiliki kehidupan yang lebih mandiri, maka anak-anaknya mendekatinya dengan tujuan supaya bisa ikut dengan ibunya; ibu tersebut merasa anak-anaknya telah menyakiti hatinya dan ia merasa anak-anaknya sudah mengkhianatinya. Diantara kita mungkin ada yang mengalami seperti orang-orang yang tadi saya ceritakan; ada orang-orang tertentu yang sangat kita benci.
Natal adalah peristiwa yang mengingatkan kita bahwa Yesus telah memberikan kepada kita sebuah teladan bagaimana kita harus mengasihi orang-orang yang tidak pantas kita kasihi. Kita bukanlah orang yang pantas dikasihi Tuhanl; namun Tuhan tetap penuh anugerah kepada kita. Apa artinya penuh anugerah itu? Penuh anugerah artinya memberikan kepada seseorang yang sebenarnya tidak pantas diterima orang tersebut. Itulah yang Kristus lakukan bagi kita dan kita pun harus belajar seperti Kristus untuk memberikan apa yang tidak sepantasnya orang yang anda benci terima dari anda. Jika anda dilukai oleh orang tertentu, apa yang anda rasa tidak patut orang tersebut terima dari anda? Tentu saja pengampunan dan maaf bagi orang tersebut; dan justru hal itulah yang seharunsya anda berikan kepada orang tersebut, yakni pengampunan. Jika anda pernah ditelantarkan keluarga anda, apa yang anda rasa tidak patut diterima oleh orang yang menelantarkan anda? Tentu saja jawabannya adalah belas kasihan; dan itulah yang justru anda harus berikan kepada orang yang pernah meninggalkan anda.
Natal yang membuat Tuhan bersukacita bukanlah natal yang sekedar ditandai dengan kemeriahan; Natal yang membuat Tuhan bersukacita adalah natal yang diwarnai dengan tetesan air mata karena masing-masing kita berdamai satu dengan yang lain, saling mengampuni dan memaafkan.
Selamat memperingati dan merayakan natal.


