ELOI-ELOI
LEMA SABAKHTANI
MARKUS 15:33-36
Dalam sebuah persekuan,
seorang rekan saya berkata ‘sebelum ia mati, ia ingin menulis surat kepada keluarganya, yang isinya adalah
kesan-kesan dan pesan-pesan dirinya pada keluarganya, pada istri dan
anak-anaknya. Perkataan teman saya tersebut menggelitik pikiran saya, kira-kira
pesan atau kesan yang bagaimana yang akan dituliskan teman saya tersebut jika
ia meninggal dunia.
Jika anda diberikan
kesempatan untuk menulis pesan-pesan terakhir anda, oleh sebab waktu hidup anda
hampir berakhir, kira-kira hal apakah yang anda akan sampaikan? Dalam situasi
yang demikian, saya yakin, pesan yang anda akan sampaikan dan tuliskan adalah
hal-hal yang penting bahkan utama. Anda pasti tidak akan menggunakan saat-saat
terakhir saudara untuk menuliskan hal-hal yang sepele? (‘jangan taruh gelas
sembarangan,’ jangan pencet odol keras-keras,’ jangan kebanyakan minum kopi,’
dst.’ Saya yakin bukan pesan-pesan yang demikian yang anda akan tuliskan.
Mungkin anda akan berpesan kepada adik atau kakak saudara, (jika anda adalah
seorang anak) tolong jaga ibu baik-baik, rawat dia dan jangan telantarkan dia.
Atau jika saudara adalah seorang istri, anda mungkin akan berpesan pada suami
anda, tolong jaga anak-anak, rawat mereka, besarkan, cintai mereka, berikan
waktu bagi mereka dst. Saya yakin pesan-pesan yang demikianlah yang akan anda
sampaikan dan tuliskan yakni pesan-pesan akhir yang anda nilai sangat penting.
Hal
yang sama berlaku bagi para penulis Alkitab. Jika mereka mencatat kata-kata terakhir
yang Yesus ucapkan sebelum kematian-Nya, dalam injil yang mereka tulis, maka
perkataan tersebut pasti adalah kata-kata atau kalimat atau pesan yang sangat
penting bahkan utama, sehingga hal tersebut harus dimasukan dalam injil mereka,
supaya semua murid-murid Tuhan, semua umat Tuhan, selalu mengingat perkataan
tersebut.
Dalam membahas
pesan-pesan atau perkataan Yesus diatas kayu salib, kali ini saya dengan
sengaja memilih Injil Markus, mengapa sebab dalam injilnya, Markus hanya
mencatat satu saja perkataan atau pesan terakhir Yesus diatas kayu salib.
Satu-satunya pesan tersebut ada pada bacaan yang tadi kit abaca. Sebelum Yesus
menyerahkan nyawanya, Ia berserseru dengan suara nyaring ‘eloi-eloi lame
sabakhtani.’
Oleh karena Markus hanya
mencatat satu saja perkataan Yesus, maka perkataan tersebut pastilah dinilai
oleh Markus sangat penting. Hal apakah yang Markus ingin kita pelajari atau
simak dari satu-satunya perkataan Yesus ini?
Jemaat sekalian, untuk
memahami perkataan Yesus ini, kita harus menyelami terlebih dahulu, hal apakah
yang sebenarnya terjadi diatas Golgota? Markus melaporkan, setelah Yesus
disalibkan (Yesus disalibkan jam 9 pagi), maka kira-kira pada jam 12 siang itu,
terjadi fenomena alam yang janggal atau aneh di bukit Golgota. Apakah itu?
Markus mengatakan ‘kegelapan meliputi seluruh daerah tersebut.’ Terjemahan
harafiahnya adalah kegelapan terjadi di seluruh daerah itu atau ‘daerah itu’
menjadi gelap. Jadi saat hari pukul 12 siang, saat dimana hari seharusnya
terang benerang, maka di daerah Golgota terjadi hal yang sungguh aneh, langit menjadi
gelap, seperti gelapnya malam.
