Minggu, 29 Desember 2013

Yesus Datang Sebagai New Moses


Saya ingin mengawali perenungan hari ini dengan sedikit membicarakan mengenai salah satu issu yang pernah menghangat dalam bidang keagamaan yakni issu mengenai hadirnya satu komunitas yang disebut dengan Komunitas Eden. Komunitas ini didirikan oleh seorang perempuan yang bernama Lia Aminudin yang kemudian dikenal sebagai Lia Eden. Ia mengaku bahwa dirinya adalah Bunda Yesus dan Imam Mahdi. Kita tahu bahwa sosok imam mahdi disejajarkan dengan sosok anak manusia yang kelak akan datang untuk menghakimi dunia ini. Saudara, percayakah anda bahwa orang yang bernama Lia Aminudin alias Lia Eden adalah bunda Yesus, Anak Manusia atau Mesias? Pasti diantara kita tidak ada yang mempercayai bahwa dia adalah penjelmaan bunda Maria apalagi mempercayainya sebagai anak manusia alias mesias. Namun pertanyaannya adalah mengapa anda tidak mempercayainya? Sebab kita tahu mesias yang sejati itu seperti apa, kita mengetahui kualifikasi dari seorang Mesias. Mesias harus lahir dari seorang perawan, Lia Aminudin tentu saja tidak lahir dari seorang perawan, ia mesti punya seorang ayah. Mesias juga haruslah keturunan Daud, Lia Aminudin bukan keturunan Daud.

Sebuah jabatan --apalagi jabatan yang sangat istimewa-- mesti memiliki kualifikasi. Untuk menjadi seorang Manager mesti ada kualifikasinya, saudara bisa saja mengaku diri manajer, namun tampa kualifikasi maka pengakuan kita cuma untuk diri kita sendiri, orang lain tidak akan mengakui bahwa kita seorang manajer. Dari kualifikasi itulah kita menilai kelayakan seseorang untuk menjabat satu jabatan tertentu.

Hal yang sama berlaku bagi masyarakat Yahudi di zaman Tuhan Yesus. Tidak semua orang yang mengaku dan menyatakan diri mereka sebagai mesias dapat diterima oleh masyarakat Yahudi. Mesias itu mempunyai kualifikasi, Firman Tuhan telah menyatakan kepada bangsa Israel seperti apakah mesias yang akan datang itu. Walalupun seseorang mengaku dirinya mesias, namun jika ia tidak mempunyai kualifikasi seorang mesias, pengakuannya itu akan ditolak oleh umat Tuhan bahkan pengakuannya itu akan membawa orang tersebut pada hukuman mati.

Apakah syarat dari seorang Mesias, bagaimanakah Mesias yang sejati itu? Tentu ada berbagai kualifikasi sosok mesias yang diyakini oleh Masyarakat Yahudi. Beberapa kualifikasinya adalah sbb: Pertama, Ia haruslah lahir dari keluarga Daud, Allah telah menyatakan kepada Daud bahwa dari keluarganyalah mesias akan muncul. Itulah sebabnya mesias disebut sebagai anak Daud. Kedua, mesias haruslah memenuhi nubuatan dari para nabi, nubuatan yang mana? Misalnya Yesaya 7:14 dikatakan bahwa Mesias haruslah lahir dari seorang perawan. Dalam Micha 5:2 dikatakan bahwa Mesias haruslah lahir di Betlehem.

Seorang teolog bernama H. Wayne House mencoba meneliti berapa banyakah nubuatan dalam PL yang berbicara tentang mesias yang digenapi oleh Kristus? Penulis kitab-kitab Injil setidaknya telah mencantumkan ada 37 nubuatan dalam PL yang berbicara secara spesifik tentang Mesias yang digenapi oleh Kristus.

Para penulis kitab injil berusaha membuktikan atau memperlihatkan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah mesias, itulah sebabnya dalam kitab-kitab Injil, khususnya dalam injil Matius, berulang kali penulis kitab tersebut mengkaitkan perkataan, perbuatan Yesus dengan apa yang pernah dituliskan sebelumnya dalam PL mengenai sosok mesias.

Salah satu nubuatan yang dibicarakan PL tentang Mesias adalah mesias akan datang seperti halnya Musa. Dalam Ulangan 18:15-18 Musa berkata

Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Allahmu; Dialah yang harus kamu dengarkan. Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada Tuhan, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan dengan berkata: Tidak mau aku lagi mendengarkan suara Tuhan, Allahku dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi supaya jangan aku mati. Lalu berkatalah Tuhan kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firmanKu dalam mulut-Nya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.

