“Karena dari
kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” Yohanes
1:16
Saya pernah menonton sebuah film tentang sekumpulan anak muda mantan
preman, pecandu, anak-anak nakal yang dilayani dalam sebuah kelompok pembinaan
Kristen. Satu kali kelompok ini pergi berwisata ke sebuah pegunungan yang ada
air terjunnya. Dalam acara kebersamaan tersebut, ada seorang mantan preman yang
tidak mau ikut acara, ia meninggalkan acara dan pergi berenang di air terjun. Saat
ia berenang, tiba-tiba kakinya keram dan ia hampir tenggelam. Kebetulan salah
seorang anggota kelompok itu mencari preman nakal tadi. Waktu ia menemukan
preman tadi sedang tenggelam karena kakinya keram, ia langsung terjun dan
menolong preman itu. Namun, saat ia sedang berusaha membawa si preman ketepian
air terjun, tiba-tiba asma orang itu kumat, ia tidak bisa bernapas. Akhirnya
apa yang terjadi, dalam peristiwa itu si preman selamat namun orang yang
menolongnya mati.
Film yang tadi saya ceritakan memperlihatkan kepada kita mengenai
kematian seseorang yang membuat orang lain bisa tetap hidup. Jika kita melihat
ada orang yang rela mati demi kehidupan orang lain, kira-kira bagaimana kita
menilai orang tersebut? Dalam film kisah-kisah mengenai pengorbanan seseorang
demi kehidupan orang lain seh… banyak, namun dalam realita apakah hal tersebut
ada? Saya kira realita adanya orang-orang yang rela mati supaya orang lain
hidup pasti itu sangatlah jarang.
Alkitab memperlihatkan kepada kita, Yesus mati supaya kita hidup.
Inilah keunikan kematian Yesus. Ia mati bukan karena ia berdosa atau bersalah,
ia mati supaya kita yang berdosa bisa diselamatkan. Keunikan kematian Yesus
diperlihatkan oleh Yohanes dalam Yoh 1:16. Yohanes berkata ‘karena kepenuhannya
kita semua telah beroleh karunia demi kasih karunia.’
Apakah maksud kepenuhan Kristus di sini? Istilah kepenuhan sejajar
artinya dengan istilah ‘komplit’ atau ‘lengkap’ atau ‘sempurna.’ Istilah
‘kepenuhan’ menunjuk pada satu ukuran yang sudah mencapai titik ujungnya.[1]
Istilah ‘kepenuhan Kristus’ menunjuk kepada pekerjaan atau karya Kristus dalam
dunia ini yang telah lengkap atau telah mencapai ujungnya atau telah sempurna.
Yohanes melihat karya Kristus dalam dunia ini yang telah dikerjakan Kristus sampai
lengkap atau sempurna, itulah yang membuat kita (umat Tuhan) beroleh karunia
demi kasih karunia.
Karya Kristus yang mana dalam dunia ini yang Yohanes maksudkan
sebagai puncak atau titik akhir dari karya Yesus? Yang dimaksudkan Yohanes
tiada lain menunjuk pada karya kematian Yesus di atas kayu salib. Ingatkah kita
pada apa yang Yesus katakan diatas kayu salib untuk terakhir kalinya? Coba
lihat dalam Yohanes 19:30.
Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: Tetelestai
‘sudah selesai.’ Lalu ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Apakah
arti perkataan Yesus ini? Apakah maksudnya waktu Yesus berkata Tetevlestai
‘sudah selesai.’ Istilah ‘sudah selesai’ memiliki pengertian yang sama dengan
istilah kepenuhan, istilah ‘sudah selesai’ memiliki arti sudah lengkap, sudah
sempurna, sudah final. Karya Yesus atau tugas Yesus dalam dunia ini, yakni
untuk menyelesaikan urusan dosa manusia telah selesai, telah ia kerjakan sampai
akhir dengan setia dan sempurna. Pekerjaan yang Allah telah percayakan
kepada-Nya, untuk menyelamatkan dan melepaskan manusia dari belenggu dosa telah
dikerjakan-Nya sampai akhir dengan sempurna.
Kebenaran inilah yang Yohanes lihat dan maksudkan dalam Yoh.
1:16-17, saat ia berkata dari kepenuhan Kristus, kita memperoleh kasih karunia
demi kasih karunia, maka yang dimaksudkan adalah dari karya Kristus yang
dikerjakan oleh Yesus sampai akhir dengan sempurna di atas salib, kita semua
memperoleh kasih karunia demi kasih karunia.
