Minggu, 10 November 2013

BAHAYA DARI PERKATAAN YANG MERUSAK

“Orang jahat terjerat oleh oleh pelanggaran bibirnya, tetapi orang benar dapat keluar dari kesukaran. Setiap orang dikenyangkan dengan kebaikan oleh karena buah perkataan, dan orang mendapat balasan dari pada apa yang dikerjakan tangannya.” Amsal 12:13-14

Jika anda adalah seorang ayah atau ibu yang anaknya akan mengambil studi di luar negri katakanlah di negri yang sangat berbeda dengan negri kita Indonesia, misalnya di Belanda, kira-kira sebelum anak anda berangkat, apa yang anda akan lakukan? Sebagai orang tua, kita pasti akan mencari waktu untuk berbicara dengan anak kita dan memberikan nasehat-nasehat yang penting untuk dia bukan? Mungkin kita akan berkata kepada anak kita “nanti disana jangan sampe kamu ikut-ikutan dengan teman kamu yang  ngga baik; kalau diajakin mengganja, jangan ikutan. Jangan suka pergi malam-malam, dan jangan bawa pacar sering-sering ke kamar, dan jangan nginap di rumah pacar dst. Mungkin nasheat-nasehat seperti itu yang akan kita sampaikan.

Hal yang mirip juga dilakukan oleh seorang pimpinan seminari (rector) sebelum ia mengutus mahasiswanya untuk menjalani praktek pelayanan.” Sewaktu saya di seminary, setiap tahun para mahasiswa biasanya akan menjalani program praktek pelayanan baik itu 2 bulan ataupun 1 tahun. Sebelum para mahasiswa diutus untuk melayani di gereja-gereja, pimpinan seminary (rector) biasanya suka memberikan pesan-pesan atau nasehat-nasehat kepada mahasiswa. Mahasiswa biasanya diminta untuk tidak ikutan dalam pertengaran yang ada dalam gereja tersebut, jika memang hal itu ada. Mahasiswa juga dilarang keras untuk mengkritik baik pemimpin jemaat ataupun gereja tempat ia praktek; itulah sebabnya jika mahasiswa praktek ditanya mengenai kesan dan pesan, selalu jawabannya bagus-bagus. Yang ketiga, mahasiswa dilarang meminta uang kepada siapapun bahkan saat gereja kelupaan memberikan uang honorarium kepada mereka; makanya sekolah biasanya memberikan kepada mereka pinjaman uang dulu supaya saat kekurangan mereka tidak perlu minta-minta uang ke gereja ataupun mati kelaparan.

Kitab Amsal dituliskan dengan kerangka yang sama; kitab ini ditulisakan untuk memberikan nasehat-nasehat yang dibutuhkan oleh seorang muda sebelum ia benar-benar memasuki “dunia nyata” dalam hidupnya. Dalam kehidupan bangsa Yahudi, ada waktunya seseorang itu memasuki fase-fase belajar, disana ada seorang guru yang dipersiapkan untuk mengajari dan mendampingi mereka. Namun, akan ada waktunya dimana seorang anak menjadi dewasa dan setelah ia menjadi dewasa, maka ia harus menjalani kehidupannya sendiri dengan segala tanggung jawabnya. Kitab Amsal adalah nasehat-nasehat terakhir yang diberikan untuk mempersiapkan seorang muda sebelum ia memasuki dunianya sendiri.

Salah satu hal penting bagi penulis amsal yang perlu seorang muda pahami sebelum ia memasuki “kehidupan nyatanya” adalah mengenai bahaya perkataan-perkataan yang tidak benar dan jahat.
Mengapa kita harus mengontrol perkataan kita? Mengapa kita harus memiliki perkataan-perkataan yang benar? Mengapa kita tidak boleh mengeluarkan apalagi memelihara perkataan-perkataan yang jahat dan tidak benar? Ada tiga alasan yang diperlihatkan oleh penulis kitab Amsal; kita akan pelajari satu per satu.

