Kata Yesus kepadanya: "Aku adalah
satu-satunya jalan dan satu-satunya kebenaran
dan
satu-satunya kehidupan. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku. (Yoh 14:6)
Perkataan “Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup” atau
lebih tepat diterjemahkan “Aku Adalah satu-satunya jalan, dan satu-satunya
kebenaran dan satu-satunya kehidupan adalah salah satu perkataan Yesus yang
paling dikenal oleh orang-orang Kristen.
Saya sendiri mengenal kalimat Yesus ini sekitar 23
tahun yang lalu saat seorang hamba Tuhan memberitakan injil kepada saya. Saya
masih ingat pada waktu itu seorang hamba Tuhan--yang menjadi kakak rohani saya--menjelaskan
bahwa saya adalah orang berdosa, bahwa orang berdosa haruslah dihukum dan
hukumannya adalah binasa di neraka, lalu ia bertanya apakah saya mau masuk
neraka? Saya pun menjawab “tidak,” lalu ia bertanya bagaimana supaya kita tidak
masuk neraka dan tidak dihukum Tuhan, maka ia menjelaskan “satu-satunya jalan
adalah kamu mesti percaya Yesus sebab tidak ada seorang pun datang kepada Bapa
artinya masuk sorga, jika ia tidak datang melalui Yesus.” Saya diminta untuk
membaca Yohanes 14:6, seingat saya dalam momen itulah saya kemudian menerima
Yesus.
Saya sangat yakin, ada banyak orang Kristen yang
seperti saya, yang mengenal atau mengerti perkataan Yesus dalam Yohanes 14:6, “Akulah
jalan, kebenaran dan hidup,” dalam konteks atau kerangka bagaimana supaya
manusia luput dari penghukuman Tuhan.
Persoalannya adalah jika kita membaca Yohanes ps.
14 mulai ayat 1 sampai 14, di sana ternyata kita tidak mendapatkan indikasi
sedikit pun bahwa Yesus sedang mengucapkan perkataan “Aku adalah satu-satunya
jalan, dan satu-satunya Kebenaran dan satu-satunya kehidupan,” yang merupakan
perkataan ke-enam dari 7 ucapan Akulah ini, dalam konteks menghindari
penghukuman neraka.
Sewaktu saya mempersiapkan kotbah ini, saya
teringat dengan seorang pakar teologi yang pernah menulis sebuah buku dengan
judul yang sangat provokatif. Buku ini ditulis oleh kumpulan ahli biblika
dengan editor G. K. Beale dengan judul “The Right Doctrine from the Wrong
Text.” Saya menjadi bertanya-tanya mungkinkah pada saat saya memahami Yohanes
14:6, bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia supaya
luput dari hukuman dosa, merupakan sebuah pemahaman yang benar, yang berakar
pada text yang salah, seperti judul buku yang diedit oleh G. K. Beale, “The
Right Doctrine from the Wrong Text.”
Alkitab memang mengajarkan kepada kita bahwa dosa
akan membawa manusia pada penghukuman, Roma 3:23 berbicara tentang hal
tersebut. Kematian Yesus memang adalah kunci bagi penyelesaian dosa manusia,
itu juga diajarkan Alkitab misalnya saja dalam Roma 5:10. Demikian juga dengan
ajaran bahwa percaya atau iman kepada Yesus adalah kunci untuk mendapatkan
hidup yang kekal, hal ini pun jelas diajarkan Alkitab contohnya dalam Yohanes
3:16. Meskipun demikian, apakah perkataan “Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup”
yang dipahami dalam konteks kelepasan manusia dari penghukuman neraka
dibicarakan sesuai dengan konteksnya? Perkataan “Aku adalah satu-satunya jalan,
satu-satunya kebenaran dan satu-satunya hidup” jelas ada dalam Alkitab, namun
apakah waktu Yesus menyampaikan perkataan ini, konteksnya adalah berbicara
tentang kelepasan manusia dari penghukuman neraka? Jawabannya adalah tidak.
Hal ini tentu membuat kita bertanya-tanya, jika
Yesus mengucapkan perkataan “Akulah Jalan Kebenaran dan Hidup” bukan dalam
konteks kelepasan dari hukuman neraka, jadi, bagaimana kita harus memahami
Yohanes 14:6 ini?