Apakah yang terjadi pada
waktu itu? Jemaat sekalian, penulis injil Markus mencatat kejadian alam
tersebut, pastilah bukan sekedar iseng, namun ada hal yang ingin dia sampaikan,
apakah itu? Markus ingin kita mengerti bahwa saat itu, Yesus sedang menjalani
pergumulan yang hebat. Tanda alam yakni kegelapan yang menyelimuti seluruh Golgota,
digunakan oleh Markus, untuk menggambarkan pergumulan Kristus yang luar biasa
hebat. Sama seperti hari yang begitu gelap, demikianlah Yesus sedang mengalami
‘kegelapan’ yang hebat dalam dirinya.
Apakah yang Yesus
pergumulkan? Markus memang tidak mencatat alasan penderitaan Yesus secara
eksplisit. Jika kita membaca kisah sebelum penyeliban, kita mendapatkan
informasi bahwa sebelum Yesus disalibkan, Ia mengalami penyiksaan fisik yang
hebat. Bukan hanya itu, Yesus pun mengalami penganiayaan mental dan emosional,
orang-orang mengejek, meludahi, mempertanyakan kuasa-Nya. Namun, apakah hal-hal
itu yang membuat Yesus sangat menderita? Saya melihat bukan hal itu yang
membuat Yesus sangat menderita.
Untuk mengerti
penderitaan Yesus, kita harus melihatnya dari tujuan kedatangan Yesus ke dalam
dunia ini. Dalam Markus 10:45, alkitab mencatat perkataan Yesus: ‘Karena
Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Dari mulut
Yesus sendiri, kita tahu bahwa tujuan dari kedatangannya ke dalam dunia adalah
untuk menjadi tebusan bagi manusia.
Alkitab
menggambarkan bahwa semua manusia hidup diperbudak dosa. Dan Yesus berkata
kedatangannya dalam dunia adalah untuk menjadi tebusan bagi manusia. Itu
berarti Yesus datang supaya manusia bisa lepas dari perbudakan dosa. Penyaliban
Yesus diatas Golgota adalah dalam rangka menggenapkan tujuan kedatangan Yesus
tersebut. Jadi Golgota adalah titik final dari perjalanan yang sedang Dia
tempuh yakni untuk menebus kita dari perbudakan dosa.
Bagaimana
caranya supaya manusia bisa dibebaskan dari perbudakan dosa? Untuk mengerti
peran Kristus dalam penebusan, kita harus melihatnya dari perkataan Paulus,
dalam (2Kor 5:21) ‘Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa
karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.’ Yesus tidak berdosa,
namun supaya kita dibenarkan oleh Allah, maka segala keberdosaan kita harus
ditimpakan pada diri Kristus.
Jadi,
perbudakan dosa, sebagai konsekuesi dari keberdosaan manusia, hanya dapat
diselesaikan melalui penghukuman dosa. Jadi supaya manusia bebas dari
penghukuman dosa, maka Kristus menanggung penghukuman tersebut diatas salib,
diatas salib itulah penghukuman dosa yang seharusnya diterima kita, ditanggung
oleh Yesus.
Bisakah
saudara bayangkan, dosa seluruh hidup kita yang banyak ini, dosa seluruh dunia
yang tidak terhitung, dan dosa umat manusia sejak Adam sampai kita dan
keturunan manusia di masa yang akan datang, semua dosa tersebut harus ditanggung
Yesus dalam peristiwa salib. Jika kita menyebut penghukuman dosa kita sebagai
neraka, maka dalam penyaliban Yesus, saat ia disalibkan, ia sedang menanggung neraka
tersebut bagi kita.
Penderitaan
Yesus yang luar biasa adalah karena ia sedang menanggung segala murka dan
penghukuman Allah atas dosa-dosa kita. Penderitaan Kristus waktu itu, luar
biasa hebat. Itulah sebabnya setelah
6 jam, Yesus tergantung diatas salib, maka Yesus sekarang mencapai puncak
pergumulannya, dan dalam puncak penderitaannya tersebut Yesus berseru, dengan
suara nyaring, ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani.’ Allahku… Allahku mengapa engkau
meninggalkan Aku
Apakah maksud dari perkataan Yesus disini? Perkataan yang
keluar dari mulut Yesus sama dengan perkataan yang keluar dari mulut Daud dalam
Mazmur 22:2 ‘Allahku… Allahku… mengapa Engkau meninggalkan Aku.’ Seruan itu
bukan seruan kekecewaan, seruan itu bukan seruaan putus asa, namun seruan itu
adalah jerit hati Kristus meminta pertolongan Allah. Dalam bahasa yang lebih
positif, perkataan Yesus bisa diganti menjadi, ‘Allahku… Allahku tolonglah
Aku.’ Jeritan yang kuat dari Kristus, memperlihatkan bahwa waktu itu, adalah
puncak dari penderitaan Kristus.