1.       Sebab perkataan yang tidak benar/jahat akan menjerat diri kita sendiri.
Amsal 12:13 mengatakan “orang jahat terjerat oleh pelanggaran bibirnya” atau dapat juga diterjemahkan “orang jahat terjerat oleh “bibirnya yang pernuh pelanggaran.” Bibir atau mulut yang penuh pelanggaran membawa manusia pada jerat yang menjatuhkan dirinya sendiri. Omongan kita yang tidak benar dan jahat akan membawa kita pada kejatuhan diri kita sendiri.

Istilah “terjerat” yang digunakan oleh LAI, dalam bahasa ibraninya ada kaitannya dengan gagasan kail yang biasa digunakan saat seseorang memancing. Gagasan ini digunakan untuk menegaskan bahwa mulut yang penuh dengan pelanggaran akan membawa kita kepada kondisi seperti ikan yang terkena kail; artinya apa? Membawa kita kepada kejatuhan yang serius.

Sebelum kita lebih lanjut memikirkan hal ini; mari kita memikirkan “seperti apakah yang disebut ‘perkataan yang jahat atau tidak benar itu”? Ada banyak perkataan yang dapat dikategorikan sebagai perkataan tidak benar dan jahat;  dua diantaranya adalah perkataan-perkataan yang keras/kejam dan perkataan yang menipu.

Seperti apakah perkataan yang keras dan kejam itu? Saya akan berikan 2 contoh yakni (i) kritik; (ii) makian. Pernahkah kita menerima kritikan yang tajam? Gimana rasanya? Atau pernahkah kita mengkritik orang lain secara tajam? Gimana reaksi orang yang kita kritik? Pernahkan kita dimaki orang? Atau pernah kita memaki orang lain? Bagaimana rasanya? Sakit bukan.

Saya pernah mendengar kisah seorang pengurus gereja yang sampai tidak mau lagi terlibat barang satu perlayanan pun karena ia merasa sangat terluka dengan sikap orang-orang dalam gereja; saat ia mengerjakan tugas pelayanannya, kemudian terjadi satu dua kesalahan, kemudian orang-orang dalam gereja mengkritikinya secara tajam, orang tidak mau lihat hal yang positif, namun cuma menyoroti hal yang negative.
Perkataan yang menipu atau tidak benar itu seperti apa? Contoh yang paling jelas tentu saja adalah dosa bohong. Dosa ini merupakan dosa yang begitu dekat dengan kehidupan manusia termasuk dalamnya orang-orang Kristen. Dalam usaha/bisnis sering kali muncul anggapan bahwa jika kita tidak mau bohong dalam usaha, kita bisa rugi, “lebih baik tidak usah dagang jika demikian.”

Mengapa Perkataan yang tidak benar/jahat akan menjadi jerat dalam hidup kita sendiri? Ada beberapa alasan yang kita bisa lihat. Alasan yang pertama adalah sebab perkataan-perkataan yang tidak benar, yang keras, kejam itu dapat merusak relasi kita dengan orang lain

Ada sebuah keluarga yang nyaris bercerai; kemudian saat diberikan proses konseling; akhirnya terbukalah akar persoalan dalam rumah tangga tersebut dimana hubungan suami istri dalam keluarga tersebut menjadi rusak berawal dari perkataan suaminya kepada istrinya saat bertengkar “dasar perempuan tidak berguna.” Mungkin suaminya sudah melupakan perkataan keras yang dilontarkannya kepada istrinya, namun dampak dari perkataan tersebut melukai hati sang istri hingga bertahun-tahun. Coba lihat dampak dari perkataan kejam yang dapat merusak relasi kita.