Minggu, 15 Desember 2013

Anugerah Datang Dari Kristus

           
“Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” Yohanes 1:16

Saya pernah menonton sebuah film tentang sekumpulan anak muda mantan preman, pecandu, anak-anak nakal yang dilayani dalam sebuah kelompok pembinaan Kristen. Satu kali kelompok ini pergi berwisata ke sebuah pegunungan yang ada air terjunnya. Dalam acara kebersamaan tersebut, ada seorang mantan preman yang tidak mau ikut acara, ia meninggalkan acara dan pergi berenang di air terjun. Saat ia berenang, tiba-tiba kakinya keram dan ia hampir tenggelam. Kebetulan salah seorang anggota kelompok itu mencari preman nakal tadi. Waktu ia menemukan preman tadi sedang tenggelam karena kakinya keram, ia langsung terjun dan menolong preman itu. Namun, saat ia sedang berusaha membawa si preman ketepian air terjun, tiba-tiba asma orang itu kumat, ia tidak bisa bernapas. Akhirnya apa yang terjadi, dalam peristiwa itu si preman selamat namun orang yang menolongnya mati.
Film yang tadi saya ceritakan memperlihatkan kepada kita mengenai kematian seseorang yang membuat orang lain bisa tetap hidup. Jika kita melihat ada orang yang rela mati demi kehidupan orang lain, kira-kira bagaimana kita menilai orang tersebut? Dalam film kisah-kisah mengenai pengorbanan seseorang demi kehidupan orang lain seh… banyak, namun dalam realita apakah hal tersebut ada? Saya kira realita adanya orang-orang yang rela mati supaya orang lain hidup pasti itu sangatlah jarang.
Alkitab memperlihatkan kepada kita, Yesus mati supaya kita hidup. Inilah keunikan kematian Yesus. Ia mati bukan karena ia berdosa atau bersalah, ia mati supaya kita yang berdosa bisa diselamatkan. Keunikan kematian Yesus diperlihatkan oleh Yohanes dalam Yoh 1:16. Yohanes berkata ‘karena kepenuhannya kita semua telah beroleh karunia demi kasih karunia.’
Apakah maksud kepenuhan Kristus di sini? Istilah kepenuhan sejajar artinya dengan istilah ‘komplit’ atau ‘lengkap’ atau ‘sempurna.’ Istilah ‘kepenuhan’ menunjuk pada satu ukuran yang sudah mencapai titik ujungnya.[1] Istilah ‘kepenuhan Kristus’ menunjuk kepada pekerjaan atau karya Kristus dalam dunia ini yang telah lengkap atau telah mencapai ujungnya atau telah sempurna. Yohanes melihat karya Kristus dalam dunia ini yang telah dikerjakan Kristus sampai lengkap atau sempurna, itulah yang membuat kita (umat Tuhan) beroleh karunia demi kasih karunia.
Karya Kristus yang mana dalam dunia ini yang Yohanes maksudkan sebagai puncak atau titik akhir dari karya Yesus? Yang dimaksudkan Yohanes tiada lain menunjuk pada karya kematian Yesus di atas kayu salib. Ingatkah kita pada apa yang Yesus katakan diatas kayu salib untuk terakhir kalinya? Coba lihat dalam Yohanes 19:30.
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: Tetelestai ‘sudah selesai.’ Lalu ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Apakah arti perkataan Yesus ini? Apakah maksudnya waktu Yesus berkata Tetevlestai ‘sudah selesai.’ Istilah ‘sudah selesai’ memiliki pengertian yang sama dengan istilah kepenuhan, istilah ‘sudah selesai’ memiliki arti sudah lengkap, sudah sempurna, sudah final. Karya Yesus atau tugas Yesus dalam dunia ini, yakni untuk menyelesaikan urusan dosa manusia telah selesai, telah ia kerjakan sampai akhir dengan setia dan sempurna. Pekerjaan yang Allah telah percayakan kepada-Nya, untuk menyelamatkan dan melepaskan manusia dari belenggu dosa telah dikerjakan-Nya sampai akhir dengan sempurna.
Kebenaran inilah yang Yohanes lihat dan maksudkan dalam Yoh. 1:16-17, saat ia berkata dari kepenuhan Kristus, kita memperoleh kasih karunia demi kasih karunia, maka yang dimaksudkan adalah dari karya Kristus yang dikerjakan oleh Yesus sampai akhir dengan sempurna di atas salib, kita semua memperoleh kasih karunia demi kasih karunia.
Karunia apakah yang kita peroleh karena karya Kristus yang sempurna di atas salib? Jawabannya adalah kita beroleh karunia “hubungan yang baru dengan Allah.” Semua orang yang berdosa, tidak memiliki hubungan dengan Allah. Kisah kejatuhan manusia dalam dosa memperlihatkan kepada kita bahwa setelah manusia berdosa, maka kita semua terusir dari hadirat Allah, manusia tidak bisa bersatu dengan Allah, manusia tidak bisa bertemu dan berkomunikasi dengan Allah. Dalam kematian Yesus, hubungan manusia dengan Allah yang terputus sekarang telah dipulihkan. Manusia didalam Kristus sekarang dapat menghadap Allah. Kebenaran inilah yang dilihat oleh penulis Ibrani dalam Ibrani ps. 10:19-20: “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus, kita sekarang penuh keberanian masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru, yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri.”
Yesus mati supaya kita dapat kembali berelasi dengan Allah. Yesus mati, supaya kita orang-orang berdosa bisa diampuni oleh Allah dan bisa beribadah kepada Allah dengan benar. Itulah sebabnya penulis kitab Ibrani dalam ps. 10: 25, ia berkata ‘janganlah kamu menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita.’ Kenapa kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan ibadah? Sebab kesempatan ibadah yang kita miliki memungkinkan terjadi karena Yesus telah membayarnya dengan kematian-Nya. Bisakah kita bayangkan supaya kita dapat kembali beribadah kepada Allah, Yesus membayarnya dengan kematian-Nya. Oleh sebab itu, hargailah ibadah, janganlah kita menjadi orang yang tidak menghargai ibadah. Ingat supaya kita dapat beribadah kepada Tuhan, Yesus membayar itu dengan darah-Nya sendiri.
Kasih karunia kedua, yang kita terima karena pekerjaan Kristus adalah kita sekarang memperoleh status yang baru. Sebelum kita percaya Yesus, semua kita adalah hamba-hamba dosa. Apakah artinya hamba-hamba dosa? Kita ini adalah orang-orang yang dikuasai dan dikendalikan oleh dosa. Oleh karena kematian Yesus, kita sekarang dibebaskan dari perhambaan dosa dan diubah menjadi hamba-hamba kebenaran atau hamba-hamba Allah. Dalam dunia ini hanya ada dua status yakni hamba dosa atau hamba kebenaran. Jika kita bukan hamba kebenaran maka kita adalah hamba-hamba dosa. Masalahnya adalah manusia itu tidak bisa mengubah statusnya sendiri. Sekali manusia menjadi hamba dosa, maka selamanya ia menjadi hamba dosa.  Itulah sebabnya jika kita dapat memiliki satus yang baru, itu adalah karunia Tuhan yang luar biasa. Kita adalah orang-orang yang bukan lagi hamba dosa, kita adalah orang-orang yang telah dilepaskan Kristus dari perbudakan dosa. Itulah sebabnya jangan lagi jadi orang yang kalah dengan dosa namun jadilah orang yang mengalahkan dosa.
