Saya ingin mengawali perenungan hari ini dengan sedikit membicarakan
mengenai salah satu issu yang pernah menghangat dalam bidang keagamaan yakni issu mengenai
hadirnya satu komunitas yang disebut dengan Komunitas Eden. Komunitas ini
didirikan oleh seorang perempuan yang bernama Lia Aminudin yang kemudian
dikenal sebagai Lia Eden. Ia mengaku bahwa dirinya adalah Bunda Yesus dan Imam
Mahdi. Kita tahu bahwa sosok imam mahdi disejajarkan dengan sosok anak manusia
yang kelak akan datang untuk menghakimi dunia ini. Saudara, percayakah anda
bahwa orang yang bernama Lia Aminudin alias Lia Eden adalah bunda Yesus, Anak Manusia atau
Mesias? Pasti diantara kita tidak ada yang mempercayai bahwa dia adalah
penjelmaan bunda Maria apalagi mempercayainya sebagai anak manusia alias mesias.
Namun pertanyaannya adalah mengapa anda tidak mempercayainya? Sebab kita tahu
mesias yang sejati itu seperti apa, kita mengetahui kualifikasi dari seorang
Mesias. Mesias harus lahir dari seorang perawan, Lia Aminudin tentu saja tidak
lahir dari seorang perawan, ia mesti punya seorang ayah. Mesias juga haruslah
keturunan Daud, Lia Aminudin bukan keturunan Daud.
Sebuah jabatan --apalagi jabatan yang sangat
istimewa-- mesti memiliki kualifikasi. Untuk menjadi seorang Manager mesti ada
kualifikasinya, saudara bisa saja mengaku diri manajer, namun tampa kualifikasi maka pengakuan kita cuma
untuk diri kita sendiri, orang lain tidak akan mengakui bahwa kita seorang
manajer. Dari kualifikasi itulah kita menilai kelayakan seseorang untuk
menjabat satu jabatan tertentu.
Hal yang sama berlaku bagi masyarakat Yahudi di zaman Tuhan Yesus.
Tidak semua orang yang mengaku dan menyatakan diri mereka sebagai mesias dapat
diterima oleh masyarakat Yahudi. Mesias itu mempunyai kualifikasi, Firman Tuhan
telah menyatakan kepada bangsa Israel
seperti apakah mesias yang akan datang itu. Walalupun seseorang mengaku dirinya
mesias, namun jika ia tidak mempunyai kualifikasi seorang mesias, pengakuannya itu
akan ditolak oleh umat Tuhan bahkan pengakuannya itu akan membawa orang
tersebut pada hukuman mati.
Apakah syarat dari seorang Mesias, bagaimanakah Mesias yang sejati
itu? Tentu ada berbagai kualifikasi sosok mesias yang diyakini oleh Masyarakat
Yahudi. Beberapa kualifikasinya adalah sbb: Pertama , Ia
haruslah lahir dari keluarga Daud, Allah telah menyatakan kepada Daud bahwa
dari keluarganyalah mesias akan muncul. Itulah sebabnya mesias disebut sebagai
anak Daud. Kedua, mesias haruslah
memenuhi nubuatan dari para nabi, nubuatan yang mana? Misalnya Yesaya 7:14
dikatakan bahwa Mesias haruslah lahir dari seorang perawan. Dalam Micha 5:2
dikatakan bahwa Mesias haruslah lahir di Betlehem.
Seorang teolog bernama H. Wayne
House mencoba meneliti berapa banyakah nubuatan dalam PL yang berbicara tentang
mesias yang digenapi oleh Kristus? Penulis kitab-kitab Injil setidaknya telah
mencantumkan ada 37 nubuatan dalam PL yang berbicara secara spesifik tentang
Mesias yang digenapi oleh Kristus.
Para penulis kitab injil berusaha membuktikan atau memperlihatkan
kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah mesias, itulah sebabnya dalam
kitab-kitab Injil, khususnya dalam injil Matius, berulang kali penulis kitab
tersebut mengkaitkan perkataan, perbuatan Yesus dengan apa yang pernah
dituliskan sebelumnya dalam PL mengenai sosok mesias.
Salah satu nubuatan yang dibicarakan PL tentang Mesias adalah mesias
akan datang seperti halnya Musa. Dalam Ulangan 18:15-18 Musa berkata
Seorang nabi dari
tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan
dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Allahmu; Dialah yang harus kamu dengarkan. Tepat
seperti yang kamu minta dahulu kepada Tuhan, Allahmu, di gunung Horeb, pada
hari perkumpulan dengan berkata: Tidak mau aku lagi mendengarkan suara Tuhan,
Allahku dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi supaya jangan aku
mati. Lalu berkatalah Tuhan kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik;
seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh
firmanKu dalam mulut-Nya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang
Kuperintahkan kepadanya.