Alasan yang kedua adalah sebab perkataan-perkataan yang kejam, kasar ata tidak benar dapat merusak baik diri kita sendiri maupun masa depan kita. Sebagai contoh; saya pernah mendatangi sebuah bengkel mabel untuk membeli lemari; pada waktu itu, si penjual meminta uangnya dibayarkan seluruhnya di muka; oleh karena tidak ada kecurigaan apapun, akhirnya saya memberikan semua biaya untuk lemari tersebut. Satu minggi kemudian saat saya mendatangi penjula tersebut, ia berkata bahwa barangnya belum selesai; minggu depannya lagi ia berkata bahwa bahan bakunya tidak ada; minggu depannya lagi ia berdalih dengan alasan yang lainnya lagi. Saya sadar bahwa saya telah kena tipu; lalu saya berkata dalam hati “ngga apa-apa, kamu menipu saya, tetapi saya tidak akan pernah membeli apapun di tempat dia.” Coba lihat, bukankah perkataan yang tidak benar telah merusak reputasi dari orang tersebut dan merusak sendiri masa depannya. Itulah danpak yang merusak dari perkataan yang tidak benar.

2.       Sebab ada konsekuensi dari setiap perkataan yang kita gunakan entah itu benar ataupun jahat.
Dalam Amsal 12:14 dituliskan “orang Setiap orang dikenyangkan dengan kebaikan oleh karena buah perkataan, dan (seperti) orang mendapat balasan dari pada apa yang dikerjakan tangannya.” Penulis kitab Amsal sedang berbicara mengenai hukum tabur tuai; apa yang seseorang tanam, hal tersebut pasti ia akan tuai. Sama seperti jika seseorang bekerja dengan baik dan penuh tanggung jawab, maka ia akan menuai hasil pekerjaan yang memuaskan; demikianlah juga dengan perkataan. Jika kita menggunakan perkataan-perkataan yang baik dan benar, kita tidak mengeluarkan dan tidak memelihara perkataan-perkataan yang jahat, kejam, dan menipu dalam mulut kita, maka hal-hal yang baik itu akan kita dapatkan sebagai hasilnya atau buahnya. Namun sebalknya, jika perkataan kita adalah jahat, kejam, menipu, dan tidak benar, kita akan menuai juga konsekuensinya.

Tadi kita sudah membahas mengenai berbagai konsekuensi dari perkataan jahat/tidak benar yang akan berdampak dalam hidup kita. Perkataan yang jahat, kejam, menipu dapat merusak relasi kita dengan orang, merusak masa depan kita bahkan merusak kredibiltas diri kita sendiri. Meskipun demikian, kita harus tahu bahwa Alkitab ternyata memperlihatkan bahwa konsekuensi dari perkataan jahat/tidak benar bukan hanya ada saat kita hidup dalam dunia ini; konsekuensi itu bahkan harus kita tanggung setelah kita melewati dunia ini.

Mari kita lihat apa yang Tuhan Yesus katakana kepada kita dalam Matius 12:36-37:  “setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pun engkau akan dihukum.” Lihat apa yang Yesus tegaskan, “setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggung jawabkan di hari penghakiman.” Itu berarti (i) Ada yang namanya hari penghakiman; sungguh bodoh kita jika menyangka bahwa hidup kita cuma ada dalam dunia ini sebab sesungguhnya ada hidup yang lain yang harus dijalani dalam kekekalan setelah kita melewati “hari penghakiman.” (ii) Di hari penghakiman, setiap kita harus memberikan pertangungjawaban. (iii) Salah satu hal yang harus kita pertanggung jawabkan dihari penghakiman adalah “setiap kata-kata” yang kita ucapkan yang sia-sia, yang hampa, yang tidak bernilai, yang kejam, yang merusak orang lain, yang menipu, yang porno dst.

Jadi, jika kita selama kita mengatakan hal-hal yang kejam terhadap sesama kita; kita kritik sesama kita tanpa memperhitungkan perasaan mereka, atau kita menuduh orang lain misalnya saja pasangan kita sebagai orang yang “tidak bertanggung jawab” saat ia melakukan kesalahan yang sebenarnya kecil saja; atau kita maki-maki bawahan kita karena kerjanya tidak memuaskan kita; maka SEMUA PERKATAAN TERSEBUT DICATAT OLEH TUHAN DAN HARUS KITA PERTANGGUNG JAWABKAN DI HARI PENGHAKIMAN. Sama dengan hal itu, jika kita suka menjelek-jelekan orang lain, kita suka bergossip saat ada orang yang terkena satu masalah, kita menggunakan kebohongan dalam usaha atau bisnis kita; kita fitnah orang lain, maka CAMKAN INI, SEMUA ITU AKAN ANDA BAWA SAMPAI HARI PENGHAKIMAN.