Karunia apakah
yang kita peroleh karena karya Kristus yang sempurna di atas salib? Jawabannya
adalah kita beroleh karunia “hubungan yang baru dengan Allah.” Semua orang yang
berdosa, tidak memiliki hubungan dengan Allah. Kisah kejatuhan manusia dalam
dosa memperlihatkan kepada kita bahwa setelah manusia berdosa, maka kita semua
terusir dari hadirat Allah, manusia tidak bisa bersatu dengan Allah, manusia
tidak bisa bertemu dan berkomunikasi dengan Allah. Dalam kematian Yesus,
hubungan manusia dengan Allah yang terputus sekarang telah dipulihkan. Manusia
didalam Kristus sekarang dapat menghadap Allah. Kebenaran inilah yang dilihat
oleh penulis Ibrani dalam Ibrani ps. 10:19-20: “Jadi, saudara-saudara, oleh
darah Yesus, kita sekarang penuh keberanian masuk ke dalam tempat kudus, karena
Ia telah membuka jalan yang baru, yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu
diri-Nya sendiri.”
Yesus mati supaya kita dapat kembali berelasi dengan Allah. Yesus
mati, supaya kita orang-orang berdosa bisa diampuni oleh Allah dan bisa
beribadah kepada Allah dengan benar. Itulah sebabnya penulis kitab Ibrani dalam
ps. 10: 25, ia berkata ‘janganlah kamu menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah kita.’ Kenapa kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan ibadah?
Sebab kesempatan ibadah yang kita miliki memungkinkan terjadi karena Yesus
telah membayarnya dengan kematian-Nya. Bisakah kita bayangkan supaya kita dapat
kembali beribadah kepada Allah, Yesus membayarnya dengan kematian-Nya. Oleh
sebab itu, hargailah ibadah, janganlah kita menjadi orang yang tidak menghargai
ibadah. Ingat supaya kita dapat beribadah kepada Tuhan, Yesus membayar itu
dengan darah-Nya sendiri.
Kasih karunia kedua, yang kita terima karena pekerjaan Kristus
adalah kita sekarang memperoleh status yang baru. Sebelum kita percaya Yesus,
semua kita adalah hamba-hamba dosa. Apakah artinya hamba-hamba dosa? Kita ini
adalah orang-orang yang dikuasai dan dikendalikan oleh dosa. Oleh karena
kematian Yesus, kita sekarang dibebaskan dari perhambaan dosa dan diubah
menjadi hamba-hamba kebenaran atau hamba-hamba Allah. Dalam dunia ini hanya ada
dua status yakni hamba dosa atau hamba kebenaran. Jika kita bukan hamba
kebenaran maka kita adalah hamba-hamba dosa. Masalahnya adalah manusia itu
tidak bisa mengubah statusnya sendiri. Sekali manusia menjadi hamba dosa, maka
selamanya ia menjadi hamba dosa. Itulah
sebabnya jika kita dapat memiliki satus yang baru, itu adalah karunia Tuhan
yang luar biasa. Kita adalah orang-orang yang bukan lagi hamba dosa, kita
adalah orang-orang yang telah dilepaskan Kristus dari perbudakan dosa. Itulah
sebabnya jangan lagi jadi orang yang kalah dengan dosa namun jadilah orang yang
mengalahkan dosa.
Apakah yang harus kita lakukan sekarang? Respons atau tanggapan
apakah yang harus kita berikan saat kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus telah
mengaruniakan bagi kita karunia-karunia yang demikian berharga? Pertama, kita harus mengasihi Tuhan. Pernahkan
anda menerima kebaikan seseorang yang begitu besar? Saat kita merasakan perlakuan
yang baik dari seseorang, respons yang umumnya muncul adalah kita menjadi
merasa terharu dan ingin membalas kebaikan orang tersebut.
Saya pernah mengalami hal tersebut. Satu kali, setelah saya selesai
kontrak pelayanan di Palembang , saya akan
kembali ke Bandung .
Waktu itu, saya telah membeli sebuah tiket pesawat untuk Palembang-Bandung.
Entah kenapa, waktu itu saya salah melihat jam, saya mengira waktu cek-in
sebagai waktu take off. Waktu itu, dengan santai saya pergi ke Bandara diantara
seorang jemaat saya. Waktu saya sampai di Bandara, saya bertanya jam berapa
pesawat yang akan saya tumpangi take-off, lalu karyawan itu bilang, wah pak
pesawatnya baru saya berangkat. Waktu itu, saya bingung juga, gimana caranya
saya bisa pulang ke Bandung ?
Waktu itu jemaat saya menolong saya, sehingga sore harinya saya bisa kembali ke
Bandung . Waktu
itu saya berkata dalam hati saya. Kebaikan bapak itu tidak akan saya lupakan,
jika satu kali saya bisa membalas kebaikan bapak itu, saya pasti akan
melakukannya.
Itulah respon yang wajar saat kita menerima kebaikan seseorang. Dan Kristus
sebenarnya telah memberikan kepada kita hal yang paling berharga, hal yang
paling bernilai bagi kita yaitu keselamatan hidup kita. Itulah sebabnya kita
harus mengasihi Dia, itu adalah respon yang harus ada dalam diri kita, saat
kita menyadari bahwa kita sangat dikasihi Yesus.