Apakah yang harus kita lakukan sekarang? Respons atau tanggapan apakah yang harus kita berikan saat kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus telah mengaruniakan bagi kita karunia-karunia yang demikian berharga? Pertama, kita harus mengasihi Tuhan. Pernahkan anda menerima kebaikan seseorang yang begitu besar? Saat kita merasakan perlakuan yang baik dari seseorang, respons yang umumnya muncul adalah kita menjadi merasa terharu dan ingin membalas kebaikan orang tersebut.
Saya pernah mengalami hal tersebut. Satu kali, setelah saya selesai kontrak pelayanan di Palembang, saya akan kembali ke Bandung. Waktu itu, saya telah membeli sebuah tiket pesawat untuk Palembang-Bandung. Entah kenapa, waktu itu saya salah melihat jam, saya mengira waktu cek-in sebagai waktu take off. Waktu itu, dengan santai saya pergi ke Bandara diantara seorang jemaat saya. Waktu saya sampai di Bandara, saya bertanya jam berapa pesawat yang akan saya tumpangi take-off, lalu karyawan itu bilang, wah pak pesawatnya baru saya berangkat. Waktu itu, saya bingung juga, gimana caranya saya bisa pulang ke Bandung? Waktu itu jemaat saya menolong saya, sehingga sore harinya saya bisa kembali ke Bandung. Waktu itu saya berkata dalam hati saya. Kebaikan bapak itu tidak akan saya lupakan, jika satu kali saya bisa membalas kebaikan bapak itu, saya pasti akan melakukannya.
Itulah respon yang wajar saat kita menerima kebaikan seseorang. Dan Kristus sebenarnya telah memberikan kepada kita hal yang paling berharga, hal yang paling bernilai bagi kita yaitu keselamatan hidup kita. Itulah sebabnya kita harus mengasihi Dia, itu adalah respon yang harus ada dalam diri kita, saat kita menyadari bahwa kita sangat dikasihi Yesus.
Sayangnya, ada banyak orang Kristen tidak lagi menghayati dan menyadari kasih Yesus bagi dirinya. Itulah sebabnya orang Kristen tidak lagi memiliki kasih yang mengebu-gebu kepada Tuhan. Orang Kristen seperti jemaat Efesus, telah kehilangan kasihnya yang mula-mula pada Yesus. Hari ini, kita kembali diingatkan akan kasih Kristus bagi kita. Ia mati bagi kita, ia korbankan dirinya supaya kita hidup. Tidakkah kita harus mengasihi Tuhan juga? Tidakah kita harus mencintai Tuhan?
Kedua, apa yang harus kita lakukan? Jika kita benar-benar mengasihi Tuhan? Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, maka kita harus mengabdikan diri kepada Tuhan. Bagaimana kita bisa mengabdikan diri kepada Tuhan? Ada dua cara, yang pertama adalah dengan beribadah dengan setia dan benar. Ibadah adalah wujud nyata dari kasih seorang Kristen kepada Tuhan. Mengapa demikian? sebab ibadah pada dasarnya memiliki arti “mengabdikan diri.” Secara harafiah istilah ibadah dalam Alkitab memiliki pengertian “bersujud.” Meskipun demikian, istilah bersujud sebenarnya digunakan untuk menggambarkan “rasa takluk” dari orang yang bersujud itu kepada tuannya. Sama dengan hal tersebut, orang yang mengerti siapa Tuhan dan siapa kita, pasti akan bersujud kepada Dia, artinya orang tersebut pasti akan berbakti dengan penuh hormat kepada Dia. Namun, seorang Kristen pasti mengerti bahwa Allah itu bukan hanya “Tuhan” yang harus dihormati dan diagungkannya, namun Allah itu juga adalah Bapa dan Sahabat kita, yang telah memberikan pemberiaan terbaik bagi kita yakni keselamatan. Itulah sebabnya, seorang Kristen pastilah tidak akan datang berbakti kepada Tuhan sekedar dengan kegentaran, namun ia pun seharusnya datang kepada Tuhan dengan penuh sukacita, sebab ia tahu bahwa ia sedang datang menghadap pribadi yang sangat dia kasihi. itulah sebabnya, jika kita benar-benar telah mengalami anugerah Allah, nyatakank]lah ucapan syukur kita kepada Tuhan, melalui kesetiaan dan kesungguhan kita dalam beribadah. Orang Kristen yang selama ini beribadah asal-asalan haruslah bertobat dari kebiasaan buruknya. Orang Kristen yang dalam beribadah sering kali terlambat, juga harus bertobat. Demikian juga orang Kristen yang suka tidur saat ibadah, juga harus bertobat. Berikanlah yang terbaik pada Tuhan, sebagai wujud nyata syukur kita kepada Dia.
Hal kedua yang kita bisa nyatakan kepada Tuhan sebagai wujud cinta kasih dan terima kasih kita adalah hidup jauh dari dosa dan penuh dengan kebaikan. Rasul Paulus mengingatkan bahwa persembahan yang sejati adalah kehidupan kita. Nabi Yesaya juga pernah mengingatkan bangsa Israel bahwa persembahan menjadi berbau busuk dihadapan Tuhan walaupun itu secara lahirian sangat bernilai, jika orang yang memberikan persembahannya kotor dengan dosa.
Kita harus sadar bahwa Tuhan bukan sekedar ingin uang kita dalam ibadah ini. Tuhan ingin hidup kitalah yang dipersembahkan. Tuhan ingin, seorang Kristen datang kepada Tuhan dengan mempersembahkan perbuatan-perbuatan baik, dengan mempersembahkan ketaatan yang tulus kepada orang tua, atau persembahan berupa doa yang dengan setia dinaikan kepada Tuhan bagi sesama kita, atau persembahan berupa kerelaan untuk melayani Tuhan. Uang kita, walaupun besar dalam ibadah ini tidak mempunyai nilai apapun, kecuali kita memberikan hidup kita.
Hari ini saya ingin kita untuk memikirkan, menurut anda berapa nilai kehidupan anda diukur dari kebaikan-kebaikan hidup yang kita lakukan? coba tanya kepada istri anda atau anak anda atau orang tua anda, jika mereka mencibirkan bibir mereka, itu artinya anda harus bertobat. Mengapa demikian? sebab orang yang paling mengenal anda adalah keluarga anda. Kita dapat membohongi tetangga atau teman-teman di gereja, namun anda tidak akan pernah dapat membohongi keluarga anda. Jika mereka berkata, “anda adalah seorang yang pelit,” atau anda seorang yang kurang punya kepekaan sosial, itu berarti kemungkinan besar memang demikianlah kita. Kita mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan, itulah yang paling Tuhan sukai.