3.       Alasan ketiga, mengapa kita tidak boleh mengeluarkan atau memeliharakan perkataan-perkataan yang jahat atau tidak benar adalah sebab perkataan kita mencerminkan siapa diri kita.
Coba perhatikan lagi apa yang dikatakan oleh penulis Amsal dalam ps 12:13 “Orang jahat terjerat oleh oleh bibirnya yang penuh pelanggaran,” atau “orang jahat terjerat dengan bibirnya yang jahat.” Jadi, bibir yang jahat merupakan ciri/karakter dari orang jahat. Jadi, apa yang kita keluarga dari mulut kita sesungguhnya mencerminkan isi hati kita; apa yang keluar dari mulut kita merepresentasikan kualitas dari hati dan hidup kita.

Masih ingat dengan perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 12:37 yang tadi kita baca? Yesus berkata ““setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkan pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pun engkau akan dihukum.”

Kalimat terakhir yang Yesus katakan, menarik perhatian saya, mengapa Yesus berkata “menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pun engkau akan dihukum?” Bukankah manusia diselamatkan ataukah tidak berdasarkan imannya apakah ia percaya Tuhan ataukah tidak, mengapa sekarang Yesus berkata bahwa manusia dihukum berdasarkan perkataannya?

Jawabannya adalah sebab perkataan itu mencerminkan/merepresentasikan siapa diri kita sebenarnya. Coba lihat lebih jauh apa yang Yesus katakan dalam Matius 12:33-35. Yesus melihat bahwa perkataan seseorang itu seperti buah dari pohon; buah yang baik menunjukkan bahwa pohon tersebut baik; buah yang tidak baik menunjukkan bahwa pohon tersebut tidak baik; perkataan yang benar dan memuliakan Tuhan keluar dari mulut dan hidup yang yang benar; sedangkan perkataan yang jahat, kejam, menipu keluar dari orang yang hidupnya memang jahat, kejam, suka menipu alias tidak percaya kepada Kristus.

Jadi, masalah dari perkataan yang jahat, kejam, tidak benar bukan sekedar lahir dari kebiasaan, namun karena natur kita yang pada dasarnya adalah jahat, kejam, dan suka menipu. Itulah sebabnya jika anda berkata bahwa anda adalah anak Tuhan; anda adalah orang yang sudah dibenarkan, anda adalah pengikut Yesus, maka apa yang keluar dari mulut anda haruslah hal-hal yang sama dengan apa yang anda imani. Yakobus mengingatkan “tidak mungkin sumber mengeluarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama.” (Yakobus 3:10)

Jadi, jika mulut kita ini selalu dipenuhi dengan kejahatan; orang Kristen sejati bisa jatuh dalam dosa perkataan, namun ia tidak selalu jatuh dalam dosa perkataan; itulah sebabnya jika mulut kita ini selalu negative, yang ada selalu cuma kritikan, keluhan, kemarahan, kekerasan, kekejaman dan kebohongan, itu semua menunjukkan bahwa anda belum mengalami pertobatan sejati. Mulut anda adalah bukti nyata bahwa anda masih orang yang berada dibawah kuasa dosa dengan natur hidup anda yang lama. Anda butuh keselamatan.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita bisa memiiki perkataan yang benar? Bagaimana kita bisa berubah?
1.       Anda perlu kelahiran baru
Kualitas perkataan bukanlah persoalan komunikasi, namun persoalan natur; kecuali natur kita diubahkan maka perkataan kita tidak mungkin berubah. Kita mungkin bisa membatasi perkataan kita atau kita mungkin dapat menjadi orang yang “ngirit ngomong,” namun tidak berarti kualitas perkataan kita dapat berubah menjadi baik.

