Minggu, 17 November 2013

Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup

Kata Yesus kepadanya: "Aku adalah satu-satunya jalan dan satu-satunya kebenaran
dan satu-satunya kehidupan. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh 14:6)

Perkataan “Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup” atau lebih tepat diterjemahkan “Aku Adalah satu-satunya jalan, dan satu-satunya kebenaran dan satu-satunya kehidupan adalah salah satu perkataan Yesus yang paling dikenal oleh orang-orang Kristen.
Saya sendiri mengenal kalimat Yesus ini sekitar 23 tahun yang lalu saat seorang hamba Tuhan memberitakan injil kepada saya. Saya masih ingat pada waktu itu seorang hamba Tuhan--yang menjadi kakak rohani saya--menjelaskan bahwa saya adalah orang berdosa, bahwa orang berdosa haruslah dihukum dan hukumannya adalah binasa di neraka, lalu ia bertanya apakah saya mau masuk neraka? Saya pun menjawab “tidak,” lalu ia bertanya bagaimana supaya kita tidak masuk neraka dan tidak dihukum Tuhan, maka ia menjelaskan “satu-satunya jalan adalah kamu mesti percaya Yesus sebab tidak ada seorang pun datang kepada Bapa artinya masuk sorga, jika ia tidak datang melalui Yesus.” Saya diminta untuk membaca Yohanes 14:6, seingat saya dalam momen itulah saya kemudian menerima Yesus.
Saya sangat yakin, ada banyak orang Kristen yang seperti saya, yang mengenal atau mengerti perkataan Yesus dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup,” dalam konteks atau kerangka bagaimana supaya manusia luput dari penghukuman Tuhan.
Persoalannya adalah jika kita membaca Yohanes ps. 14 mulai ayat 1 sampai 14, di sana ternyata kita tidak mendapatkan indikasi sedikit pun bahwa Yesus sedang mengucapkan perkataan “Aku adalah satu-satunya jalan, dan satu-satunya Kebenaran dan satu-satunya kehidupan,” yang merupakan perkataan ke-enam dari 7 ucapan Akulah ini, dalam konteks menghindari penghukuman neraka.
Sewaktu saya mempersiapkan kotbah ini, saya teringat dengan seorang pakar teologi yang pernah menulis sebuah buku dengan judul yang sangat provokatif. Buku ini ditulis oleh kumpulan ahli biblika dengan editor G. K. Beale dengan judul “The Right Doctrine from the Wrong Text.” Saya menjadi bertanya-tanya mungkinkah pada saat saya memahami Yohanes 14:6, bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia supaya luput dari hukuman dosa, merupakan sebuah pemahaman yang benar, yang berakar pada text yang salah, seperti judul buku yang diedit oleh G. K. Beale, “The Right Doctrine from the Wrong Text.”
Alkitab memang mengajarkan kepada kita bahwa dosa akan membawa manusia pada penghukuman, Roma 3:23 berbicara tentang hal tersebut. Kematian Yesus memang adalah kunci bagi penyelesaian dosa manusia, itu juga diajarkan Alkitab misalnya saja dalam Roma 5:10. Demikian juga dengan ajaran bahwa percaya atau iman kepada Yesus adalah kunci untuk mendapatkan hidup yang kekal, hal ini pun jelas diajarkan Alkitab contohnya dalam Yohanes 3:16. Meskipun demikian, apakah perkataan “Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup” yang dipahami dalam konteks kelepasan manusia dari penghukuman neraka dibicarakan sesuai dengan konteksnya? Perkataan “Aku adalah satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran dan satu-satunya hidup” jelas ada dalam Alkitab, namun apakah waktu Yesus menyampaikan perkataan ini, konteksnya adalah berbicara tentang kelepasan manusia dari penghukuman neraka? Jawabannya adalah tidak.
Hal ini tentu membuat kita bertanya-tanya, jika Yesus mengucapkan perkataan “Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup” bukan dalam konteks kelepasan dari hukuman neraka, jadi, bagaimana kita harus memahami Yohanes 14:6 ini?  