Sayangnya, ada banyak orang Kristen tidak lagi menghayati dan
menyadari kasih Yesus bagi dirinya. Itulah sebabnya orang Kristen tidak lagi
memiliki kasih yang mengebu-gebu kepada Tuhan. Orang Kristen seperti jemaat
Efesus, telah kehilangan kasihnya yang mula-mula pada Yesus. Hari ini, kita
kembali diingatkan akan kasih Kristus bagi kita. Ia mati bagi kita, ia
korbankan dirinya supaya kita hidup. Tidakkah kita harus mengasihi Tuhan juga?
Tidakah kita harus mencintai Tuhan?
Kedua, apa yang harus kita lakukan? Jika kita benar-benar mengasihi
Tuhan? Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, maka kita harus mengabdikan
diri kepada Tuhan. Bagaimana kita bisa mengabdikan diri kepada Tuhan? Ada dua cara, yang
pertama adalah dengan beribadah dengan setia dan benar. Ibadah adalah wujud
nyata dari kasih seorang Kristen kepada Tuhan. Mengapa demikian? sebab ibadah
pada dasarnya memiliki arti “mengabdikan diri.” Secara harafiah istilah ibadah
dalam Alkitab memiliki pengertian “bersujud.” Meskipun demikian, istilah
bersujud sebenarnya digunakan untuk menggambarkan “rasa takluk” dari orang yang
bersujud itu kepada tuannya. Sama dengan hal tersebut, orang yang mengerti
siapa Tuhan dan siapa kita, pasti akan bersujud kepada Dia, artinya orang
tersebut pasti akan berbakti dengan penuh hormat kepada Dia. Namun, seorang
Kristen pasti mengerti bahwa Allah itu bukan hanya “Tuhan” yang harus dihormati
dan diagungkannya, namun Allah itu juga adalah Bapa dan Sahabat kita, yang
telah memberikan pemberiaan terbaik bagi kita yakni keselamatan. Itulah
sebabnya, seorang Kristen pastilah tidak akan datang berbakti kepada Tuhan
sekedar dengan kegentaran, namun ia pun seharusnya datang kepada Tuhan dengan
penuh sukacita, sebab ia tahu bahwa ia sedang datang menghadap pribadi yang
sangat dia kasihi. itulah sebabnya, jika kita benar-benar telah mengalami
anugerah Allah, nyatakank]lah ucapan syukur kita kepada Tuhan, melalui
kesetiaan dan kesungguhan kita dalam beribadah. Orang Kristen yang selama ini
beribadah asal-asalan haruslah bertobat dari kebiasaan buruknya. Orang Kristen
yang dalam beribadah sering kali terlambat, juga harus bertobat. Demikian juga
orang Kristen yang suka tidur saat ibadah, juga harus bertobat. Berikanlah yang
terbaik pada Tuhan, sebagai wujud nyata syukur kita kepada Dia.
Hal kedua yang kita bisa nyatakan kepada Tuhan sebagai wujud cinta
kasih dan terima kasih kita adalah hidup jauh dari dosa dan penuh dengan
kebaikan. Rasul Paulus mengingatkan bahwa persembahan yang sejati adalah
kehidupan kita. Nabi Yesaya juga pernah mengingatkan bangsa Israel bahwa persembahan menjadi
berbau busuk dihadapan Tuhan walaupun itu secara lahirian sangat bernilai, jika
orang yang memberikan persembahannya kotor dengan dosa.
Kita harus sadar bahwa Tuhan bukan sekedar ingin uang kita dalam
ibadah ini. Tuhan ingin hidup kitalah yang dipersembahkan. Tuhan ingin, seorang
Kristen datang kepada Tuhan dengan mempersembahkan perbuatan-perbuatan baik,
dengan mempersembahkan ketaatan yang tulus kepada orang tua, atau persembahan
berupa doa yang dengan setia dinaikan kepada Tuhan bagi sesama kita, atau
persembahan berupa kerelaan untuk melayani Tuhan. Uang kita, walaupun besar
dalam ibadah ini tidak mempunyai nilai apapun, kecuali kita memberikan hidup
kita.
Hari ini saya ingin kita untuk memikirkan, menurut anda berapa nilai
kehidupan anda diukur dari kebaikan-kebaikan hidup yang kita lakukan? coba
tanya kepada istri anda atau anak anda atau orang tua anda, jika mereka
mencibirkan bibir mereka, itu artinya anda harus bertobat. Mengapa demikian?
sebab orang yang paling mengenal anda adalah keluarga anda. Kita dapat
membohongi tetangga atau teman-teman di gereja, namun anda tidak akan pernah
dapat membohongi keluarga anda. Jika mereka berkata, “anda adalah seorang yang
pelit,” atau anda seorang yang kurang punya kepekaan sosial, itu berarti
kemungkinan besar memang demikianlah kita. Kita mempersembahkan hidup kita
kepada Tuhan, itulah yang paling Tuhan sukai.