[1] Louw & Nida, Greek-English Lexicon of the New Testament vol 1, 597-598.

Minggu, 08 Desember 2013

Natal dan Transformasi Hidup

Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya didalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya. Yohanes 1:4-5

Ada seorang bapak di kota Klaten mengambil keputusan menerima Tuhan Yesus dalam kehidupannya. Sejak bapak ini terima Tuhan Yesus, kehidupannya berangsur-angsur mengalami perubahan. Dulunya bapak tersebut suka memukul istrinya (ia mungkin dulunya pelatih karate sehingga tangan kakinya reflek, bila lagi ngambek langsung maen hajar), ia juga terjebak dengan kehidupan malam yang identik dengan obat-obatan, minuman keras, perjudian dan pelacuran. Namun, waktu bapak ini terima Tuhan Yesus, nuraninya dipakai Tuhan secara luar biasa untuk membuatnya meninggalkan dosa-dosa masa lalunya. Ia berkata bila dulu saya gampang marah, gampang nampar istri, gampang maen perempuan dan saya ngga ada rasa bersalah apapun… lempeng… lempeng aja… tapi setelah percaya Yesus, jangankan menampar, mengatakan sesuatu yang kasar saja, hati saya langsung menemplak. Jangankan main perempuan, lihat film yang tidak senonoh saja saya rasanya sangat berdosa.
Waktu saya mendengar kesaksian tersebut saya bertanya, apakah yang membuat seseorang yang dulunya punya kehidupan yang begitu rusak, begitu gelap, begitu jahat namun ia kemudian bisa mengalami perubahan yang sedemikian drastis? Hal yang sama saya temukan dalam diri Rasul Paulus, saya bertanya apakah yang membuat seorang seperti Paulus, yang sebelumnya memiliki kehidupan yang begitu jahat, yang sebelumnya menjadi penganiaya jemaat, yang hatinya begitu keras dan kejam, namun ia akhirnya bisa menjadi seorang Kristen yang bukan saja sangat setia kepada Tuhan bahkan menjadi seorang Kristen yang mau bayar harga dalam mengikut Tuhan? Hal apakah yang menjadi penyebabnya? Jawabannya adalah karena bapak tersebut, demikian juga dengan rasul Paulus, mereka berdua mengalami transformasi dalam kehidupan mereka. Ada sesuatu yang berkerja secara luar biasa dalam diri bapak ini, juga dalam diri Rasul Paulus yang membuat mereka berdua mengalami  perubahan hidup.
Rahasia Kebenaran tadi, bagaimana seseorang bisa mengalami kehidupan yang berubah, kehidupan yang ditransformasikan, Alkitab nyatakan pada kita dalam Yohanes 1:4-5 bahwa dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya. Kebenaran Alkitab ini mengajarkan kepada kita tiga pokok ajaran yang penting. Pokok ajaran yang pertama adalah hanya dalam Yesus-lah ada kehidupan. Apakah maksudnya waktu Alkitab berkata, Dalam Dia ada hidup? Jika Alkitab berbicara mengenai kehidupan, maka kehidupan yang dibicarakan bukanlah sekedar kehidupan fisik. Pada umumnya manusia menganggap sesuatu hidup, jika sesuatu itu bisa bergerak, bisa bersuara, bila diberikan aksi tertentu maka akan bereaksi (jika dijitak langsung melotot) dst. Semua hal tadi dipandang sebagai ciri dari kehidupan. Namun, jika saudara memperhatikan ajaran Alkitab, maka saudara akan menemukan bahwa Alkitab membicarakan kehidupan dengan cara yang berbeda. Kehidupan bukan hanya dipandang secara fisik, kehidupan berbicara mengenai kualitas hidup.
Dalam Injil Yohanes, istilah hidup digunakan untuk menggambarkan lawan dari sebuah keadaan yang semua manusia alami yakni kehancuran, keterkutukan dan kematian.[1] Saudara sekalian, sejak manusia jatuh dalam dosa maka Alkitab menggambarkan keadaan semua manusia mempunyai kesamaan. Apakah itu? semua manusia pada dasarnya hidup dalam kehancuran, keterkutukan dan kematian. Bahasa teologinya manusia mengalami total depravity, manusia mengalami kerusakan yang total, yang sangat parah. Sejak manusia jatuh dalam dosa, Alkitab berkata tidak ada yang benar, seorangpun tidak, tidak ada yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang baik, seorangpun tidak…(Roma 3:11-12)