Perkataan itu ada yang dikeluarkan lewat mulut namun ada juga yang tidak; orang yang ngirit ngomong atau dapat menahan diri untuk tidak cepat ngomong mungkin tidak kelihatan bahwa ia memiliki banyak perkataan jahat; namun hal tersebut tidak berarti dalam pikirannya tidak keluar perkataan-perkataan jahat.

Saat kita di kritik kita mungkin bisa berpura-pura tabah dan tetap tersenyum seolah-olah kita kuat, namun bukankah dalam pikiran kita sebenarnya ada pemberontakan; melalui pikiran kita, kita berkata “dasar kurang ajar nih orang berani-beraninya kritik saya, awas nanti, kalau ada kesempatan gua balas kamu.”

Manusia itu tidak bisa berubah dari dirinya sendiri, satu-satunya cara manusia dapat berubah adalah jika natur kita diubahkan, itulah sebabnya kita perlu dilahirkan kembali. Jadi, fakta bagaimana kita selalu berkata-kata yang jahat dan menyakitkan orang lain, tidak pernah bisa berubah, menunjukkan anda adalah seorang yang masih bernaturkan dosa, dan anda perlu anugerah Tuhan untuk mengalami kelahiran kembali.

Mungkin ada berkata “pendeta, saya ini sudah lahir baru, saya sudah percaya Yesus dengan sungguh-sungguh, namun saya masih sering jatuh dalam perkataan-perkataan yang salah; mengapa demikian?” maka ada aspek kedua yang tidak kalah penting dalam proses pembaharuan hidup kita termasuk salah satunya adalah pembaharuan perkataan, apakah itu? Pembaharuan pikiran

2.       Manusia perlu mengalami bukan hanya lahir baru, namun juga pembaharuan pemikiran
Apa yang kita katakan sangat erat kaitannya dengan apa yang kita pikirkan. Apa yang kita isi dalam kepala kita menentukan apa yang akan keluar dari mulut kita. Pernah tidak anda mengalami bagaimana pola makan anda mempengaruhi kualitas kesehatan anda. Apakah yang akan terjadi jika kita setiap hari memakan makanan dengan kalori yang sangat tinggi, misalnya saja setiap hari kita makan paket Burger dengan minuman bersoda dalamnya, bukankah yang terjadi adalah kita menjadi kelebihan berat badan dan obesitas; dan ketika kita mengalami hal tersebut bukankah kita kemudian jadi rentan terhadap penyakit. Hal yang sama dengan itu, demikian juga demikian pikiran kita, apa yang kita masukkan dalam pikiran kita akan membawa dampak pada apa yang akan keluar dari mulut kita yakni perkataan-perkataan kita.

Itulah sebabnya Paulus menegaskan bahwa kunci untuk “tidak menjadi sama dengan dunia ini adalah ‘mengalami pembaharuan pikiran.’” Pembaharuan pikiran melibatkan belajar firman Tuhan; masalahnya adalah: (i) Banyak orang merasa bahwa belajar firman Tuhan itu tidak penting atau tidak sepenting nyari uang. Padahal Tuhan Yesus berkata “manusia hidup bukan dari roti saja, namun dari Firman Tuhan,” tetapi kita tidak percaya dengan apa yang Tuhan katakan; (ii) banyak orang malas belajar firman Tuhan;  (iii) banyak orang tidak tekun dalam belajar firman Tuhan.

Jika kita merasa tidak penting untuk belajar firman Tuhan, malas dalam belajar firman Tuhan, dan tidak tekun dalam belajar firman Tuhan makanya tidak heran kita jadi orang Kristen yang tidak mempunyai kualitas.
3.       Manusia perlu disiplin
Inilah kunci dari pada kitab Amsal “disiplin.” Tidak ada keberhasilan tanpa disiplin; tidak ada yang namanya “pertumbuhan instan” dan tidak ada yang namanya “kedewasaan dalam sekejap mata,” semua membutuhkan yang namanya proses belajar yang harus dijalani dengan ketekunan.