Orang-orang Yahudi di zaman Kristus meyakini nabi yang dibicarakan
Tuhan pada musa itulah mesias. Walaupun mereka telah melihat berbagai nabi yang
sangat hebat, misalnya Yosua, Samuel, Yesaya, Yeremia dst, namun mereka melihat
dan meyakini nabi yang di bicarakan Tuhan kepada Musa belum datang.
Matius dipakai Tuhan untuk memperlihatkan kepada orang-orang Yahudi bahwa
Yesus ini adalah sosok nabi sebagaimana yang dinubuatan oleh Musa, seorang nabi
yang mirip dengan Musa. Bagaimana cara Matius memperlihatkan kemiripan Yesus
dengan Musa?
Seorang teolog PB bernama Dalle C. Allison menulis buku berjudul The New Moses: A Matthean Typology, dalam
buku tersebut, Allison menemukan setidaknya ada 20 persamaan yang Matius buat
untuk membandingkan Musa dan Yesus. Kita tentu tidak bisa membahas semua
persamaan tersebut, namun saya akan menyebutkan tiga diantaranya yakni (i) Ada kesejaran antara kisah
kelahiran Yesus dengan kisah kelahiran Musa. Sama seperti di saat Musa lahir
ada pembantaian besar-besaran demikian juga saat Yesus lahir terjadi
pembantaian besar-besaran. Sama seperti Musa (ii) Yesus dan musa sama-sama
mengalami pengujian dan pencobaan yang hebat. 40 Tahun musa harus berada di padang gurun untuk
menggembalakan kambing domba. 40 hari Yesus berada di padang belantara dan kemudian dicobai.
Walaupun quantitas waktunya berbeda namun ada kesejajaran anatara Musa dan
Yesus, keduanya harus mengalami masa pencobaan sebelum melaksakan misi Allah
bagi mereka (iii) Ada kesejajaran apa yang Yesus ajarkan saat ia berkhorbah di
bukit dengan apa yang Musa ajarkan saat ia berbicara di gunung Sinai. Baik
Yesus maupun Musa menyampaikan hukum-hukum Tuhan pada umat Tuhan.
Meskipun ada persamaan antara Musa dan Yesus, namun Matius juga
melihat ada perbedaan antara Musa dan Yesus. Perbedaan ini sangat penting, penulis
Injil Matius ingin kita bukan sekedar bisa menerima dan mengakui bahwa Yesus
adalah nabi yang dijanjikan Allah pada bangsa Israel, namun Injil Matius juga
ingin kita mengerti ada perbedaan yang serius antara Yesus dan Musa. Ada hal yang sangat
signifikan yang membuat Yesus lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan Musa. Walaupun Musa dan Yesus adalah sama-sama agen
Allah dalam mengerjakan pembebasan bagi manusia, namun Musa pada dasarnya hanya
membawa Israel (umat Tuhan) lepas dari perbudakan mesir, sedangkan Yesus
membawa manusia lepas dari perbudakan dosa.
Peran Musa dalam PL sebenarnya hanyalah gambaran dari peran yang
akan dikerjakan oleh Mesias yang sejati yakni Yesus. Pembebasan yang Musa
kerjakan bagi bangsa Israel
waktu mereka di jajah di Mesir adalah gambaran dari pembebasan yang akan
dikerjakan oleh Kristus bagi manusia yakni pembebasan dari dosa. Seperti nama
yang diberitahukan malaikat kepada Yusuf (Matius 1: 21) bahwa anak yang
dikandungnya harus diberi nama Yesus sebab Ia lah yang menyelamatkan umat-Nya
dari dosa mereka.
Mengapa Yesus perlu menyelamatkan manusia dari dosa? Sebab dosa
membelenggu kehidupan manusia. Dosa membuat manusia tidak bisa hidup untuk
Allah. Dosa membawa manusia kepada kehidupan yang hancur, rusak dan tampa makna. Dosa membawa
manusia kepada penghukuman. Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dari Dosa,
bagaimana caranya? Yesus harus menebus manusia dari perbudakan dosa. Sama
seperti Allah dahulu melepaskan Israel
dari perbudakan mesir, maka sekarang Yesus harus melepaskan manusia dari
perbudakan dosa. Bagaimana caranya? Tentu dengan darah. Melalui kematian-Nya di
atas kayu Salib, Dia telah menebus kita dari perbudakan dosa. Melalui
kematian-Nya di atas kayu salib, Yesus telah melepaskan kita dari perbudakan
dosa.