Sejak manusia berdosa, tidak ada satupun manusia yang benar-benar mencari Allah? mungkin di sini saudara tidak setuju, sebab saudara melihat dalam agama-agama dunia ini semua orang berkata bahwa mereka mencari Allah. Ya mereka memang mencari Allah, namun bukan Allah yang benar yang mereka cari, yang mereka cari adalah Allah rekaan diri mereka sendiri. Sejak manusia jatuh dalam dosa maka semua manusia punya problem yang sama, hidup semua manusia dikuasai oleh napsu dan dosa, tidak ada satupun manusia yang mampu tidak berbuat dosa. Sejak manusia jatuh dalam dosa, maka semua manusia harus berhadapan dengan kematian, baik fisik maupun rohani.
Mungkin kita bertanya, tahu dari mana bahwa hidup semua manusia dalam keadaan hancur, terkutuk dan mati? Bukankah kalo kita lihat di TV, majalah atau berita, kita melihat bahwa manusia tambah hari tambah maju (dulu manusia hanya berangan-angan bisa terbang, sekarang manusia bisa terbang beneran, I can play kata mereja walopun itu pake pesawat), bukankah manusia juga  tambah hari tambah hebat (dulu manusia cuma bisa pasrah kalo berhadapan dengan penyakit, sekarang manusia tidak lagi demikian, manusia mampu membuat anti bodi, manusia bahkan mampu merekayasa satu virus tertentu untuk digunakan jadi obat)? bukankah manusia tambah hari tambah pintar (manusia mampu membuat gedung yang tingginya ratusan meter, manusia mampu membuat alat transportasi yang canggih, manusia mampu membuat robot yang begitu mirip dengan manusia)? jika demikian bagaimana mungkin pak manusia dikatakan dalam keadaan hancur, terkutuk dan mati?
Apa yang tadi dikatakan benar sekali, manusia tambah hari tambah maju, tambah hebat dan tambah pintar, namun kita tidak bisa memungkiri bahwa disaat yang sama kehidupan manusia tambah hari tambah kehilangan makna dan arti hidupnya. Jika memang kemajuan, kehebatan dan kepintaran manusia adalah tanda dari keberartian hidup manusia, maka bagaimana mungkin yang kita lihat sekarang ini adalah hal yang sebaliknya. Dalam negara yang sangat maju, yang terjadi justru adalah tingkat stress yang tinggi, banyak orang menjadi gila, banyak orang bunuh diri. Dalam negara yang sangat maju malah terjadi banyak kekerasan rumah tangga, terjadi banyak kejahatan, terjadi banyak ketidaknormalan, misalnya saja homoseksualitas, lesbian, berhubungan intim dengan binatang, dst. Dibalik kesuksesan umat manusia, sebenarnya terdapat realita yang tidak bisa dipungkiri, bahwa semua manusia sedang menjalani kehidupan yang tak berarti, yang tak bermakna, yang diwarnai dengan kehancuran, dengan kata lain kehidupan yang sebenarnya terkutuk dan tidak beda dari kematian.
Saya mendengar dari seorang rekan hamba Tuhan yang anaknya sekolah di Singapore. Ia bercerita bahwa di Singapore tidak jarak anak-anak yang studi di sana, waktu berhadapan dengan realita yang pahit, misalnya studinya gagal, tidak jarang diantara mereka yang menerjunkan dirinya ke kereta bawah tanah, mereka bunuh diri. Coba lihat, di kota yang pendudukannya sangat maju, sangat terdidik ternyata banyak orang di sana juga yang bunuh diri, apakah pendidikan yang tinggi, masrakat yang maju adalah tanda dari kehidupan yang berarti dan bermakna? Jawabannya sama sekali tidak.
Hari ini alkitab mengatakan kepada kita bahwa Dalam Dialah ada kehidupan. Dalam Yesuslah kita akan menemukan kehidupan yang sejati. Dalam Yesus kita akan menemukan makna hidup kita, dalam Yesus kita akan menemukan keberartian hidup kita. Sebaliknya diluar Yesus, tidak ada kehidupan, diluar Yesus yang ada hanyalah kutuk dan kematian.
Raja Salomo pernah mengalami sendiri hal ini. Ia berkata dalam Pengkhtbah ps. 2. Dalam bagian Alkitab tersebut salomo berkata aku telah menjadi besar, bahkan lebih besar dari siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku…jika orang berkata bahwa yang dicari manusia adalah tiga ta, yakni tahta, harta dan wanita, maka Salomo telah mempunyai semuanya itu, namun tahukan saudara apakah yang ia katakan kemudian:  Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.
Saya pernah membaca sebuah kisah yang sangat tragis. Ada seorang pemuda yang bekerja sebagai psikolog, khususnya menjadi seorang motivator. Ia adalah orang yang sangat terkenal. Banyak atlet yang setelah bertemu dengan dia, mereka mampu meraih prestasi yang gemilang. Dikalangan teman-temannya, ia dikenal sebagai seorang yang sukses dalam segala hal, khususnya dalam materi dan dalam popularitas. Namun, satu kali pemuda hebat ini ditemukan mati dengan sebuah lubang peluru dikepalanya. Di sana juga ditemukan sebuah surat yang isinya adalah ia sangat merasa kesepian. Dimalam sebelum ia bunuh diri, orang ini menelpon seorang sahabatnya dan berkata saya ingin bunuh diri, namun sahabatnya mengira itu bercandaan, sehingga ia tidak menghiraukannya. Ternyata pemuda sukses ini benar-benar bunuh diri.
Saya bertanya, mengapakah pemuda yang telah sukses ini kok bunuh diri, apakah yang kurang dari hidupmu? Jawabannya adalah memang diluar Tuhan, hidup sesukses apapun tidak akan memberikan pada kita arti dari kehidupan, manusia dalam puncak kesuksesannya justru akan merasa hampa. Saat itulah manusia akan menyadari, bahwa kesuksesan hidup tidak sama sekali memberikan arti hidup.
Alkitab hari ini memberikan kepada kita rahasia kehidupan yang sejati. Hanya Dalam Dialah ada kehidupan. Hanya dalam Yesus, kita akan memiliki kehidupan yang benar-benar hidup. Kehidupan yang penuh arti, kehidupan yang dalam dirinya sendiri ada sukacita. Kehidupan yang tidak dipengaruhi situasi dan kondisi. Situasi bisa berubah, kondisi bisa tidak seperti yang kita harapkan, realita hidup yang kita hadapi boleh sangat pahit namun orang yang ada dalam Tuhan, mereka akan memiliki hidup yang tetap penuh sukacita, kehidupan yang tetap bermakna, kehidupan yang tetap penuh ucapan syukur, kehidupan yang dari dalam dirinya ada ketenangan batin dan damai sejahtra, kehidupan yang kuat dan tangguh.
Kehidupan seperti itulah yang kita lihat dalam sosok Rasul Paulus. Saudara tahukah kalian bagaimana masa tua rasul Paulus? Rasul Paulus banyak menghabiskan masa tuanya dalam penjara. Rasul Paulus bukan hanya harus berhadapan dengan terali besi, namun ia juga harus berhadapan dengan sakit penyakit yang pastilah sangat menyiksanya. Namun tahukah saudara, apakah yang dia katakan diakhir hidupnya?
Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
Coba lihat, dalam kalimat di atas, Rasul Paulus sama sekali tidak mengeluh, nada suaranya justru adalah nada sukacita. Sebuah pertanyaan seharusnya muncul dibenak kita, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi, bagaimanakah mungkin seseorang yang harus mengakhiri hidupnya dengan sad ending dia seolah-olah bisa menutup matanya sambil tersenyum? Jawabannya adalah sebab ia telah berada dalam Tuhan, karena ia telah berada dalam Tuhan, maka ia telah memiliki kehidupan yang bermakna dan berarti, sehingga keadaan seberat apapun yang sekarang dia hadapi, tidak mampu membuatnya mengeluh, membuatnya kecewa kepada Tuhan, membuatnya meninggalkan Tuhan. Saudaraku ingat rahasia yang satu ini hanya dalam Dia ada kehidupan. Ini berarti Diluar Tuhan sebanarnya tidak ada kehidupan. Kejayanan, ketenaran dan kehebatan manusia tidak mampu memberikan pada manusia satu kehidupan yang benar-benar berarti dan bermakna. Inilah hal pertama yang Alkitab mau ajarkan pada kita.
Hal kedua, yang Alkitab ajarkan adalah hidup itu adalah terang manusia. Saudara-saudara, Dalam Alkitab, khususnya dalam Injil Yohanes, istilah terang seringkali juga disebutkan Tuhan Yesus. Dalam injil Yohanes, istilah terang digunakan untuk menunjuk pada sosok Yesus sendiri. Dalam Yohanes 8:12 dikatakan “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."  Sekarang muncul pertanyaan, Sewaktu Alkitab berkata dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia, kira-kira apakah yang dimaksudkan disini? Sewaktu Alkitab berkata siapa yang ada dalam Yesus, ia memiliki hidup. Maka Alkitab sebenarnya hendak mengatakan Yesus yang ada dalam diri kita itulah yang membuat kita hidup. Sekarang Yohanes ingin menyoroti aspek lain dari kehadiran Kristus dalam diri seorang percaya. Yesus bukan hanya berperan dalam memberikan hidup yang sejati pada manusia, namun Yesus akan menjadi terang dalam hidup orang percaya.