Jika kita membaca Yohanes 14:1-14 dengan teliti,
kita pasti akan menemukan bahwa perkataan Yesus bahwa dirinya adalah
satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran, dan satu-satunya kehidupan, dan
tidak ada seorang pun datang kepada Allah tanpa melalui Dia, diucapkan Yesus
dalam konteks menyatakan bahwa dalam diri-Nyalah manusia dapat mengenal dan
bersekutu dengan benar dengan Allah.
Mengapakah Yesus berkata bahwa diri-Nya adalah
satu-satunya jalan? Yesus menyebutkan bahwa dirinya adalah satu-satunya jalan
sebab hanya melalui dirinyalah maka manusia dapat bertemu dengan Allah Bapa.
Perkataan Tuhan Yesus bahwa drinya adalah
satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran dan satu-satunya kehidupan diucapkan
Yesus dalam rangka menjawab pertanyaan Thomas yang sedang meresponi perkataan
Yesus bahwa ia akan pergi ke rumah Bapa. Thomas kemudian berkata “Tuhan kami
tidak tahu kemana engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan kesitu?” bagi
kebanyakan orang pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang mengsimbolkan
kedegilan murid-murid Yesus. Namun bagi Yohanes pertanyaan Thomas sebenarnya
merupakan representasi dari sebuah realita umat manusia, bahwa dalam
keberdosaan kita, kita tidak mampu pergi ke tempat Bapa.
Yesus dapat pergi ke rumah Bapa sebab ia berasal
dari sana, itulah sebanya Yesus menyebut Allah itu dengan sebuatan bapa-Ku.
Sedangkan manusia tidak mampu datang kepada Tuhan sebab kita adalah orang
berdosa. Keberdosaan kita membuat diri kita terpisah dari Allah, membuat kita
tidak mungkin datang kepada Tuhan. Itulah sebabnya satu-satunya cara supaya
manusia dapat datang kepada Allah, supaya murid-murid Yesus dapat bersama-sama
dengan Yesus bersekutu dengan Bapa, maka Yesus harus membawa murid-muridnya.
Itulah sebabnya Yesus berkata Yesus akan kembali dan membawa manusia—murid-murid-Nya--ke
tampat-Nya, tempat Bapa.
Jadi, perkataan Akulah satu-satunya jalan,
menunjuk kepada sebuah kebenaran bahwa hanya Yesuslah yang mampu membawa
manusia untuk sampai ke rumah (tempat) Bapa, hanya melalui Yesuslah manusia
dapat bertemu dan bersekutu dengan Bapa serta Kristus secara sempurna. Dan Yesus
berjanji, kelak saat Ia datang yang kedua kalinya maka ia akan membawa kita,
murid-murid-Nya, untuk memasuki persekutuan yang indah dengan Bapa dan Kristus
secara sempurna. Jadi, Yesus menyebut dirinya sebagai satu-satunya jalan sebab
hanya melalui dirinyalah, maka manusia kelak akan dapat kembali bertemu dan
bersekutu dengan Allah Bapa dan Kristus dalam sebuah hubungan yang sempurna.
Lalu apakah artinya saat Yesus berkata bahwa dirinya
adalah satu-satunya kebenaran? Yesus menyebutkan bahwa dirinya adalah
satu-satunya kebenaran sebab hanya melalui dirinyalah, maksudnya melaui Yesus,
maka manusia akan benar-benar memahami seperti apakah Bapa itu.
Dalam Yohanes 14: 8-9 Filipus minta supaya Yesus
menunjukan Bapa itu kepada dia. Dan dalam ayat 9-11 Yesus menegaskan bahwa
dalam diri-Nyalah Bapa itu diperlihatkan. Saat murid-murid melihat Yesus,
seharusnya mereka menyadari bahwa mereka sedang melihat Allah Bapa, sebab dalam
Yesuslah pribadi Bapa menjadi nyata.