Jika kita membaca Yohanes 14:1-14 dengan teliti, kita pasti akan menemukan bahwa perkataan Yesus bahwa dirinya adalah satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran, dan satu-satunya kehidupan, dan tidak ada seorang pun datang kepada Allah tanpa melalui Dia, diucapkan Yesus dalam konteks menyatakan bahwa dalam diri-Nyalah manusia dapat mengenal dan bersekutu dengan benar dengan Allah.
Mengapakah Yesus berkata bahwa diri-Nya adalah satu-satunya jalan? Yesus menyebutkan bahwa dirinya adalah satu-satunya jalan sebab hanya melalui dirinyalah maka manusia dapat bertemu dengan Allah Bapa.
Perkataan Tuhan Yesus bahwa drinya adalah satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran dan satu-satunya kehidupan diucapkan Yesus dalam rangka menjawab pertanyaan Thomas yang sedang meresponi perkataan Yesus bahwa ia akan pergi ke rumah Bapa. Thomas kemudian berkata “Tuhan kami tidak tahu kemana engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan kesitu?” bagi kebanyakan orang pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang mengsimbolkan kedegilan murid-murid Yesus. Namun bagi Yohanes pertanyaan Thomas sebenarnya merupakan representasi dari sebuah realita umat manusia, bahwa dalam keberdosaan kita, kita tidak mampu pergi ke tempat Bapa.
Yesus dapat pergi ke rumah Bapa sebab ia berasal dari sana, itulah sebanya Yesus menyebut Allah itu dengan sebuatan bapa-Ku. Sedangkan manusia tidak mampu datang kepada Tuhan sebab kita adalah orang berdosa. Keberdosaan kita membuat diri kita terpisah dari Allah, membuat kita tidak mungkin datang kepada Tuhan. Itulah sebabnya satu-satunya cara supaya manusia dapat datang kepada Allah, supaya murid-murid Yesus dapat bersama-sama dengan Yesus bersekutu dengan Bapa, maka Yesus harus membawa murid-muridnya. Itulah sebabnya Yesus berkata Yesus akan kembali dan membawa manusia—murid-murid-Nya--ke tampat-Nya, tempat Bapa.
Jadi, perkataan Akulah satu-satunya jalan, menunjuk kepada sebuah kebenaran bahwa hanya Yesuslah yang mampu membawa manusia untuk sampai ke rumah (tempat) Bapa, hanya melalui Yesuslah manusia dapat bertemu dan bersekutu dengan Bapa serta Kristus secara sempurna. Dan Yesus berjanji, kelak saat Ia datang yang kedua kalinya maka ia akan membawa kita, murid-murid-Nya, untuk memasuki persekutuan yang indah dengan Bapa dan Kristus secara sempurna. Jadi, Yesus menyebut dirinya sebagai satu-satunya jalan sebab hanya melalui dirinyalah, maka manusia kelak akan dapat kembali bertemu dan bersekutu dengan Allah Bapa dan Kristus dalam sebuah hubungan yang sempurna.
Lalu apakah artinya saat Yesus berkata bahwa dirinya adalah satu-satunya kebenaran? Yesus menyebutkan bahwa dirinya adalah satu-satunya kebenaran sebab hanya melalui dirinyalah, maksudnya melaui Yesus, maka manusia akan benar-benar memahami seperti apakah Bapa itu.
Dalam Yohanes 14: 8-9 Filipus minta supaya Yesus menunjukan Bapa itu kepada dia. Dan dalam ayat 9-11 Yesus menegaskan bahwa dalam diri-Nyalah Bapa itu diperlihatkan. Saat murid-murid melihat Yesus, seharusnya mereka menyadari bahwa mereka sedang melihat Allah Bapa, sebab dalam Yesuslah pribadi Bapa menjadi nyata.