Apakah yang ada dalam pikiran Yohanes sewaktu ia berkata orang yang berada dalam Tuhan akan mempunyai terang hidup? Yang ada dalam pikiran Yohanes adalah peristiwa dalam Kejadian ps. 1, bagaimana Allah pertama kali menciptakan terang. Dalam kejadian 1:1-5 dikatakan
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.  Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
Sama seperti bagaimana dahulu sewaktu Allah menciptakan terang untuk pertama kalinya, ia menggunakan terang untuk mengusir kekacau balauan, demikianlah sekarang Allah memberikan kepada orang-orang yang telah ada dalam Tuhan, terang yakni Tuhan Yesus sendiri supaya manusia mampu membenahi kehidupan yang telah dikacaubalaukan dosa.
Keberadaan Tuhan Yesus dalam kita akan berdampak pada pembenahan hidup kita. Dulu, sebelum kita percaya kepada Tuhan, orientasi hidup kita tidak jelas kemana. Setelah kita berada dalam Tuhan, Allah akan mengarahkan diri kita untuk mengerti kemanakah Tuhan panggil hidup kita, untuk apakah kita hidup dan ada dalam dunia ini.
Sebelum kita percaya Yesus, kita hidup dalam berbagai dosa-dosa yang tidak mampu kita lepaskan. Banyak diantara anak-anak muda yang hidup cuma diwarnai dengan kebohongan demi kebohongan. Ada banyak anak muda yang hidupnya dikuasai oleh pornografi, dikuasai oleh kebencian, dikuasai keputusasaan. Kehadiran Kristus dalam hidup seseorang akan membenahi porak porandanya kehidupan seseorang.  Saya percaya tidak ada satupun orang yang percaya Yesus sunggung-sungguh, yang hidupnya tidak dibenahi oleh Tuhan.
Hal Kedua yang ada dalam pikiran Yohanes sewaktu menyebutkan istilah terang adalah sama seperti waktu Allah menciptakan dunia ini, maka dunia yang dalam keadaan yang sangat gelap gulita, oleh karena adanya terang maka kegelapan itu akan disingkapkan, hal-hal yang tersembunyi akan dinyatakan, demikianlah juga dengan orang-orang yang ada dalam Tuhan. Tuhan akan berkarya dalam hidup orang-orang percaya untuk menelanjangi diri kita, untuk menunjukan hal-hal yang sebelumnya tidak mampu kita kenali.
Saya pernah ditanya oleh seorang pedagang, pak mengapa tambah hari saya merasa diri saya tambah banyak dosanya? Apakah hal ini berarti bahwa setelah ikut Tuhan, saya tambah buruk? Saya katakan kepaa bapak ini, tidak demikian. Yang terjadi adalah setelah bapa percaya Yesus, maka Allah bekerja dalam nurani bapak, sehingga nurani bapa bekerja jauh lebih peka dan tajam ketimbang sebelumnya. Mungkin dulu bapa merasa ada banyak hal yang bukan dosa, namun setelah bapak percaya Yesus maka mata hati bapa terbuka, kepekaan hati bapa menjadi tajam, sehingga mulai bisa melihat dengan benar mana yang salah dan mana yang tidak.
Sewaktu Allah ada dalam hidup kita, Ia tidak bersikap pasif. Salah satu karya Tuhan Yesus sebagai terang dalam hidup kita adalah Ia akan menerangi sisi-sisi gelap hidup kita, ia akan menunjukan hal-hal yang masih harus kita bereskan satu demi satu. Ia akan murnikan hidup kita dan menyadarkan kita bahwa kita ini adalah manusia yang sangat berdosa, yang kalopun kita bisa diselamatkan, itu adalah karena anugrah Allah semata. Karya Tuhan Yesus dalam hidup kita, dimana ia menjadi terang dalam hidup kita, karya inilah yang bisa kita disebut sebagai karya transformasi dari Tuhan Yesus. Kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup kita akan membuat kita mengalami transformasi kehidupan. Tuhan akan membuat kita semakin peka, sehingga kita semakin mampu mengenali dosa-dosa yang masih tersembunyi dalam diri kita, kebiasaan-kebiasaan buruk yang harus kita tinggalkan. Saudaraku, Tuhan Yesus akan membenahi hidup setiap orang yang percaya kepada Dia.
Saudara sekalian, hanya jika kita berada dalam Tuhan, maka kita akan mengelami transformasi kehidupan. Jika kita menerima Tuhan Yesus dalam hidup kita, maka Ia akan menjadi terang dalam hidup kita. Ia akan menerangi setiap perkara yang harus kita beresi dihadapan Tuhan. Ia bukan hanya akan menerangi, Iapun akan membenahi hidup kita.
Saudara sekalian, ini adalah bulan natal, tahukah saudara natal pertama kali dirayakan untuk memperingati Yesus yang datang sebagai matahari kebenaran. mengapakah Yesus dalam natal yang pertama-tama dirayakan sebagai matahari kebenaran? jawabannya adalah sebab perayaan natal semula dilaksanakan untuk memperingati bagaimana Kristus lahir dalam hidup orang percaya, dan kelahiran Yesus dalam hidup orang percaya akan membawa dampak pada diubahkannya hidup orang percaya. Kehidupan yang dulunya gelap, dingin dan menakutkan diubahkan oleh Kristus, Sang Matahari Kebenaran, menjadi kehidupan yang hangat, yang terang dan menyukakan.
Hal ketiga yang alkitab mau ajarkan pada kita adalah terang itu bercahaya dalam kegelapan dan kegelapan tidak akan mampu menguasainya. Kalimat ini hendak menyatakan satu kebenaran yang sangat penting dan yang pasti bahwa terang pasti memang dari kegelapan.
Saudara biarpun kegelapan dosa itu begitu kuat namun kegelapan dosa tidak mampu menghalangi kerja terang. Ini berarti sehebat apapun kegelapan menguasai diri kita sebelum kita percaya Yesus, namun kegelapan dosa tersebut bisa dikalahkan. Banyak orang Kristen yang mengangap dosa itu tidak bisa dikalahkan. Ada banyak orang Kristen berhenti berjuang melawan dosa-dosa tertentu karena mereka mengganggap dosa itu terlalu kuat untuk bisa dilawan dan dikalahkan.
Ada seorang bapak yang terjerat dengan perjudiaan dan kehidupan malam. Sewaktu istrinya tahu bahwa suaminya terjerat dengan judi, oleh karena kasihan akhirnya ia meminta tolong keluarga besarnya untuk melunasi hutang yang jumlahnya puluhan juta rupiah tersebut. Namun ternyata 3 tahun sebelum peristiwa ini bapak ini pernah terjerat dengan masalah yang  sama, ia hutang judi sampai ratusan juta. Istrinya berkata pak… kok kamu ngga insaf-insaf ya… kok kamu ngga kapok dengan pengalamanmu dulu... kok kamu ngga tobat ya. Lalu apa yang bapak ini katakan,  dia berkata saya tahu bahwa saya salah… saya juga ingin sekali bisa lepas dari judi, namun setiap kali keinginan itu muncul saya tidak mampu melepaskan diri, judi ini begitu mengikat ini.
Saya rasa perkataan ini mewakili perkataan banyak orang Kristen yang berkata saya tidak mampu melepaskan diri dari dosa-dosa saya. Saudara eling dan sadar, alkitab berkata bahwa kegelapan tidak akan mampu mengalahkan terang, sebaliknya terang mampu mengalahkan kegelapan. Ini adalah sebuah kepastian dari Alkitab bahwa tidak ada satu dosapun, bahkan dosa terkuat sekalipun, bahkan dosa yang paling mengikat sekalipun yang mampu membuat Tuhan tidak berdaya dalam hidup kita untuk melepaskan dosa tersebut. Saudara sekalian, biarpun kegelapan dalam dunia ini begitu kuat, namun mereka bisa dikalahkan oleh terang.
Saya yakin, semua kita setuju bahwa kehidupan dalam gereja berbeda sekali dengan kehidupan diluar gereja. Kehidupan di rumah berbeda dengan kehidupan disekolahan. Saudara ada banyak orang Kristen yang hidup larut dalam dunia yang gelap ini, dengan alasan jika saya tidak menyesuaikan hidup dengan dunia ini bagaimana mungkin saya bisa bertahan? Jika saya tidak ikut-ikutan nyontek bagaimana saya bisa bertahan di sekolah saya. Jika saya tidak ikut-ikutan yang laen bagaimana saya bisa diterima oleh lingkungan saya, oleh sebab itulah saya juga harus ngerokok, karena yang laen juga merokok. Saya juga harus ikutan mabal supaya bisa diterima teman-teman yang lain.
Dunia disekitar kita amatlah berdosa, dunia disekitar kita amatlah gelap, namun sekali lagi, alkitab menegaskan pada kita bahwa kita ini sebenarnya mampu untuk tidak hidup dikalahkan kegelapan. Alkitablah yang menyatakan kebenaran ini. jadi saudara salah satu tipuan tersebesar dari iblis adalah kita tidak akan sanggup melawan dosa, kita pasti kalah dengan dosa, so gimana lagi ya udah dijalani aja… no… no… tidak demikian saudara, yang alkitab katakan adalah demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada didalam Kristus Yesus. (Roma 8:1) Penghukukan di sini menunjuk pada konsekuensi dari dosa dimana manusia akan selalu terbelenggu dosa. Namun Alkitab menyatakan bagi orang-orang yang telah ada dalam Yesus mereka tidak lagi berada dalam penghukuman, tidak lagi berada dalam keadaan terbelenggu dosa, tidak lagi berada dalam keadaan tidak mampu melawan dan mengalahkan dosa.