Hal ini pararel dengan apa yang dikatakan Yohanes
dalam Yohanes 1:17-18 “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih
karunia dan kebernaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak ada seorang pun yang
pernah melihat Allah; tetapi anak tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa,
Dialah yang menyatakannya. Kasih karunia dan Kebenaran apakah yang datang
melalui Yesus? Jawabannya adalah kasih dan kebenaran tentang Allah Bapa, hal
itulah yang dinyatakan atau diperlihatkan dalam pribadi Yesus.
Dalam diri Yesuslah Allah yang tidak kelihatan
menjadi kelihatan. Dalam diri Yesuslah Allah yang penuh kasih diperlihatkan
atau dibuktikan kasih-Nya, saat Yesus mati di atas kayu salib. Dalam air mata
Kristuslah kita melihat air mata Allah saat melihat begitu banyak orang yang tidak
mau bertobat dan menerima anugerah keselamatan yang sejati. Dalam kemarahan
Kristus-lah kita melihat kemarahan Allah terhadap segala macam perbuatan dosa.
Jadi, waktu Tuhan Yesus berkata Aku adalah
satu-satunya jalan, aku adalah satu-satunya kebenaran, maka yang dimaksudkan
dengan satu-satunya kebenaran menunjuk pada jati diri Yesus sebagai
satu-satunya pribadi yang memperlihatkan secara sempurna seperti apakah pribadi
Allah Bapa itu
Yesus juga menyebutkan bahwa dirinya adalah satu-satunya
kehidupan, apakah arti dari perkataan ini? Mengapakah Yesus berkata bahwa
dirinya adalah satu-satunya kehidupan? Yesus berkata demikian sebab hanya
Dialah yang mampu memberikan kepada manusia kehidupan yang sejati. Melalui iman
kepada Yesus maka manusia akan menemukan apa artinya kehidupan yang sejati,
sebuah kehidupan yang berbahagia, yang diperoleh manusia karena adanya hubungan
yang dipulihkan, hubungan yang benar dengan Allah Bapa.
Sewaktu Yesus berkata bahwa dirinya adalah
satu-satunya jalan, maka murid-murid diingatkan bahwa melalui Yesus, kelak
manusia akan dibawa kepada sebuah persekutuan yang indah dengan Bapa dan
Kristus. Demikian juga sewaktu Yesus berkata bahwa ia adalah satu-satunya
kebenaran, ia memperlihatkan bahwa dalam diri-Nyalah pribadi Allah itu menjadi
nyata. Dan sekarang Yesus mengatakan bahwa dirinya adalah satu-satunya kehidupan,
artinya dirinyalah pemberi kehidupan yang sejati, kehidupan yang diperoleh melalui
persekutuan yang indah dengan Allah Bapa dalam Kristus.
Jika kita membaca Yohanes 17:3, kita
akan menemukan bahwa hidup yang kekal dipahami sebagai sebuah kehidupan yang
bersumber pada pemulihan hubungan manusia dengan Allah. Dalam Yohanes 17:3
dituliskan “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau
utus.” Jadi, Yesus mengatakan bahwa dirinya adalah satu-satunya kehidupan,
sebab hanya melalui diri-Nyalah manusia akan memperoleh sebuah kehidupan yang
sejati, kehidupan yang berbahagia, yang bersumber pada hubungan yang indah
dengan Allah Bapa dalam Kristus.
Demikian juga dengan perkataan “tidak
ada seorang pun yang datang kepada bapa, jika tidak melalui Aku,” haruslah kita
pahami dalam konteks hubungan manusia dengan Allah Bapa. Melalui perkataan ini,
Yesus hendak menegaskan ulang apa yang dikatakan sebelumnya dalam kalimat
negatif bahwa manusia tidak dapat bertemu dengan Allah Bapa, tidak dapat
melihat dan mengerti Allah Bapa, dan tidak dapat bersekutu dengan Allah Bapa, jika
ia tidak percaya kepada Yesus. Mengapa demikian? Sebab hanya Yesuslah yang
dapat memperlihatkan kepada kita secara sempurna seperti apakah Bapa itu dan
dapat membawa kita untuk memiliki sebuah hubungan atau persekutuan yang indah
dengan Bapa.