Orang-orang Yahudi di zaman Kristus meyakini nabi yang dibicarakan Tuhan pada musa itulah mesias. Walaupun mereka telah melihat berbagai nabi yang sangat hebat, misalnya Yosua, Samuel, Yesaya, Yeremia dst, namun mereka melihat dan meyakini nabi yang di bicarakan Tuhan kepada Musa belum datang.    

Matius dipakai Tuhan untuk memperlihatkan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus ini adalah sosok nabi sebagaimana yang dinubuatan oleh Musa, seorang nabi yang mirip dengan Musa. Bagaimana cara Matius memperlihatkan kemiripan Yesus dengan Musa?

Seorang teolog PB bernama Dalle C. Allison menulis buku berjudul The New Moses: A Matthean Typology, dalam buku tersebut, Allison menemukan setidaknya ada 20 persamaan yang Matius buat untuk membandingkan Musa dan Yesus. Kita tentu tidak bisa membahas semua persamaan tersebut, namun saya akan menyebutkan tiga diantaranya yakni (i) Ada kesejaran antara kisah kelahiran Yesus dengan kisah kelahiran Musa. Sama seperti di saat Musa lahir ada pembantaian besar-besaran demikian juga saat Yesus lahir terjadi pembantaian besar-besaran. Sama seperti Musa (ii) Yesus dan musa sama-sama mengalami pengujian dan pencobaan yang hebat. 40 Tahun musa harus berada di padang gurun untuk menggembalakan kambing domba. 40 hari Yesus berada di padang belantara dan kemudian dicobai. Walaupun quantitas waktunya berbeda namun ada kesejajaran anatara Musa dan Yesus, keduanya harus mengalami masa pencobaan sebelum melaksakan misi Allah bagi mereka (iii) Ada kesejajaran apa yang Yesus ajarkan saat ia berkhorbah di bukit dengan apa yang Musa ajarkan saat ia berbicara di gunung Sinai. Baik Yesus maupun Musa menyampaikan hukum-hukum Tuhan pada umat Tuhan.

Meskipun ada persamaan antara Musa dan Yesus, namun Matius juga melihat ada perbedaan antara Musa dan Yesus. Perbedaan ini sangat penting, penulis Injil Matius ingin kita bukan sekedar bisa menerima dan mengakui bahwa Yesus adalah nabi yang dijanjikan Allah pada bangsa Israel, namun Injil Matius juga ingin kita mengerti ada perbedaan yang serius antara Yesus dan Musa. Ada hal yang sangat signifikan yang membuat Yesus lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan Musa.  Walaupun Musa dan Yesus adalah sama-sama agen Allah dalam mengerjakan pembebasan bagi manusia, namun Musa pada dasarnya hanya membawa Israel (umat Tuhan) lepas dari perbudakan mesir, sedangkan Yesus membawa manusia lepas dari perbudakan dosa.

Peran Musa dalam PL sebenarnya hanyalah gambaran dari peran yang akan dikerjakan oleh Mesias yang sejati yakni Yesus. Pembebasan yang Musa kerjakan bagi bangsa Israel waktu mereka di jajah di Mesir adalah gambaran dari pembebasan yang akan dikerjakan oleh Kristus bagi manusia yakni pembebasan dari dosa. Seperti nama yang diberitahukan malaikat kepada Yusuf (Matius 1: 21) bahwa anak yang dikandungnya harus diberi nama Yesus sebab Ia lah yang menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.

Mengapa Yesus perlu menyelamatkan manusia dari dosa? Sebab dosa membelenggu kehidupan manusia. Dosa membuat manusia tidak bisa hidup untuk Allah. Dosa membawa manusia kepada kehidupan yang hancur, rusak dan tampa makna. Dosa membawa manusia kepada penghukuman. Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dari Dosa, bagaimana caranya? Yesus harus menebus manusia dari perbudakan dosa. Sama seperti Allah dahulu melepaskan Israel dari perbudakan mesir, maka sekarang Yesus harus melepaskan manusia dari perbudakan dosa. Bagaimana caranya? Tentu dengan darah. Melalui kematian-Nya di atas kayu Salib, Dia telah menebus kita dari perbudakan dosa. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Yesus telah melepaskan kita dari perbudakan dosa.