[1] William Barclay, Yohanes ps. 1-7 (PASH, Jakarta: BPK, 1983), p. 72.

Minggu, 01 Desember 2013

Belajar Dari Kaum Majus


Saya sangat yakin, kebanyakan orang Kristen pernah mendengar istilah orang majus. Kisah Alkitab yang kita baca, drama natal yang kita lihat, film natal yang kita tonton, juga kotbah natal yang kita dengar, sering membicarakan tokoh yang satu ini.
Bagaimanakah orang majus seringkali digambarkan? Yang paling mencolok adalah orang majus seringkali digambarkan sebagai 3 orang ahli bintang ataupun raja. Gambaran tiga orang tersebut nampaknya diambil dari kesan yang muncul bahwa waktu orang majus tersebut bertemu dengan Yesus yang masih bayi, mereka kemudian mempersembahkan mas, kemenyan dan mur (Mat. 2:11). Kesannya adalah setiap orang membawa masing-masing satu jenis persembahan, dari sini banyak orang menyimpulkan orang majus yang menjumpai Yesus berjumlah tiga orang.[1] Beberapa kalangan tertentu juga menggambarkan orang majus sebagai ahli-ahli bintang yang identik dengan ‘peramal.’ Alasan yang dikemukakan adalah cara orang majus dalam melihat bintang yang kemudian mereka tafsirkan sebagai kelahiran sosok raja tertentu adalah model penafsiran yang biasa dimiliki oleh para peramal bintang. Gambaran ketiga yang juga sering dimunculkan adalah orang majus digambarkan sebagai para raja. Gagasan yang mengatakan bahwa orang majus adalah raja sepertinya berasal dari tafsiran Yesaya 60:3 bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu, perkataan cahaya yang terbit ditafsirkan oleh beberapa kalangan sebagai peristiwa bintang yang menyala saat kelahiran Yesus, sedangkan raja-raja yang datang dianggap sebagai orang majus.[2] Dari tafsiran inilah orang majus dipahami sebagai sosok raja.
Ketiga pandangan terhadap orang majus diatas menimbulkan persoalan. Persoalan pertama adalah mungkinkah tiga orang majus mampu menempuh perjalanan jauh dimana perjalanan tersebut sangatlah berbahaya? Tentu jawabannya adalah tidak mungkin. Namun persoalan baru muncul, jika memang orang majus tersebut bukanlah tiga orang lalu mengapa dalam natal, kita masih sering menampilkan bahwa orang majus itu hanya bertiga, bukankah hal tersebut namanya mengajarkan hal yang salah? Persoalan yang kedua adalah jika memang orang majus ini adalah para peramal bintang maka ada masalah yang akan muncul, bagaimana mungkin Allah memakai ramalan dalam memimpin orang kepada Kristus? Bukankah Allah sendiri melarang umat Tuhan meramal? Bagaimana mungkin Allah sekarang memakai ramalan? Apakah tafsiran mengenai sosok majus dalam Yesaya 60:3 bisa diterima?
Tulisan ini akan mencoba menjawab ketiga masalah di atas.  Pendekatan yang akan saya gunakan untuk menjawab persoalan di atas adalah dengan pendekatan gramatika dan konteks. Pendekatan gramatika akan mencoba menelaah istilah yang digunakan dalam alkitab terhadap tokoh yang disebut majus, sedangkan pendekatan konteks akan melihat fakta-fakta diseputar kisah orang majus.

SIAPAKAH YANG DISEBUT MAJUS ITU?
Dalam berbagai terjemahan kitab suci, istilah majus (LAI) digunakan dalam berbagai terjemahan. Misalnya saja, Revise Standard Version dan Authorised Version menggunakan kata ‘wise man,’ sementara itu New International Version dan New American Bible menggunakan kata ‘magi.’ Istilah Yunani menggunakan kata ‘magoi.’
Dalam Perjanjian Baru istilah ‘magos’ (bentuk dasar dari istilah ‘magoi’) digunakan sebagai 6 kali, empat diantaranya muncul dalam Matius 2:1,7, 16 (dalam ay.16 istilah ‘magoi’ muncul dua kali) dan 2 lagi muncul dalam Kisah Rasul 13:6,8 yang diterjemahkan sebagai tukang sihir.
Apakah arti dari istilah ‘magoi?’ Istilah ‘magoi’ memiliki 4 arti yakni a) istilah ini menunjuk pada para pengamat bintang, b) istilah tersebut juga menunjuk pada sosok tukang tenung c) istilah ini juga menunjuk pada jabatan khusus (imam) selaku peramal d) istilah ini menunjuk pada arti tukang sihir.[3] Dari keempat istilah ini nampaknya Alkitab menggunakan istilah ‘magos’ untuk menunjuk pada kalangan pertama dari 4 arti istilah diatas, yakni para ahli bintang, para pengamat bintang.
Ada dua argumentasi, mengapa istilah ‘magoi’ disini menunjuk pada ahli perbintangan. Alasan pertama adalah dalam Perjanjian Lama, ketiga kalangan yang lain yakni tukang tenung, peramal dan tukang sihir adalah orang-orang yang dipanjang sangat jahat, sehingga siapapun orangnya dalam umat Tuhan, jika berhubungan dengan ketiga kalangan ini, mereka haruslah dihukum dengan berat. Dalam Ulangan 18:10-12 dikatakan:
Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati.  Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu.
Jadi adalah sesuatu yang kontradiksi jika dalam peristiwa kelahiran Yesus, Allah sekarang malah memakai salah satu dari ketiga kalangan tersebut (tukang tenung, peramal dan tukang sihir) untuk memberitakan kelahiran Kristus pada orang-orang Yahudi di kota Yerusalem. Alasan kedua adalah istilah ‘magos(-oi)’ dalam Alkitab PL berbahasa Ibrani, tidak pernah digunakan dalam tempat lain kecuali dalam Daniel 1:20; 2:10 yang menunjuk pada sosok Daniel yang dididik menjadi seorang yang berilmu atau berhikmat.[4] Saya yakin jika yang diajarkan kepada Daniel adalah okultisme, yakni sihir, tenung dan ramalan, maka Daniel pastilah lebih memilih mati dari pada mempelajarinya, sebab Daniel pasti tahu benar apa yang Tuhan perintahkan dalam kitab Ulangan tadi. Jadi jelas, orang majus yang dimaksudkan Alkitab bukanlah seperti dukun, mereka adalah kalangan ilmuan di zamannya. Mereka adalah orang-orang seperti halnya Daniel, kalangan yang dianggap dan dipandang berhikmat. Johannes Louw & Eugene A. Nida menjelaskan dengan sangat baik istilah majus, mereka mengatakan orang majus adalah ‘men of wisdom who studied the stars.’[5]
Hal kedua yang menarik untuk diteliti adalah perkataan dari timur. Kalangan majus ini, oleh Alkitab dikatakan berasal dari timur. Istilah dari timur secara harafiah memiliki arti ‘terbit,’ istilah ini sepertinya digunakan untuk menunjuk arah timur. Banyak kalangan mengartikan istilah ‘timur’ di sini sebagai daerah Babilonia. Meskipun demikian, istilah timur sebenarnya tidak jelas, memang kota Babilonia dianggap kota yang menjadi pusat dari pembelajaran  ilmu perbintangan. Namun istilah timur bisa juga menunjuk pada daerah Persia, Arab bahkan menunjuk bagian timur kota Palestina. Menurut saya, kemungkinan orang majus tersebut berasal dari timur Palestina sepertinya tidak mungkin. Mengapa demikian? sebab orang-orang Majus ini pergi ke Istana Herodes untuk menanyakan dimanakah raja Yahudi dilahirkan. Kepergian orang-orang majus ke Istana Herodes pastilah disebabkan karena mereka tidak tahu bahwa Herodes sebenarnya bukanlah orang Yahudi. Hal ini menjadi indikasi bahwa orang majus pastilah bukan berasal dari tempat diseputar Palestina namun ditempat yang cukup jauh sehingga tidak mengetahui dengan persis mengenai isu-isu politik diluar daerahnya. Oleh karenanya, hanya kemungkinan asal dari orang-orang majus tersebut adalah dari Persia, Arab ataupun dari Babilonia. Oleh karena penulis Alkitab, tidak memberikan petunjuk lain yang lebih rinci maka kita tidak bisa memastikan lebih lanjut berasal dari manakah mereka.
Hal ketiga yang akan menjadi penelaahan kita adalah apakah orang majus itu berjumlah tiga orang? Pasti tidak demikian. Istilah yang digunakan oleh alkitab adalah ‘magoi.’ Istilah ini merupakan sebuah kata benda dengan bentuk jamak. Artinya orang majus yang datang menemui Yesus berjumlah lebih dari satu orang. Meskipun disini tidak dikatakan bahwa jumlah mereka bukanlah tiga orang namun, penggunaan angka tiga memang tidak tepat. Mengapa demikian? ada beberapa alasan yakni a) orang-orang majus tersebut membawa benda-benda berharga, yakni mas, kemenyan dan mur, sehingga mereka pastilah membawa banyak orang supaya aman dalam perjalanan b) kondisi perjalanan waktu itu sangatlah rawan, era dimana Tuhan Yesus lahir adalah era dimana pemberontakan sering terjadi sehingga orang-orang majus ini pastilah akan pergi dengan membawa cukup banyak orang sehingga mereka aman dalam perjanjalan. Dua alasan ini nampaknya cukup memadai untuk menyatakan bahwa orang majus yang pergi ke Palestina tidaklah mungkin hanya tiga orang.
Hal keempat yang menarik untuk kita teliti adalah apakah orang majus adalah para raja? Sebagaimana beberapa kalangan mentafsirkannya menurut Yesaya 60:3. Perkiraan yang mengatakan orang-orang majus sebagai para raja sepertinya juga tidak tepat. Kalangan orang berilmu adalah orang-orang yang melayani atau berada dalam sebuah kerajaan namun mereka bukanlah raja. Gambaran kitab suci bagaimana mereka membawa emas, kemenyan dan mur memang menunjukan bahwa orang majus ini berasal dari kalangan terpandang misalnya saja kalangan istana. Namun tafsiran yang mengatakan bahwa orang majus ini adalah raja sepertinya tidak cocok dengan gambaran yang ditunjukann kitab suci, misalnya Herodes menyuruh orang-orang majus ini untuk kembali ke istananya jikalau mereka telah menemukan orang yang mereka cari, mungkinkah Herodes akan memperlakukan orang-orang ini demikian, jikalau orang-orang majus ini adalah para raja? Saya kira tidak mungkin.