Penulis kitab Ibrani mengatakan (2:19), ‘Ia sendiri telah
menderita karena pencobaan, maka ia dapat menolong mereka yang dicobai.’
Kapankah Yesus mengalami penderitaan yang sangat hebat saat ia dicobai? Apakah
itu terjadi saat ia mempersiapkan pelayanannya, dan ia harus berpuaa 40 hari?
Bukan pencobaan Kristus yang terhebat terjadi di Golgota, saat ia harus
menanggung murka Allah oleh karena dosa-dosa kita, penderitaannya yang hebat,
itulah yang nampak dalam teriakan ‘eloi-eloi, lama sabakhtani,’ Allahku…
Allahku, jangan tinggalkan aku.
Lalu apa yang terjadi?
Mari kita lihat sekali lagi Markus 15: 37. Markus seolah-olah tidak memberikan
keterangan apa-apa lagi, dalam puncak pergumulannya, Yesus berteriak satu kali
lagi, entah apa yang Yesus teriakan dan kemudian ia mati.
Jemaat kita harus berhati-hati,
Markus ingin kita berhati-hati dalam membaca injil yang dituliskannya. Setelah
Yesus berteriak ‘eloi-eloi lame sabakhtani,’ kemudian (kata Markus) ia
menyerahkan nyawanya. Perhatikan baik-baik perkataan Markus, Yesus menyerahkan nyawanya. Apakah arti
dari perkataan tersebut? Markus ingin memperlihatkan kepada kita, di puncak
pergumulannya, Yesus memilih untuk tetap setia dan taat kepada panggilannya. Ia
bisa saja turun dan membatalkan rencana keselamatannya. Ia bisa saja memanggil
satu legion malaikat untuk membinasakan manusia yang begitu durhaka, yang
bahkan sampai membinasakan pencipta mereka sendiri. Namun Yesus memilih setiap
pada kehendak Allah, setia kepada panggilan hidupnya, setia kepada janji
keselamatan yang diberikannya pada kita. Kesetiaan Yesus sampai akhir itulah,
yang dibahasakan oleh Markus dengan perkataan, dan iapun menyerahkan nyawanya.
Apakah yang Markus ingin
perlihatkan kepada kita melalui kisah penderitaan Yesus diatas kayu salib? Saya
melihat ada dua hal yang Alkitab ingin kita pelajari yakni: Pertama, Allah ingin kita belajar untuk
bertahan sampai akhir dalam menghadapi setiap krisis yang kita alami.
Jemaat sekalian, semakin
saya membaca Injil Markus, saya semakin menemukan bahwa injil ini dituliskan
saat orang-orang Kristen mengalami krisis yang hebat. Jika kita membaca dengan
teliti Injil Markus, kita akan menemukan dalam injil ini, berbagai kisah
kegagalan murid Yesus dibicarakan secara mendetail. Tentu bukan maksud injil
Markus, ia ingin menjelekan murid-murid Yesus, namun kisah kegagalan
murid-murid Yesus, perlu diceritakan supaya orang-orang Kristen belajar dari kegagalan
murid-murid Yesus dan orang-orang Kristen yang pernah mengalami kegagalan
mereka dapat bertobat dan kembali menjagi pengikut Kristus yang setia..
Injil Markus ditulis
ketika orang-orang Kristen mengalami berbagai penganiayaan dan penderitaan oleh
kekejaman kaisar Romawi. Dalam krisis hidup yang demikian hebat, ada banyak
orang Kristen yang sepertinya meninggalkan jalan Tuhan. Hidup sebagai orang
Kristen di zaman itu tidak mudah. Orang Kristen dimusuhi Negara dan
dikejar-kejar oleh tentara oleh karena dianggap pembawa sial.