Disinilah pentingnya gagasan New Moses, tujuan Matius memperlihatkan kesejajaran Yesus dan Musa adalah untuk memperlihatkan bahwa Yesus datang untuk menggenapkan apa yang digambarkan oleh Musa sebelumnya yakni pembebasan dari belenggu dosa.  

Dari peran dan karya Yesus sebagai New Moses, kita belajar mengenai hakekat dan cirri dari keselamatan orang percaya. Apakah ciri dari seseorang yang telah diselamatkan Tuhan? Apakah cirinya adalah orang tersebut tidak takut mati? Atau cirinya adalah orang tersebut memiliki keyakinan diri yang sangat optimis akan diselamatkan di hari penghakiman kelak? Atau cirinya adalah orang tersebut suka berbicara tentang agama atau teologia? Tentu tidak demikian, ada banyak orang yang tidak mengenal Tuhan yang tidak takut dengan kematian, takut atau tidaknya seseorang dengan kematian bukan ciri orang percaya. Optimisme akan masuk sorga juga bukan cirri dari orang yang diselamatkan, sebab para nabi Palsu yang dibicarakan Yesus dalam7:15-23 adalah orang-orang yang sangat optimis masuk sorga namun nyatanya tidak. Demikian juga dengan orang yang sering berbicara tentang agama atau teologia juga tidak mengidentifikasikan bahwa dirinya adalah orang yang telah diselamatkan, mengapa sebab baik ahli Taurat, orang Farisi maupun para imam Saduki, mereka semua adalah pembicara-pembicara ulung dalam agama dan teologi, namun toh mereka belum tentu sudah lahir baru, Nikodemus buktinya.

Untuk mengerti dan memahami hakekat dan ciri keselamatan, kita harus melihatnya dalam konsep keberdosaan manusia. Jika dosa adalah terbelenggunya manusia dibawah kuasa dosa, maka keselamatan berarti lepasnya manusia dari belenggu tersebut. Itu berarti ciri dari seseorang yang telah diselamatkan adalah orang tersebut tidak lagi dibelenggu dengan dosa. Orang tersebut tidak lagi hidup dalam ketidakmampuan untuk menang atas dosa, orang tersebut tidak lagi hidup dalam kendali dosa.

Kebenaran inilah yang dilihat oleh Yohanes, sehingga ia menulis dalam surat 1 Yohanes 3:8-10

Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari iblis, sebab iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa karena ia lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis; setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsipa yang tidak mengasihi saudaranya.

Yohanes melihat seseorang yang telah diselamatkan Tuhan bukan hanya memiliki ciri, dirinya memiliki keyakinan atas jaminan keselamatan, namun ia mengalami sendiri apakah artinya diselamatkan. Bagi Yohanes keselamatan bukanlah semata-mata pengalaman yang bersifat futuris, yang menunjuk pada masuknya kita ke dalam satu keadaan atau tempat yang maha indah yang bernama sorga. Keselamatan adalah pengalaman masa kini. Keselamatan bukan semata-mata berbicara mengenai luputnya manusia dari neraka kelak, namun berbicara mengenai lepasnya manusia dari belenggu dosa yang seharusnya telah terjadi saat seseorang ditebus Kristus dengan darah-Nya saat ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat dalam hidupnya.

Lepas dari belenggu dosa tentu tidak sama artinya dengan tidak bisa lagi berbuat dosa. Tidak ada seorang pun yang telah ditebus Tuhan yang selama ia hidup dalam dunia ini, yang tidak bisa lagi jatuh dalam dosa. Misalnya Daud, kita tahu dan mengenal bahwa Daud adalah orang yang sangat beriman kepada Tuhan. Saat orang-orang Israel gemetar berhadapan dengan Goliat, ia berdiri menghadapi raksasa tersebut dengan iman. Apa yang Daud katakan kepada Goliat? Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau  dengan nama Tuhan semesta alam. Apakah orang seperti Daud tidak pernah jatuh dalam dosa? Daud masih bisa jatuh dalam dosa, bahkan dosa yang sangat serius, ia terjebak dengan napsu seks yang membuatnya sampai merebut istri orang lain dan membunuh suaminya.  