KESIMPULAN DAN REFLEKSI
Jadi siapakah orang-orang majus ini? orang-orang majus bukanlah para penyihir, mereka adalah orang-orang berhikmat dan berilmu di zamannya yang mencari Tuhan melalui tanda alam yang dinyatakan bagi mereka. Tuhan memakai ilmu perbintangan yang mereka amati untuk membawa mereka bertemu dengan Tuhan.
Jika kita selama ini sering salah memahami orang-orang majus, maka setelah membaca artikel ini, saya berharap kita tidak lagi memahami mereka secara keliru. Oleh sebab itulah, dalam sebuah perayaan atau drama natal, jika orang-orang majus dimunculkan sebagai salah satu tokohnya, maka tokoh ini haruslah ditunjukan dengan lebih tepat yakni bukan sebagai tokoh ‘tiga sekawan,’ dan juga bukan tokoh seperti ‘dukun’ yang memegang buku seperti kitab ramal ataupun bola nasib. Ingat, mereka adalah peneliti bintang, bukan dukun.
Bila kita melihat apa yang dialami oleh orang-orang majus, kita bisa belajar beberapa hal penting yakni a) sebuah kebenaran umum (termasuk dalamnya ilmu perbintangan) adalah juga kebenaran Allah, kebenaran tersebut menyatakan keberadaan Allah secara umum, bahkan bisa mendorong manusia untuk mencari Allah dalam hidup mereka. Jadi sungguh salah, jika kita memanggap kebenaran umum atau ilmu sebagai musuh kekristenan. Alam adalah ciptaan dan milik Tuhan, oleh karenanya adalah sesuatu yang tepat, jika Allah memakai kebenaran umum mengenai alam dalam menyatakan keberadaan diri-Nya. b) kebenaran umum (termasuk dalamnya ilmu perbintangan) tidaklah memadai, sama seperti orang-orang majus selaku kalangan berilmu mau pergi mencari sang Raja Yahudi, demikianlah kalangan berilmu haruslah menyadari bahwa ilmu saja tidak cukup, kita haruslah bertemu dengan sang juru selamat secara pribadi. Saya yakin, di GKIm Hosanna ada banyak orang yang didik sebagai ilmuan. Tidak sedikit, diantara kita bergelar Sarjana, Master bahkan Doktor. Namun keilmuan tidaklah cukup, manusia memerlukan Tuhan (baca: firman Tuhan) dalam hidupnya, bukan sekedar ilmu c) Seorang berilmu bisa dipakai Allah dalam menyatakan kebenaran sesuai dengan ilmunya. Coba bayangkan apakah jadinya jika yang pergi memberitakan lahirnya juru selamat adalah para gembala domba dari Palestina? Pastilah berita mereka tidak akan didengarkan. Jangankan untuk berbicara, untuk menghadap Raja-pun barangkali tidak akan bisa. Dalam persitiwa kelahairan Yesus, Allah memakai orang-orang berilmu dari timur untuk menyatakan kehadiran sang Raja Yahudi. Oleh karena merekalah yang menyampaikan berita ini, maka tidak heran, jika seluruh kota Yerusalem menjadi gempar, bahkan Raja Herodes sekalipun, memperhitungkan kabar yang dibawa oleh orang-orang ini. Coba lihat Allah memakai orang-orang berilmu dalam rencana-Nya sesuai dengan kapasitasnya.
-- Chandra Gunawan





[1] David Hill, The Gospel of Matthew (NCBC, Grand Rapids: Eerdmans, 1972), p. 82.
[2] Bdk. Hill, Matthew, p. 82.
[3] Lih. Walter C. Kaiser Jr, dkk, Hard Saying of the Bible (Illinois: IVP, 1996), p. 353.
[4] Kaiser dkk, Hard Saying of the Bible, p. 354.
[5] Greek-English Lexicon of the New Testament (Vol 1, NY: United Bible Societies, 1989), p. 358.