Coba anda pikirkan, apa jadinya jika anda membangun sebuah rumah dengan terburu-buru. Bisakah kita membangun sebuah rumah yang bagus dengan cepat? Tidak bisa bukan; hal yang sama dengan bangunan hidup kita, untuk menjadi seseorang yang benar-benar hidupnya berbuah, butuh proses yang lama bahkan tidak mudah dan menyakitkan.

Disiplin dibutuhkan dalam proses pembelajaran kita untuk membenahi perkataan kita; ada kalanya kita jatuh dalam perkataan yang tidak benar bahkan jahat, jangan menyerah belajar lagi untuk menjadi lebih baik lagi.

Satu pagi saya membaca kitab Yakobus mengenai bahaya dari lidah; uniknya adalah di hari itu justru saya menggunakan lidah saya dengan cara yang salah dan saya hari itu belajar secara langsung apa dampaknya ketika saya tidak kekang lidah saya dengan benar. Saya jatuh dalam dosa lidah hari itu, namun saya coba bangkit lagi, belajar lagi dari kesalahan, dan terus berusaha untuk lebih baik lagi; inilah disiplin.

Jadi, saat kita melihat diri kita jatuh dalam perkataan yang salah, buruan minta ampun dan bereskan. Sebaliknya, jika kita melihat pasangan kita atau rekan kita jatuh dalam perkataan yang salah, buruan ampuni, beresakan dan berikan kesempatan bagi dia untuk berubah.
Penutup
Ada seorang pemudi yang mengalami ganggunan kepribadian; walaupun ia adalah seorang yang memiliki penampilan yang manarik, namun ia tidak pernah bisa dekat dengan orang lain; ia sering dianggap anti-sosial. Pemudi ini tidak mengerti kenapa ia bisa menjadi demikian; ia kemudian mendatangi seorang konselor untuk membantunya memahami akar persoalan dirinya. Lalu si konselor menggunakan metode terapi alam bawah sadar untuk mencoba menggali masa lalu dari pemudi ini; dalam salah satu sesi konseling, alam bawah sadar di pemudi di bawa ke masa lalu, kemudian tiba-tiba suara si pemudi ini berubah mirip seperti ketika anak-anak; si pemudi ini berkata “mami-mami, kenapa kamu berkata “aku anak haram.” Rupanya hal itulah yang selama ini merusak kepribadian si anak ini; perkataan dari ibunya saat ia kecil; mungkin si ibu sedang emosi dan marah kepada suaminya dan melampiaskan kemarahan kepada anaknya dan berkata “dasar kamu anak haram.” Mungkin ibunya sudah lupa dengan apa yang dia katakan, namun perkataan kejam yang diterima anak ini membekas dalam hidupnya meninggalkan sebuah luka yang mempengaruhi anak ini selama bertahun-tahun bahkan hingga ini dewasa.

Adakah diantara anda  yang pernah mengalami seperti anak ini, ada perkataan-perkataan yang kejam yang anda terima dalam hidup anda; mungkin itu dari orang tua anda; mungkin itu dari pasangan anda, mungkin itu dari suami atau istri anda, mungkin itu dari rekan kerja anda atau atasan anda; mungkin itu dari sesama jemaat di gereja anda, mungkin itu dari teman sekolah anda. Tahukah anda “kekejaman yang anda rasakan dan simpan membuat anda lama kelamaan menjadi orang kejam.” Jika kita mengalami hal yang seperti ini, inilah waktunya bagi anda untuk datang pada Yesus, pandanglah wajahnya dan rasakan kasihnya. Hanya Kristus yang dapat menyembuhkan dan memulihkan kita.

Adakah diantara anda yang seperti ibu tadi, yang tanpa sengaja telah mengeluarkan perkataan-perkataan yang kejam yang telah menghancurkan, merusak orang lain. Anda tahu itu, namun anda tidak mau menyelesaikan hal itu. Bereskan hal tersebut hari ini; minta ampun pada Tuhan dan sepulang dari tempat ini, minta maaf kepadanya.