Hal ini pararel dengan apa yang dikatakan Yohanes dalam Yohanes 1:17-18 “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebernaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi anak tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakannya. Kasih karunia dan Kebenaran apakah yang datang melalui Yesus? Jawabannya adalah kasih dan kebenaran tentang Allah Bapa, hal itulah yang dinyatakan atau diperlihatkan dalam pribadi Yesus.
Dalam diri Yesuslah Allah yang tidak kelihatan menjadi kelihatan. Dalam diri Yesuslah Allah yang penuh kasih diperlihatkan atau dibuktikan kasih-Nya, saat Yesus mati di atas kayu salib. Dalam air mata Kristuslah kita melihat air mata Allah saat melihat begitu banyak orang yang tidak mau bertobat dan menerima anugerah keselamatan yang sejati. Dalam kemarahan Kristus-lah kita melihat kemarahan Allah terhadap segala macam perbuatan dosa.
Jadi, waktu Tuhan Yesus berkata Aku adalah satu-satunya jalan, aku adalah satu-satunya kebenaran, maka yang dimaksudkan dengan satu-satunya kebenaran menunjuk pada jati diri Yesus sebagai satu-satunya pribadi yang memperlihatkan secara sempurna seperti apakah pribadi Allah Bapa itu
Yesus juga menyebutkan bahwa dirinya adalah satu-satunya kehidupan, apakah arti dari perkataan ini? Mengapakah Yesus berkata bahwa dirinya adalah satu-satunya kehidupan? Yesus berkata demikian sebab hanya Dialah yang mampu memberikan kepada manusia kehidupan yang sejati. Melalui iman kepada Yesus maka manusia akan menemukan apa artinya kehidupan yang sejati, sebuah kehidupan yang berbahagia, yang diperoleh manusia karena adanya hubungan yang dipulihkan, hubungan yang benar dengan Allah Bapa.
Sewaktu Yesus berkata bahwa dirinya adalah satu-satunya jalan, maka murid-murid diingatkan bahwa melalui Yesus, kelak manusia akan dibawa kepada sebuah persekutuan yang indah dengan Bapa dan Kristus. Demikian juga sewaktu Yesus berkata bahwa ia adalah satu-satunya kebenaran, ia memperlihatkan bahwa dalam diri-Nyalah pribadi Allah itu menjadi nyata. Dan sekarang Yesus mengatakan bahwa dirinya adalah satu-satunya kehidupan, artinya dirinyalah pemberi kehidupan yang sejati, kehidupan yang diperoleh melalui persekutuan yang indah dengan Allah Bapa dalam Kristus.
Jika kita membaca Yohanes 17:3, kita akan menemukan bahwa hidup yang kekal dipahami sebagai sebuah kehidupan yang bersumber pada pemulihan hubungan manusia dengan Allah. Dalam Yohanes 17:3 dituliskan “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Jadi, Yesus mengatakan bahwa dirinya adalah satu-satunya kehidupan, sebab hanya melalui diri-Nyalah manusia akan memperoleh sebuah kehidupan yang sejati, kehidupan yang berbahagia, yang bersumber pada hubungan yang indah dengan Allah Bapa dalam Kristus.
Demikian juga dengan perkataan “tidak ada seorang pun yang datang kepada bapa, jika tidak melalui Aku,” haruslah kita pahami dalam konteks hubungan manusia dengan Allah Bapa. Melalui perkataan ini, Yesus hendak menegaskan ulang apa yang dikatakan sebelumnya dalam kalimat negatif bahwa manusia tidak dapat bertemu dengan Allah Bapa, tidak dapat melihat dan mengerti Allah Bapa, dan tidak dapat bersekutu dengan Allah Bapa, jika ia tidak percaya kepada Yesus. Mengapa demikian? Sebab hanya Yesuslah yang dapat memperlihatkan kepada kita secara sempurna seperti apakah Bapa itu dan dapat membawa kita untuk memiliki sebuah hubungan atau persekutuan yang indah dengan Bapa.