Lepas dari belenggu dosa artinya kita mempunyai kemampuan yang baru untuk mampu melawan dosa dan menang. Apakah beda antara orang yang masih terbeleggu dosa dan orang yang sudah lepas dari belenggu dosanya? Orang yang terbelenggu dosa, ia tidak pernah menang atas dosa. Ia terus menerus kalah dengan dosa, ia terus jatuh dalam lobang yang sama, dalam kesalahan yang sama. Sedangkan orang yang sudah lepas dari belenggu doa, ada kekuatan dalam dirinya untuk menang atas dosa, ada keresahan dalam dirinya saat ia berdosa, ia tidak betah tinggal dalam dosa, saat ia jatuh dalam dosa, ia merasa hal tersebut sangat menyiksanya, itulah sebabnya ia ingin bangkit lagi dan berjuang terus melawan dosa sampai ia menang.

Jika seseorang yang mengaku percaya masih kalah dengan dosa ada dua kemungkinan: Pertama orang tersebut memang belum dilepaskan dari belenggu dosa. Kedua, orang tersebut tidak berjuang untuk menang atas dosanya. Walaupun orang tersebut telah diselamatkan Tuhan, namun ia tetap membiarkan dirinya kalah atas dosa.

Jemaat sekalian minggu ini adalah minggu ini adalah minggu terakhir sebelum kita memperingati Natal. Apakah yang kita peringati dalam Natal? Apakah kita memperingati harinya Yesus hadir dalam dunia ini? 25 Desember adalah hari perayaan ulang tahun Yesus, itukah yang kita peringati? Bukan… bukan itu. Natal adalah peringatan hari lahirnya Kristus dalam hidup kita. Natal adalah peringatan akan hari dimana Kristus telah satu kali mengubahkan hidup kita.

Dalam gereja Purba Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember dan 6 Januari. 25 Desember adalah perayaan Natal dari gereja Tuhan di wilayah barat, sedangkan 6 Januari adalah perayaan natal oleh gereja Tuhan di wilayah timur. Tanggal 25 Desember digunakan sebagai perayaan natal sebab 25 Desember adalah hari pertama matahari kembali bersinar setelah sekian lama musim dingin. Seperti matahari yang pertama kali bersinar, demikianlah Kristus telah menjadi matahari kebenaran yang bersinar dalam kehidupan manusia. Inilah alasan mengapa 25 Desember dijadikan peringatan Natal, sebab orang-orang menggunakan symbol alam yang telah mereka kenal untuk menyatakan dan memperingati kehadiran Kristus dalam diri mereka. Sedangkan gereja Timur merayakan Natal pada tanggal 6 Januari sebab tanggal tersebut dipercayai sebagai tanggal dimana orang-orang majus, yang disebut sebagai orang-orang dari timur, untuk pertama kalinya bertemu dengan Kristus. Jadi baik gereja barat maupun gereja timur, mereka merayakan natal adalah dalam konteks memperingati kelahiran Kristus dalam hidup mereka, memperingati pertemuan mereka dengan Kristus.

Saya pikir kita harus jelas dalam memahami kenapa kita merayakan Natal? Natal adalah peringatakan akan pertemuan kita dengan Kristus secara pribadi. Natal adalah moment untuk merenungkan dan memikirkan mengenai karya keselamatan yang Tuhan telah kerjakan bagi kita.

Saya mengajak jemaat sekalian untuk memperbaharui sikap kita dalam merayakan natal. Natal bukanlah moment unjuk kemampuan, natal adalah moment perenungan. Natal bukanlah moment untuk menampilkan kreatifitas namun moment untuk memikirkan karya Allah dalam hidup kita. Sudahkah saudara diselamatkan Tuhan? Apa kah ciri dan tandanya jika saudara adalah orang yang telah diselamatkan Tuhan? Cirinya adalah dosa tidak lagi berkuasa atas diri kita. Apakah dosa memang benar tidak lagi menguasai diri kita? Yesus datang untuk menyelamatkan manusia, Yesus datang untuk memebaskan manusia dari belenggu dosa, sudahkah kita benar-benar mengalami keselamatan itu?


Tampa peringatan dan perenungan akan kehadiran Kristus dalam hidup kita, Natal akan kehilangan makna dan artinya. Menutup kotbah ini, saya ingin mengucapkan selamat Natal, selamat merenungkan pertemuan saudara dengan Kristus secara pribadi. Tuhan memberkati.