Ketekutan Kristus untuk
tetap bertahan dan terus bertahan saat ia melewati krisis hidup yang harus
dialaminya, oleh karena panggilan dan pelayanannya kepada Allah, menjadi contoh
dan teladan hidup yang harus diikuti oleh semua orang Kristen.
Apakah artinya menjadi
pengikut Yesus? Pengikut Yesus berarti meneladani kehidupan Yesus, menjadikan
Yesus sebagai patron hidup kita. Jika Yesus saat ia mengahadapi krisis hidup
yang begitu luar biasa, oleh karena kesetiaannya mengikuti kehendak Allah, maka
setiap pengikut Yesus pun harus memiliki kesetiaan dan ketekunan untuk tetap
bertahan dalam menjalani krisis hidup yang dialami karena jalan Tuhan.
Jemaat sekalian, kita
tahu bahwa kita sekarang hidup dalam zaman yang sedang krisis. Ada berbagai krisis yang kita sedang hadapi.
Kita sekarang mengalami krisis keuangan atau krisis ekonomi. Saya pernah
mendengar ada seorang pengusaha yang telah berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan
menyelamatkan usahanya yang sedang dalam krisis, namun apa yang terjadi?
Pabiknya tetap tidak bisa bertahan. Saya membayangkan, bagaimana perasaan
pengusaha tersebut? Ia barangkali merasa sangat kecewa kepada Tuhan, ia berkata
Tuhan, kenapa engkau membiarkan Aku mengalami kesulitan yang demikian?
Selain krisis ekonomi,
kita juga sedang menghadapi krisis keluarga. Saya tahu, ada banyak orang yang
berdoa untuk pasangan hidupnya supaya mengalami perubahan. Namun pengharapannya
tidak kunjung terjadi. Pasangan hidupnya tetap ngga berubah. Bertahun-tahun
berdoa dan belum juga dijawab Tuhan, bagaimana perasaan kita saat mengalami
realita yang demikian? Kita mungkin merasa kecewa kepada Tuhan.
Belum lagi ada krisis
sosial. Krisisi moralitas, krisis anak, krisis pandangan hidup dst. Krisis demi
krisis yang dihadapi manusia dapat membuat kehidupan manusia menjadi pahit. Seorang
anak Tuhan bisa kecewa karena realita hidup yang pahit, yang dia alami.
Alkitab ingin, kita tahu
bahwa Yesus mengalami seperti kita, ia mengalami pencobaan yang berat, ia
mengalami krisis hidup yang hebat dan krisis itu membawa Yesus kepada kematian.
Namun Yesus meninggalkan teladan yang luar biasa bagi kita. Ia dengan tekun dan
sabar menanggung semua krisis tersebut.
Jemaat sekalian, jika
dalam hidup kita atau usaha kita, kita telah berusaha sekuat tenaga, bekerja
dengan tekun dan keras, juga telah berdoa, mengandalkan Tuhan, namun keadaan
tetap tidak berubah, krisis hidup tetap harus kita alami, maka mari kita
belajar seperti Kristus. Jalani dan lewati krisis itu dengan iman, ucapan
syukur dan perjuangan.
Hal kedua yang Alkitab
ajarkan adalah Tuhan ingin kita mempercayai bahwa Allah itu setia. Melalui
Markus, kita melihat kesetiaan Yesus yang luar biasa kepada kita. Penderitaan
Yesus diatas kayu salib begitu luar biasa, namun ia bertahan dan terus bertahan
sampai akhir.
Jemaat sekalian,
pernahkan anda melihat dan mengalami ada orang yang begitu setia kepada anda?
mungkin itu istri, suami atau orang tua anda? Jemaat sekalian Allah jauh lebih
setia ketimbang manusia paling setia dalam dunia ini. Jemaat sekalian,
peristiwa salib Kristus memperlihatkan kepada kita, Allah itu itu setia.
Karena Tuhan itu setia,
mari ibu, bapak dan jemaat sekalian, jangan menyerah dengan keadaan. Mari kita
tetap bekerja keras, berusaha dan mencari solusi dari segala masalah kita, dan
jangan lupa datang kepada Tuhan memohon pertolongannya siang dan malam, dan
kiranya Tuhan akan menolong ibu, bapak dan saudara sekalia melewati setiap
kesukaran dan krisis yang sedang kita hadapi.