Jadi siapakah Yesus itu jika demikian?
Jika dalam Injil Yohanes 1:14 diperlihatkan bahwa Yesus adalah Allah yang
menjadi manusia, maka dalam Yohanes 14 diperlihatkan bahwa Yesus adalah manusia
yang memperlihatkan Allah.
Realitas bahwa dalam Yesus, Allah rela
menjadi manusia supaya manusia dapat berhubungan atau berelasi atau bersekutu
Allah memperlihatkan kepada kita sebuah kebenaran bahwa pengenalan akan Allah,
hubungan pribadi dengan Allah, dan persekutuan dengan Allah sangatlah penting
bahkan berharga.
Jika kita mencoba untuk bertanya, hal
apakah yang manusia akan dapatkan atau peroleh saat kita percaya kepada Yesus? Maka
Injil Yohanes akan menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban “manusia akan
memiliki pengenalan yang benar akan Allah dan persekutuan yang hidup dengan-Nya,
saat kita percaya kepada Yesus.”
Jika kita membaca surat-surat Paulus,
kita akan menemukan bahwa Paulus mengajarkan bahwa keselamatan adalah karya
Allah dalam Kristus yang melepaskan manusia dari perbudakan dosa. Namun, jika
kita membaca injil Yohanes, Yohanes memperlihatkan keselamatan dari aspek yang
berbeda. Yohanes memandang keselamatan sebagai karya Allah dalam Kristus yang
memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Inilah berita injil, kabar gembira
versi injil Yohanes yang harus kita pahami dengan benar saat kita mengambil
keputusan untuk percaya pada Yesus.
Sewaktu mempersiapkan kotbah ini saya
bertanya-tanya, mengapakah Yesus tidak mengkaitkan perkataan Akulah Jalan
Kebenaran dan Hidup ini dengan persoalan penghukuman neraka? Alasannya saya
kira adalah sebab Ia tidak ingin kita percaya kepada Dia hanya gara-gara takut
dihukum. Ia ingin kita percaya kepada Dia karena kita mengerti bahwa ia adalah
Allah sendiri, juga karena Ia ingin supaya kita percaya kepada Dia, karena kita
rindu untuk memiliki persekutuan yang indah dengan Bapa dalam Kristus.
Inilah kebenaran pertama yang saya
ingin ajak jemaat pikirkan. Yesus datang ke dalam dunia supaya manusia dapat
kembali bersekutu dengan Allah dalam Dia, itulah sebab setiap orang yang
percaya kepada Yesus hendaknya memiliki kerinduan yang sama dengan Allah,
memiliki sebuah kerinduan yang mendalam untuk mau bersekutu dengan Allah dalam
Kristus.
Jemaat sekalian, saya yakin, dalam
keberdosaannya manusia tidak dapat menerima bahwa persekutuan yang indah dengan
Allah dapat memberikan sumber kebahagiaan yang sejati. Bagi manusia, menjadi
kaya, hidup enak dan nyaman, tidak pernah sakit, memiliki keluarga yang
berhasil, itulah hal-hal yang disebut kebahagiaan. Meskipun demikian sebagai
orang yang benar-benar percaya kepada Yesus, kita pasti telah mengalami apa
artinya memiliki kehidupan yang berbahagia karena kita memiliki hubungan yang
indah dengan Tuhan.
Raja Daud, dalam Mazmur 84:10
mengatakan “…lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di
tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di
kemah-kemah orang fasik… .” Perkataan Raja Daud ini mencerminkan seseorang yang
mengalami kebahagiaan hidup yang lahir dari sebuah hubungan pribadi dengan
Tuhan yang indah. Dalam dunia ini ada banyak tempat yang indah dan memberikan
kebahagiaan, namun Daud memandang kebahagiaan yang lahir dari hadirat Tuhan
tidak sebanding dengan kebahagian lainnya.