Jadi siapakah Yesus itu jika demikian? Jika dalam Injil Yohanes 1:14 diperlihatkan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, maka dalam Yohanes 14 diperlihatkan bahwa Yesus adalah manusia yang memperlihatkan Allah.
Realitas bahwa dalam Yesus, Allah rela menjadi manusia supaya manusia dapat berhubungan atau berelasi atau bersekutu Allah memperlihatkan kepada kita sebuah kebenaran bahwa pengenalan akan Allah, hubungan pribadi dengan Allah, dan persekutuan dengan Allah sangatlah penting bahkan berharga.
Jika kita mencoba untuk bertanya, hal apakah yang manusia akan dapatkan atau peroleh saat kita percaya kepada Yesus? Maka Injil Yohanes akan menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban “manusia akan memiliki pengenalan yang benar akan Allah dan persekutuan yang hidup dengan-Nya, saat kita percaya kepada Yesus.”
Jika kita membaca surat-surat Paulus, kita akan menemukan bahwa Paulus mengajarkan bahwa keselamatan adalah karya Allah dalam Kristus yang melepaskan manusia dari perbudakan dosa. Namun, jika kita membaca injil Yohanes, Yohanes memperlihatkan keselamatan dari aspek yang berbeda. Yohanes memandang keselamatan sebagai karya Allah dalam Kristus yang memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Inilah berita injil, kabar gembira versi injil Yohanes yang harus kita pahami dengan benar saat kita mengambil keputusan untuk percaya pada Yesus.
Sewaktu mempersiapkan kotbah ini saya bertanya-tanya, mengapakah Yesus tidak mengkaitkan perkataan Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup ini dengan persoalan penghukuman neraka? Alasannya saya kira adalah sebab Ia tidak ingin kita percaya kepada Dia hanya gara-gara takut dihukum. Ia ingin kita percaya kepada Dia karena kita mengerti bahwa ia adalah Allah sendiri, juga karena Ia ingin supaya kita percaya kepada Dia, karena kita rindu untuk memiliki persekutuan yang indah dengan Bapa dalam Kristus.
Inilah kebenaran pertama yang saya ingin ajak jemaat pikirkan. Yesus datang ke dalam dunia supaya manusia dapat kembali bersekutu dengan Allah dalam Dia, itulah sebab setiap orang yang percaya kepada Yesus hendaknya memiliki kerinduan yang sama dengan Allah, memiliki sebuah kerinduan yang mendalam untuk mau bersekutu dengan Allah dalam Kristus.
Jemaat sekalian, saya yakin, dalam keberdosaannya manusia tidak dapat menerima bahwa persekutuan yang indah dengan Allah dapat memberikan sumber kebahagiaan yang sejati. Bagi manusia, menjadi kaya, hidup enak dan nyaman, tidak pernah sakit, memiliki keluarga yang berhasil, itulah hal-hal yang disebut kebahagiaan. Meskipun demikian sebagai orang yang benar-benar percaya kepada Yesus, kita pasti telah mengalami apa artinya memiliki kehidupan yang berbahagia karena kita memiliki hubungan yang indah dengan Tuhan.
Raja Daud, dalam Mazmur 84:10 mengatakan “…lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik… .” Perkataan Raja Daud ini mencerminkan seseorang yang mengalami kebahagiaan hidup yang lahir dari sebuah hubungan pribadi dengan Tuhan yang indah. Dalam dunia ini ada banyak tempat yang indah dan memberikan kebahagiaan, namun Daud memandang kebahagiaan yang lahir dari hadirat Tuhan tidak sebanding dengan kebahagian lainnya.
Rasul Paulus adalah seorang yang memiliki hubungan pribadi yang indah dengan Tuhan. Hubungan pribadinya dengan Tuhan membuat Rasul Paulus peka sekali terhadap pimpinan Tuhan bahkan menguatkan Dia saat ia harus mengalami kesulitan-kesulitan hidup. Bahkan saat Rasul Paulus menghadapi yang namanya “duri dalam daging,” ia tetap dapat bersuka cita atasnya. Sikap Paulus ini bersumber dari hubungan pribadinya yang dekat dengan Tuhan yang membuatnya mengerti apa rencana Tuhan dalam kehidupannya.