Disinilah pentingnya gagasan New Moses, tujuan Matius memperlihatkan kesejajaran Yesus dan Musa adalah untuk
memperlihatkan bahwa Yesus datang untuk menggenapkan apa yang digambarkan oleh
Musa sebelumnya yakni pembebasan dari belenggu dosa.
Dari peran dan karya Yesus sebagai New Moses, kita belajar mengenai
hakekat dan cirri dari keselamatan orang percaya. Apakah ciri dari seseorang
yang telah diselamatkan Tuhan? Apakah cirinya adalah orang tersebut tidak takut
mati? Atau cirinya adalah orang tersebut memiliki keyakinan diri yang sangat
optimis akan diselamatkan di hari penghakiman kelak? Atau cirinya adalah orang
tersebut suka berbicara tentang agama atau teologia? Tentu tidak demikian, ada
banyak orang yang tidak mengenal Tuhan yang tidak takut dengan kematian, takut
atau tidaknya seseorang dengan kematian bukan ciri orang percaya. Optimisme
akan masuk sorga juga bukan cirri dari orang yang diselamatkan, sebab para nabi
Palsu yang dibicarakan Yesus dalam7:15-23 adalah orang-orang yang sangat
optimis masuk sorga namun nyatanya tidak. Demikian juga dengan orang yang
sering berbicara tentang agama atau teologia juga tidak mengidentifikasikan
bahwa dirinya adalah orang yang telah diselamatkan, mengapa sebab baik ahli
Taurat, orang Farisi maupun para imam Saduki, mereka semua adalah
pembicara-pembicara ulung dalam agama dan teologi, namun toh mereka belum tentu
sudah lahir baru, Nikodemus buktinya.
Untuk mengerti dan memahami hakekat dan ciri keselamatan, kita harus
melihatnya dalam konsep keberdosaan manusia. Jika dosa adalah terbelenggunya
manusia dibawah kuasa dosa, maka keselamatan berarti lepasnya manusia dari
belenggu tersebut. Itu berarti ciri dari seseorang yang telah diselamatkan
adalah orang tersebut tidak lagi dibelenggu dengan dosa. Orang tersebut tidak
lagi hidup dalam ketidakmampuan untuk menang atas dosa, orang tersebut tidak
lagi hidup dalam kendali dosa.
Kebenaran inilah yang dilihat oleh Yohanes, sehingga ia menulis
dalam surat 1
Yohanes 3:8-10
Barangsiapa yang tetap
berbuat dosa, berasal dari iblis, sebab iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk
inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan
iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa lagi; sebab
benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa karena ia
lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis; setiap
orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga
barangsipa yang tidak mengasihi saudaranya.
Yohanes melihat seseorang yang telah diselamatkan Tuhan bukan hanya
memiliki ciri, dirinya memiliki keyakinan atas jaminan keselamatan, namun ia
mengalami sendiri apakah artinya diselamatkan. Bagi Yohanes keselamatan
bukanlah semata-mata pengalaman yang bersifat futuris, yang menunjuk pada
masuknya kita ke dalam satu keadaan atau tempat yang maha indah yang bernama
sorga. Keselamatan adalah pengalaman masa kini. Keselamatan bukan semata-mata
berbicara mengenai luputnya manusia dari neraka kelak, namun berbicara mengenai
lepasnya manusia dari belenggu dosa yang seharusnya telah terjadi saat
seseorang ditebus Kristus dengan darah-Nya saat ia menerima Yesus sebagai Tuhan
dan juru selamat dalam hidupnya.
Lepas dari belenggu dosa tentu tidak sama artinya dengan tidak bisa
lagi berbuat dosa. Tidak ada seorang pun yang telah ditebus Tuhan yang selama
ia hidup dalam dunia ini, yang tidak bisa lagi jatuh dalam dosa. Misalnya Daud,
kita tahu dan mengenal bahwa Daud adalah orang yang sangat beriman kepada
Tuhan. Saat orang-orang Israel
gemetar berhadapan dengan Goliat, ia berdiri menghadapi raksasa tersebut dengan
iman. Apa yang Daud katakan kepada Goliat? Engkau
mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi
engkau dengan nama Tuhan semesta alam. Apakah
orang seperti Daud tidak pernah jatuh dalam dosa? Daud masih bisa jatuh dalam
dosa, bahkan dosa yang sangat serius, ia terjebak dengan napsu seks yang
membuatnya sampai merebut istri orang lain dan membunuh suaminya.