Rasul Paulus adalah seorang yang
memiliki hubungan pribadi yang indah dengan Tuhan. Hubungan pribadinya dengan
Tuhan membuat Rasul Paulus peka sekali terhadap pimpinan Tuhan bahkan
menguatkan Dia saat ia harus mengalami kesulitan-kesulitan hidup. Bahkan saat
Rasul Paulus menghadapi yang namanya “duri dalam daging,” ia tetap dapat
bersuka cita atasnya. Sikap Paulus ini bersumber dari hubungan pribadinya yang
dekat dengan Tuhan yang membuatnya mengerti apa rencana Tuhan dalam
kehidupannya.
Bagaimana dengan anda dan saya, apakah
kita sudah seperti Daud dan Paulus, yang mengalami apa artinya pemulihan
hubungan pribadi dengan Tuhan? Apa artinya memiliki kehidupan yang berbahagia
yang lahir dari persekutuan pribadi dengan Tuhan? Jika kita tidak mengalaminya,
itu berarti ada sesuatu yang salah dengan pengikutan kita pada Kristus.
Hal-hal yang salah apakah yang dapat membuat
kita tidak bertumbuh dan tidak menikmati pemulihan hubungan dengan Tuhan. Pertama, saat kita percaya Yesus, kita
barangkali memiliki konsep yang salah tentang keselamatan sehingga kita
mengharapkan apa yang tidak pernah Alkitab janjikan. Saat kita percaya Yesus,
kita barangkali tidak sadar bahwa kita percaya Yesus supaya kita dilepaskan
dari perbudakan dosa dan dipersatukan dengan Allah dalam sebuah persekutuan
yang indah. Karena kita tidak memahami tujuan dari keselamatan dengan benar,
akhirnya kita tidak dapat menikmati apa artinya diselamatkan. Kedua, ada dosa tertentu yang kita belum
selesaikan yang mempengaruhi hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Jemaat
sekalian, dosa itu punya dampak yang hebat, yang pertama kali dirusak dosa dari
kita selalu adalah hubungan pribadi dengan tuhan. Ketiga, karena kurangnya komitmen, kurannya hasrat dan minat dalam
membangun hubungan pribadi dengan Tuhan.
Dalam kehidupan ini, salah satu
pertanyaan yang ingin kita ketahui dengan pasti adalah bagaimana kita tahu bahwa
kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan? Salah satu ciri terpenting
dari orang yang telah diselamatkan adalah adanya hubungan pribadi yang baru
dengan Tuhan. Ingat, keselamatan adalah pemulihan relasi manusia dengan Tuhan,
dalam Yesus manusia memiliki sebuah persekutuan yang baru dengan Tuhan, itulah
sebabnya orang-orang yang telah percaya Yesus, orang-orang yang berada dalam
Kristus tidak bisa tidak hidupnya sekarang haruslah ada persekutuan dengan
Tuhan.
Itulah sebabnya jemaat sekalian, mulai
hari ini jangan lagi anggap remeh hubungan pribadi dengan Tuhan, ingat hubungan
pribadi dengan Tuhan adalah ciri dari kesejatian iman kita pada Yesus. Jika
kita benar-benar adalah orang yang telah diselematkan, maka hubungan pribadi
dengan Tuhan itu akan nampak dalam keseharian kita.
Bertekunlah setiap hari dalam doa dan
mempelajari Firman Tuhan, mengapa demikian? Sebab melalui doa dan mempelajari
Firman Tuhanlah, kita membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Sudah berapa
lamakah anda tidak berdoa? Sudah berapa lamakah anda tidak membaca Firman
Tuhan? Sudah berapa lamakah keluarga anda tidak bersekutu dalam Tuhan? Hari ini
perbaikilah hubungan pribadi kita dengan Tuhan.
Perkataan Yesus “Akulah satu-satunya
jalan, satu-satunya kebenaran dan satu-satunya kehidupan,” memperlihatkan
kerinduan Allah bagi kita supaya manusia mau kembali dan bersekutu
dengan-Nya. Itulah sebabnya ia rela
datang ke dalam dunia dan mati bagi dosa-dosa kita supaya tidak ada lagi
penghalang bagi manusia untuk dapat datang dan bersekutu dengan Allah Bapa,
namun apakah kerinduan yang sama ada pada kita? Adakah kerinduan yang mendalam
dan berkobar-kobar dalam diri kita untuk datang dan bersekutu dengan-Nya?