Bagaimana dengan anda dan saya, apakah kita sudah seperti Daud dan Paulus, yang mengalami apa artinya pemulihan hubungan pribadi dengan Tuhan? Apa artinya memiliki kehidupan yang berbahagia yang lahir dari persekutuan pribadi dengan Tuhan? Jika kita tidak mengalaminya, itu berarti ada sesuatu yang salah dengan pengikutan kita pada Kristus.
Hal-hal yang salah apakah yang dapat membuat kita tidak bertumbuh dan tidak menikmati pemulihan hubungan dengan Tuhan. Pertama, saat kita percaya Yesus, kita barangkali memiliki konsep yang salah tentang keselamatan sehingga kita mengharapkan apa yang tidak pernah Alkitab janjikan. Saat kita percaya Yesus, kita barangkali tidak sadar bahwa kita percaya Yesus supaya kita dilepaskan dari perbudakan dosa dan dipersatukan dengan Allah dalam sebuah persekutuan yang indah. Karena kita tidak memahami tujuan dari keselamatan dengan benar, akhirnya kita tidak dapat menikmati apa artinya diselamatkan. Kedua, ada dosa tertentu yang kita belum selesaikan yang mempengaruhi hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Jemaat sekalian, dosa itu punya dampak yang hebat, yang pertama kali dirusak dosa dari kita selalu adalah hubungan pribadi dengan tuhan. Ketiga, karena kurangnya komitmen, kurannya hasrat dan minat dalam membangun hubungan pribadi dengan Tuhan.
Dalam kehidupan ini, salah satu pertanyaan yang ingin kita ketahui dengan pasti adalah bagaimana kita tahu bahwa kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan? Salah satu ciri terpenting dari orang yang telah diselamatkan adalah adanya hubungan pribadi yang baru dengan Tuhan. Ingat, keselamatan adalah pemulihan relasi manusia dengan Tuhan, dalam Yesus manusia memiliki sebuah persekutuan yang baru dengan Tuhan, itulah sebabnya orang-orang yang telah percaya Yesus, orang-orang yang berada dalam Kristus tidak bisa tidak hidupnya sekarang haruslah ada persekutuan dengan Tuhan.
Itulah sebabnya jemaat sekalian, mulai hari ini jangan lagi anggap remeh hubungan pribadi dengan Tuhan, ingat hubungan pribadi dengan Tuhan adalah ciri dari kesejatian iman kita pada Yesus. Jika kita benar-benar adalah orang yang telah diselematkan, maka hubungan pribadi dengan Tuhan itu akan nampak dalam keseharian kita.
Bertekunlah setiap hari dalam doa dan mempelajari Firman Tuhan, mengapa demikian? Sebab melalui doa dan mempelajari Firman Tuhanlah, kita membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Sudah berapa lamakah anda tidak berdoa? Sudah berapa lamakah anda tidak membaca Firman Tuhan? Sudah berapa lamakah keluarga anda tidak bersekutu dalam Tuhan? Hari ini perbaikilah hubungan pribadi kita dengan Tuhan.
Perkataan Yesus “Akulah satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran dan satu-satunya kehidupan,” memperlihatkan kerinduan Allah bagi kita supaya manusia mau kembali dan bersekutu dengan-Nya.  Itulah sebabnya ia rela datang ke dalam dunia dan mati bagi dosa-dosa kita supaya tidak ada lagi penghalang bagi manusia untuk dapat datang dan bersekutu dengan Allah Bapa, namun apakah kerinduan yang sama ada pada kita? Adakah kerinduan yang mendalam dan berkobar-kobar dalam diri kita untuk datang dan bersekutu dengan-Nya?