Lepas dari belenggu dosa artinya kita mempunyai kemampuan yang baru
untuk mampu melawan dosa dan menang. Apakah beda antara orang yang masih
terbeleggu dosa dan orang yang sudah lepas dari belenggu dosanya? Orang yang
terbelenggu dosa, ia tidak pernah menang atas dosa. Ia terus menerus kalah
dengan dosa, ia terus jatuh dalam lobang yang sama, dalam kesalahan yang sama.
Sedangkan orang yang sudah lepas dari belenggu doa, ada kekuatan dalam dirinya
untuk menang atas dosa, ada keresahan dalam dirinya saat ia berdosa, ia tidak
betah tinggal dalam dosa, saat ia jatuh dalam dosa, ia merasa hal tersebut
sangat menyiksanya, itulah sebabnya ia ingin bangkit lagi dan berjuang terus
melawan dosa sampai ia menang.
Jika seseorang yang mengaku percaya masih kalah dengan dosa ada dua
kemungkinan: Pertama orang tersebut
memang belum dilepaskan dari belenggu dosa. Kedua,
orang tersebut tidak berjuang untuk menang atas dosanya. Walaupun orang
tersebut telah diselamatkan Tuhan, namun ia tetap membiarkan dirinya kalah atas
dosa.
Jemaat sekalian minggu ini adalah minggu ini adalah minggu terakhir
sebelum kita memperingati Natal .
Apakah yang kita peringati dalam Natal ?
Apakah kita memperingati harinya Yesus hadir dalam dunia ini? 25 Desember
adalah hari perayaan ulang tahun Yesus, itukah yang kita peringati? Bukan…
bukan itu. Natal adalah peringatan hari lahirnya Kristus dalam hidup kita.
Natal adalah peringatan akan hari dimana Kristus telah satu kali mengubahkan
hidup kita.
Dalam gereja Purba Natal
dirayakan pada tanggal 25 Desember dan 6 Januari. 25 Desember adalah perayaan Natal dari gereja Tuhan
di wilayah barat, sedangkan 6 Januari adalah perayaan natal oleh gereja Tuhan
di wilayah timur. Tanggal 25 Desember digunakan sebagai perayaan natal sebab 25
Desember adalah hari pertama matahari kembali bersinar setelah sekian lama
musim dingin. Seperti matahari yang pertama kali bersinar, demikianlah Kristus
telah menjadi matahari kebenaran yang bersinar dalam kehidupan manusia. Inilah
alasan mengapa 25 Desember dijadikan peringatan Natal , sebab orang-orang menggunakan symbol
alam yang telah mereka kenal untuk menyatakan dan memperingati kehadiran
Kristus dalam diri mereka. Sedangkan gereja Timur merayakan Natal pada tanggal 6 Januari sebab tanggal
tersebut dipercayai sebagai tanggal dimana orang-orang majus, yang disebut
sebagai orang-orang dari timur, untuk pertama kalinya bertemu dengan Kristus.
Jadi baik gereja barat maupun gereja timur, mereka merayakan natal adalah dalam
konteks memperingati kelahiran Kristus dalam hidup mereka, memperingati
pertemuan mereka dengan Kristus.
Saya pikir kita harus jelas dalam memahami kenapa kita merayakan Natal ? Natal adalah
peringatakan akan pertemuan kita dengan Kristus secara pribadi. Natal adalah
moment untuk merenungkan dan memikirkan mengenai karya keselamatan yang Tuhan
telah kerjakan bagi kita.
Saya mengajak jemaat sekalian untuk memperbaharui sikap kita dalam
merayakan natal. Natal bukanlah moment unjuk kemampuan, natal adalah moment
perenungan. Natal bukanlah moment untuk menampilkan kreatifitas namun moment
untuk memikirkan karya Allah dalam hidup kita. Sudahkah saudara diselamatkan
Tuhan? Apa kah ciri dan tandanya jika saudara adalah orang yang telah
diselamatkan Tuhan? Cirinya adalah dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita.
Apakah dosa memang benar tidak lagi menguasai diri kita? Yesus datang untuk
menyelamatkan manusia, Yesus datang untuk memebaskan manusia dari belenggu
dosa, sudahkah kita benar-benar mengalami keselamatan itu?